10. Let me back

5 2 3
                                    

Zava melewati ulangan terakhir sebelum ujian akhir. Ulangan itu sangat penting bagi Zava, karena jika hasilnya kurang memuaskan, orang tuanya akan menambah bimbelnya lagi.

Hari itu adalah hari pengumuman nilai. Zava sangat resah dan tidak tenang hari itu. Dia gelisah jika saja nilainya di bawah rata-rata, atau di bawah standar orang tuanya, habislah dia.

Ketika namanya di panggil ke depan kelas, jantungnya berdegup begitu kencang dan tak beraturan.

Benar saja, apa yang Zava khawatir kan benar-benar terjadi, nilainya tidak begitu bagus.

Dia benar-benar takut untuk pulang hari itu. Sepulang sekolah, Zava pergi ke trotoar di mana Zhivo dan dirinya pernah ke tempat itu.

Dia berniat menenangkan diri di sana. Dan juga untuk sekedar membuang waktu, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi orang tuanya nanti di rumah.

Hari sudah gelap sekarang, Zava masih duduk termenung di salah satu bangku trotoar itu. Matanya menatap kosong kedepan.

Dia melihat langit yang sudah gelap, memutuskan untuk pulang. Dia tau apa yang akan dia hadapi di rumah nanti. Dia ingin kabur dari masalahnya sekarang, tapi dia tau dia tidak bisa lari saat ini.

Zava sudah sangat pasrah. Dia membuka pintu rumahnya dengan lunglai, mengucapkan salam yang hampir tidak terdengar oleh manusia.

Ketika datang, dia sambut dengan Bundanya. "Gimana tadi ulangannya? Bunda mau liat," Zava menatap Bundanya untuk beberapa saat, sebelum memberikan kertas nilai.

Bundanya menggeleng melihat nilai Zava yang merah. "Ini kok bisa kaya gini sih, Za? Kamu kebanyakan main apa gimana?"

Zava hanya menunduk. "Kamu ikut bimbel lagi ya nak, udah bentar lagi loh ujian akhir," Yap, apa yang Zava duga benar saja terjadi. Bundanya menyuruh dia untuk mengikuti bimbel lain, lagi.

Kini Zava mengangkat kepalany, dia tersenyum. "Bun, kayaknya kalau ikut bimbel lagi, enggak bisa bun, kan Zava udah ada bimbel, masa lagi?"

"Ya, abisnya ini kok nilai kamu anjlok gini, kemarin baik-baik aja. Kamu punya pacar?" Jawab Bunda, panjang leavr, lengkap dengan pertanyaan yang menohok. Jika sekarang dia tidak ditahan oleh rasa malas berdebat mungkin dia sudah mengatakan "Punya pacar? Jangankan pacar, sahabat aja ga punya, gak sempet lagi pacar-pacaran gue,"

"Enggak kok Bun, gak sempet. Nilai ku anjlok mungkin karena banyak pikiran, tapi gapapa, Zava bakal banyak belajar kok," Ucap Zava sebelum pergi meninggalkan Bundanya dengan kertas nilai dirinya.

"Banyak pikiran, anak SMP mikirin apa sih emang," umpat sang Bunda yang masih bisa didengar oleh Zava.

Dia memasuki kamarnya. Matanya sudah banjir dengan air mata. "Vo, kenapa bunda kaya gitu?" rintihnya di sela-sela tangisan. Kata-kata Bundanya tadi benar-benar membuat dirinya jatuh dan terluka.

Aldavo datang memeluk Zava. Membiarkan gadisnya itu menangis sepuasnya. Sekali-kali Aldavo mengusap kepala Zava lembut.

Ketika tangisannya mulai mereda, Aldavo mengusap kedua pipi Zava lembut. Zava menarik napas panjang. "Vo, kenapa sih?" tanyanya, dengan emosi yang terdengar jelas ada dalam pertanyaan itu, berbagai emosi yang bercampur menjadi satu.

"Kenapa..." Zava mulai menangis lagi, "Aku tuh selalu pengen serius sama duniaku, dunia asliku, di mana aku hidup, bukan dunia khayalan." Tangisannya tambah deras.

"Sebenernya aku pengen bisa lepas dari dunia khayalanku" gadis itu masih melanjutkan kata-katanya, "termasuk kamu, semua yang ada di khayalanku, pokoknya semua pelarian aku. Aku gak pengen lari ke sini lagi, ke kamu lagi." ucapnya putus asa.

"But, I can't," ucapnya lirih. "Let me back, Vo,"































.
.
.

wuaaah, gue update tiap hari nieh, semoga bisa istikomah ye

semoga ada yang baca, banyak yang baca, amin, biar gue semangat

kalo suka, boleh rekomendasiin ke teman, keluarga, org org, avvv, gue akan senang sekali

jangan lupa komen dan votenya, karena gue lagi agak sedih ngeliat viewnya yang segiti gitu aja

baca Spare Face juga yaa, karena itu selingan aku selain nulis ini

Aaaa, maaf lupa, bukber sama keluarga jadi lupa update cerita,

Her Own World [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang