Chapter 5 - Tekanan

966 172 50
                                    

Hari ini Izuku tampak berjalan terseok di gang Kota Musutafu yang dipadati oleh banyak orang. Ia mendengar jam tengah kota yang mulai berdentang dan menandakan pukul 10 malam. Mata anak itu tampak memandang sayu ke arah sekitar. Midoriya Izuku entah kenapa merasakan ada beban yang begitu berat di pundaknya saat ini. Tumben sekali dia lelah seperti sekarang, mungkinkah pertanda suatu hal?

"Sudah satu minggu setelah ujian tes kemarin, kira-kira UA kapan mengumumkan hasilnya ya?” gumamnya.

Malam ini Izuku tidak ingin berhenti di minimarket atau tempat lainnya, ia hanya ingin merebahkan punggungnya di tempat tidur. Namun sepertinya, niat Izuku untuk istirahat tadi harus ditunda karena melihat semua orang di apartemen milik Shigaraki ini berkumpul di aula lantai dua.

Sepertinya ada sesuatu, itulah yang disadari anak berambut hijau tersebut.

“Ada apa ini?” tanya Izuku.

Seorang pria bersurai abu dengan asap yang mengepul dari rokoknya langsung berbalik arah. Ia memandang dengan penuh semangat ke arah Izuku yang baru bertanya tadi. Pria itu adalah Giran. Dia menyapa Izuku dengan senyum anehnya, “Halo, si pemuja uang!”

Sementara itu, Izuku menghempaskan tubuhnya di salah satu sofa kosong. “Giran? Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak sibuk?”

Yang ditanyai pun hanya bisa memasang wajah dengan lagak sedih. “Oh, Izuku yang malang. Aku ini tidak segila dirimu dalam mencari uang, ya? Bagaimana pun juga, ini adalah apartemen tempatku tinggal, jadi sesekali aku harus pulang dan tidur di kasur empukku.”

Pada kenyataannya Giran adalah orang yang paling jarang berada di apartemen. Hanya ada Shigaraki, Toga, Dabi, dan Kurogiri yang selalu berseliweran di tempat ini. Jadi, Izuku pun merasa ada sesuatu yang penting jika Giran tiba-tiba ikut berkumpul bersama Shigaraki, Dabi, Toga dan Kurogiri di aula.

Kurogiri yang baru saja selesai membuat kopi langsung menyajikan minuman itu di meja. Ia tampak memandang ke arah Izuku. “Sebenarnya bukan apa-apa, hanya untuk merumuskan agenda Liga ke depannya.”

Oh, Izuku mulai paham. Ia yang berstatus bukan anggota dari Liga Penjahat sepertinya harus undur diri dari ruangan ini. Aneh sekali jika ia yang bukan siapa-siapa mengetahui rencana dan agenda dari para anggota Liga. Lagi pula hari ini dirinya begitu lelah, lebih baik Izuku tidur di kasur empuknya.

“Aku undur diri kalau begitu, ini bukan wilayahku untuk ikut campur.” Izuku berdiri dari sofa. Ia berjalan menuju kamarnya di lantai tiga.

“Oi, Izuku! Tunggu!”

Anak berambut hijau itu bisa melihat Toga melambai-lambaikan amplop coklat besar ke arahnya.

“Ada apa?”

Ada senyum aneh yang dipasang Toga di wajahnya. “Hihihi, coba tebak. Apa ini?”

Izuku yang menyadari apa itu sontak melebarkan matanya tak percaya. Dabi yang melihat ekspresinya pun hanya bisa mendengus sambil menahan tawa. Apa-apaan coba? Izuku terlihat berharap sekali bisa masuk di UA. Anak itu tak bisa menyembunyikan matanya yang penuh harapan.

Dengan satu ayunan tangan, amplop merah yang berada di tangan Toga langsung melayang menuju ke arah Izuku. Wajah anak itu terlihat makin semringah ketika melihat ada stempel UA di amplopnya. Mungkinkah ia diterima? Izuku benar-benar tak bisa menahan senyum lebarnya. Kalau begini, ia bisa segera pergi ke luar negeri untuk ikut olimpiade. Hahaha, bye-bye apartemen reot ini. Begitulah yang Izuku pikirkan sekilas.

[Fanfic] Pocket MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang