4. Mulai sekarang kita temenan

16 7 11
                                    

Halooo... 

author kembali lagi 

author bakal usahain buat upload setiap minggu, tapi author butuh dukungan dari pada reader,

jangan lupa komen sama vote ya...

happy reading

***

Hari sudah sore, Zava sedang sibuk mengemas buku-bukunya. Tiba-tiba ada tangan yang mengambil salah satu buku yang belum dia masukkan kedalam tasnya.

"Kau juga baca ini?" Zava kaget ketika melihat Zhivo sudah berdiri di depan mejanya.

"Ngapain kamu di sini?" ucap Zava sambil menatap Zhivo bingung.

Zhivo mengembalikan buku yang sedari tadi berada di tangannya kembali pada pemiliknya. "Jemput kamu, ngapain lagi." Ucapnya dengan senyuman.

Zava sudah selesai mengemas buku-bukunya. "Kita mau kemana si emangnya?" ucap gadis itu bingung.

"Ke mana ya?" ucap Zhivo dengan ekspresi sok misterius.

"Jangan bilang kamu juga gak tau mau ngajak aku kemana?"

Zhivo hanya tersenyum jahil kearah Zava. "Menurut kamu?" Zava terlihat marah dengan gelagat Zhivo.

"Ayo, jangan diem aja May." Ucap Zhivo berlari meninggalkan Zava yang masih diam di belakangnya.

"May? Maya? Dia manggil aku Maya?" ucap Zava dalam hati.

"Maya Zavara! Ayok!" teriak Zhivo yang sudah jauh berada di depan Zava.

"Iya, tunggu!" ucap Zava sambil berlari menyusul Zhivo.

Setelah berjalan sekitar 15 menit dari sekolah mereka sampai di sebuah danau. Danau yang tidak begitu luas, tapi pemandangannya begitu indah.

"Waw!" Zava terlihat takjub dengan pemandangan di sana. Wajahnya cukup menunjukkan bagaimana takjubnya dia.

Zhivo tersenyum tulus memandang Zava yang begitu takjub. "Bagus kan, semoga kamu suka." Zava langsung menoleh.

"Aku gak suka," Zhivo terkejut "tapi suka banget!"

"Makasi Vo."

Zhivo mengangguk. "Iya, sama-sama."

***

Kini mereka sedang duduk di sebuah kayu bekas pembangunan di pinggir danau.

"Kok kamu bisa si tau ada danau sebagus ini di tempat terpencil kaya gini?" ucap Zava sambil fokus dengan ciloknya.

Zhivo terkekeh, lalu menyentil dahi Zava. "Aw! Sakit tau Vo."

"Kamu aja yang terlalu fokus sama khayalan mu, banyak kali yang tau danau ini. Cuma pada gak mau kesini aja." Ucap Zhivo sambil memandangi danau.

"Padahal bagus banget, enak buat healing." Ucap Zava.

"Jangan sibuk-sibuk sama khayalan ya May,"

"Maksutnya apa?"

"Maksutnya kalo ada apa-apa tu bilang. Kalo mau apa-apa tu bilang." Ucap Zhivo.

"Kok kamu tau aku banget si?"

"Iyadong." Zhivo melipat kedua tangannya di dada.

"Ish, stalker." Ucap Zava sambil memasukkan cilok terakhirnya ke dalam mulut. Pipinya menjadi gembul karena penuh dengan cilok.

Zhivo memegang kedua pipi Zava. Sontak Zava kaget yang membuat kedua bola matanya melotot. Dia menatap Zava dalam. "Kalo pengen apa-apa bilang sama aku ya May." Ucap Zhivo sambil tetap memegang kedua pipi Zava.

"Mulai hari ini kita temenan." Ucap Zhivo.

"L-lepwas- twangannya Vo." (lepas tangannya Vo) ucap Zava.

"Gak, kamu lucu kalo kaya gini." Zava melotot dan menepis tangan Zhivo.

"Sakit tau pipi aku."

"Iya, maaf deh."

Zhivo terus memandangi wajah Zava. "Apasi Vo?"

"Sini, liat aku." Zava menurut dan menatap Zhivo.

Zhivo mengulurkan jari kelingkingnya. "Janji kita bakal temenan. Dan selalu jaga komunikasi. Kalo ada apa-apaa harus bilang. Kalo pengen apa-apa harus bilang." Zhivo menggoyangkan jari kelingkingnya.

Zava tersenyum. Lalu mengangguk dan mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Zhivo. "Janji."

Sebuah perjanjian mereka buat pada saat matahari terbenam di sebuah danau indah. Sebuah janji pertemanan yang akan menuntun Zava keluar dari jebakan yang selama ini dia buat dan menjebak dirinya sendiri.

***

Instagram: egyetlen_noy

Her Own World [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang