Menjadi orang seperti apa nantinya adalah suatu hal yang tidak dapat diketahui oleh seorang pun ketika ia masih kecil. Begitu juga dengan sosok remaja laki-laki berusia 14 tahun yang tengah berangkat menuju sekolahnya ini. Rambut hijaunya tertiup angin sepoi, ia menoleh ke arah kerumunan orang di seberang jalan.
“Ada pertarungan?” gumamnya.
Anak bermata hijau permata itu menyadari di dunia mana ia lahir. Ia lahir di dunia yang manusianya memiliki kekuatan super. Kelompok masyarakat modern dewasa ini terbagi dalam 2 golongan besar yakni pahlawan dan penjahat. Seperti katanya, pahlawan akan selalu dianggap sayap kebaikan sementara penjahat adalah simbol terburuk dunia.
Semua ini bermula ketika dulu manusia yang biasa ini digegerkan dengan kelahiran bayi bercahaya di Cina. Hampir semua bayi setelah kejadian itu kini memiliki suatu bakat kekuatan yang dinamakan Quirk sehingga menjadikan 80% dari populasi manusia di dunia dikatakan berbakat. Tentu saja, ada banyak jenis bakat yang dihasilkan dari evolusi ini. Ia yang notabenenya memiliki ketertarikan sendiri dengan Quirk membuat anak laki-laki itu melangkah ke arah kerumunan menyaksikan pahlawan bertarung dengan penjahat.
Ia mengeluarkan buku catatan dari sakunya, dengan pulpen di tangan kanannya yang sibuk menulis, remaja bernama Midoriya Izuku itu tampak serius memandang ke arah beberapa pahlawan yang bertarung.
“Hmm... penjahat tipe mutan ya? Sepertinya menarik,” nilainya.
Mata hijau itu tampak menganalisis lebih dalam ke pertarungan. “Mereka harusnya tinggal bekerja sama lalu dengan Quirk milik Kamui Woods pasti bisa digunakan untuk menangkapnya.”
“Ahh, maaf Pak Bos ada macet di jalan karena pertarungan penjahat dan pahlawan!”
“Woah kalau mereka tak segera menangkapnya bisa-bisa gedungnya hancur karena diserang!”
“Gila! Para pahlawan sudah membuat pagiku bergelora!”
Izuku menatap sekeliling, antusiasme pahlawan dan pengikutnya. Sangat damai untuk dilihat di pagi hari. Ekspresi anak laki-laki itu tampak tetap tenang. Ia lihat dari mata hijaunya sesaat ketika Kamui Woods mencoba mengakhiri pertarungan tiba-tiba datang seorang pahlawan wanita bertubuh besar yang meninju penjahat mutan tadi.
“Wow,” gumam Izuku tanpa sadar. Siapa dia? Pahlawan baru?
Remaja itu sontak menuliskan setiap inci dari informasi yang ia dapat dari pahlawan baru itu yang mengalahkan penjahat dengan satu pukulan, meskipun Izuku tahu bahwa itu karena si penjahat kewalahan bertarung dari tadi. Ia dapat mendengar sayup-sayup orang lain di sekitarnya yang menyoraki pahlawan itu.
“Mount Lady ya?! Apakah ini debut pahlawannya?! Luar biasa sekali body-nya!”
Eh? Izuku memandang ke arah reporter yang berteriak histeris itu. Ia melihat beberapa pahlawan yang kini sibuk diwawancarai setelah menyerahkan penjahat ke polisi. Tampak di sana Mount Lady yang jadi sorotan sambil berpose bak model yang langsung dibalas teriakan histeris oleh jurnalis pria.
Remaja itu tetap memandang semua itu tenang tanpa ekspresi. Nyatanya dunia ini memang bukan hanya semata tentang pahlawan dan penjahat. Masih ada banyak orang yang berperilaku seperti mencari ketenaran atau pemuas belaka dan ini adalah sebuah hal yang tak ia sukai dari sisi lain pahlawan.
“Aku yang baru 14 tahun ini bisa apa, aku bisa mengubah mereka tapi jika mereka tak ada keinginan buat apa. Nyatanya keberagaman dunia memang seperti ini baik manusia tanpa bakat atau dengan bakat pasti akan selalu begini,” gumam Izuku lalu memasukkan buku catatan kecil itu dalam sakunya lagi.
Tepukan di bahunya sontak mengagetkan anak laki-laki itu. “Hei, Nak.”
Ia langsung menatap ke arah paman tua dengan telinga seperti sirip ikan yang menegurnya tadi, “I-iya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
[Fanfic] Pocket Money
Hayran KurguMidoriya Izuku adalah sebuah anomali bagi semua orang. Dia awalnya hanya seorang anak berhati lembut yang memiliki quirk berupa telekinesis. Sebuah quirk turunan dari ibunya yang setiap digunakan akan mengakibatkan Izuku pingsan. Namun, semuanya ber...