Part 14

576 55 21
                                    

Sekar Sanjaya: dari melayu, baik sedikit cuek, islam. and cewe ya woi bukan bencong

NEXTTTT!!!

penjelasan sekar sanjaya membuat kian santang merasa sedih dengan keadaan sekar sanjaya. sedangkan dirinya saat masih kecil selalu bersama dengan sang keluarga dan menghabiskan waktu bersama keluarga, sedangkan sekar Sanjaya hanya dapat merasakan kasih sayang dari sang nenek.

Sekar Sanjaya yang melihat kian santang yang tiba tiba terdiam lalu membuyarkan.

"raden mengapa tiba tiba kau terdiam?",

"maaf, tidak ada apa apa aku hanya kasihan dengan nasib mu saja",

"sudahlah kau tidak perlu memikirkan nasibku, aku saja tidak poernah memikirkan nasibmu karena sepanjang hidupku nasib ku hanya seperti ini saja",

"yang mengatur nasib kita adalah allah, jadi belum tentu hidup kau seperti ini terus menerus mungkin saja saat nanti nasibmu berubah menjadi lebih baik",

"aamiin", ucap sekar sanjaya dengan tersenyum

kian santang merasa telah lama menghabiskan waktu berbincang dengan sekar sanjaya, lalu ia memutuskan untuk kembali ke istana

"sekar sanjaya, aku izin pamit karena aku harus kembali ke sitana karena aku yakin pasti orang tuaku mengkhawatirkan ku", jelas kian santang lalu bangkit berdiri dan memulai melangkah namun langkahnya di hentikan oleh sekar sanjaya

"tunggu!",

"ada apa?",

"biarkan aku ikut deanganmu, karena aku takut jika terjadi apa apa kepadamu dan juga diluar sana sudah mulai gelap banyak orang jahat jahat berkeliaran",

"tidak usah, kau tidak perlu mengawasiku",

"sudahla, biarkan aku mengikutimu",

"baiklah", ucap kian santang dengan pasrah

lalu mereka berdua bersama sama untuk kembali ke istana.

~Keadaan Istana

terlihat subang larang yang sedang berdiri halaman istana, ia sangat mencemaskan ketiga putra putrinya karena tidak kembali ke istana, siliwangi yang tidak sengaja melihat subang larang lalu menhampirinya

"dinda sedang apa dinda disini?",

"kakanda, aku sedang menunggu putra putri kita, karena ia belum juga kembali sedangkan hari sudah mulai gelap. karena dinda takut jika terjadi hal buruk kepada mereka diluar sana",

"tenanglah dinda, mungkin saja mereka sedang berjalan kembali menuju ke istana",

subang larang hanya menganggukan kepalanya, namun diwahnya terlihat kekhaawatirannya. sedangkan siliwangi disisilainnya ia juga merasa sangat cemas kepada ketiga putra putrinya namun ia berusaha untuk terlihat baik baik saja.

"dinda, lebih baik kita menunggu didalam saja karna udara diluar sangatlah dingin. kakanda tidak ingin dinda terjatuh sakit",

"tetapi kakanda, dinda disini saja",

"tidak dinda, ayo lah". ajak siliwangi lalu merangkul subang larang lalu membawa subang larang masuk kedalam.

sedangkan, walangsungsang dan rara santang masih mencari keberadaan kian santang hari sudah gelap membuat khawatiran mereka menjadi kepada kian santang.

"raka dimana lagi kita harus mencari rai kian santang? hampir semua sisi dihutan ini kita hampiri namun tidak menemukan rai kiansantang",

"aku juga tidak rai, hari sudah gelap ini akan sedikit sulit untuk mencari karena dihutan ini tidak ada satupun pencahayaan",

"ya raka, lalu apa yang harus kita lakukan",

"lebih baik kita kembali ke istana saja rai, biarkan aku menjelaskan kepada ayahanda dan ibunda",

"tidak raka, kita kembali istana harus membawa rai kian santang. karena aku tidak mau membuat ibunda dan ayahanda khawatir",

"rai, kita sudah tidak tahu lagi harus mencari kemana lebih baik kita sekarang kembali ke istana saat matahari terbit kita akan melanjutkan mencari rai kian santang",

"hmm, baiklah raka",

"ayo rai", ajak walangsungsang sembari menggenggam rara santang.

walangsungsang sangat tahu perasaaan rara santang, namun karena ia tidak ada pilihan lain lagi. mereka pun kembali ke istana.

kian santang dan sekar sanjay masih berjalan menuju ke istana, di sepanjang perjalanannya mereka hanya diam saja tidak ada pembicaraan sedikitpun, sekar sanjaya yang merasa bosan langsung menghentikan langkahnya.

"mengapa kau berhenti?",

"raden, apakah kau tidak ada topik untuk berbicara aku sangat bosan jika kita terus berdiam'an seperti ini",

"memang aku harus berbicara apa?",

"heh, kau sangat menyebalkan. sudahla kita lanjutkan saja perjalanan kita",

"baiklah, ayo",

kian santang dan sekar sanjaya kembali melanjutkan perjalanan mereka. saat mereka telah sampai di kota raja kian santang tak sengaja melihat walangsungsang dan rara santang yang sedang berjalan menuju ke arah istana. kian santang langsung berlari menghampiri raka dan yundanya, begitu juga dengan sekar sanjaya ia ikut berlari dengan kian santang.

"yunda, raka!",

walangsungsang dan rara santang membalikkan badannya, betapa senangnya mereka saat tahu bahwa yang memanggilnya kian santang.

"rai, alhamdulillah",

"rai kau dari mana saja? yunda dan raka sangat mengkhawatirkan mu kami mencari mu kemana mana namun kami tidak memenukan keberadaan kau rai",

"maaf yunda, raka karna aku telah bikin kalian cemas",

"tidak rai, ini adalah tanggung jawab kami sebagai kakak",

"tetapi rai mengapa saat kita menyerang para jin mengapa kau tiba tiba hilang?",

"saat aku melawan jin, aku mengenai serangan dari jin itu tetapi untung saja ada sekar sanjaya yang menolongku dan membawa ku kegoa dan menyembuhkan ku", jelas kian santang menatap ke arah sekar sanjaya, sedangkan sekar sanjaya hanya tersenyum.

"nyimas terima kasih karena kau telah, menyelamatkan rai ku",

"kau tidak perlu berterima kasih kepadaku nyimas, karena tolong menolong adalah sudah kewajiban",

"rai, mari kita kembali ke istana karena raka yakin bunda dan ayahanda mencemaskan keadaan kita"

"mari raka",

"tunggu raden! maaf, sepertinya aku mengantari mu sampai disini saja jadi aku harus pamit pergi",

"kau hendak ingin pergi kemana? bukankah kau mengatakan kepada ku kau akan mengikuti ku sampai istana",

"bukankah sudah ada raka dan yunda mu, jadi sudah ada yang mengawasi mu",

"nyimas, lebih baik kau ikut bersama kami. karena ini sudah malam jadi beristirahatlah sejenak di istana",

"maaf nyimas aku tidak bisa, aku harus pergi",

"memangnya kau ingin kemana? bukankah kau tidak ada tujuan kemanapun. jadi ayolah ke istana dan beristirahatlah kemana",

permbicaraan kian santang membuar sekar sanjaya merasaa malu, lalu ia mengangguk untuk mengikuti ke istana. mereka melanjutkan perjalan kembali ke istana.

Bersambung...

maafkan cerita ini banyak typo nya karna jari saya sudah kadaluarsa

next episode / diangkat menjadi anggota istana?



Raden Kian Santang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang