"Mata ini akan bersaksi suatu hari nanti, karena pernah memperhatikanmu secara sembunyi. dan hati ini juga akan bersaksi, bahwa ia pernah condong padamu"
****
bagi syifa buku dan perpustakan adalah dunia tempatnya bersembunyi, dalam diam dan ketenangan ia mengenal dunia, dalam sepi dan kesendirian ia belajar mengenai islam lebih jauh.
selalu ada bacaan baru baginya, selalu ada ilmu yang belum diketahuinya dan membaca adalah bentuk dahaganya yang harus diselesaikan. ah, syifa menyukai bau buku apalagi bau buku baru. tapi, akhir-akhir ini tidak ada bacaan yang membuatnya menggebu-gebu dalam menyelesaikan suatu ilmu baru, ah kita mengenal fenomena ini dengan istilah futur.
Futur yaitu: rasa malas, enggan, dan lamban dalam melakukan kebaikan, yang mana sebelumnya seseorang rajin dan bersemangat melakukannya. Futur adalah penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan suatu aktivitas kebaikan.
(Source: Muslimah.or.id)padahal syifa tahu bahwa ilmunya masih sedangkal air bekas hujan gerimis yang turun sesaat, hanya saja belajar kitab membutuhkan pemahaman dari ulama dan asatidzah agar ia bisa memahaminya dengan benar. di sela-sela itu ia puaskan dahaganya dengan bacaan-bacaan ringan seperti shiroh sahabat dan sahabiyyah.
'baca tentang siapa lagi ya...' pikirnya dalam angkutan umum yang mengarah pada toko buku bin baaz. beberapa menit di dalam angkutan tidak cukup untuk memikirkan jenis buku apa yang akan dibacanya. syifa sendiri tidak tahu mengapa ia ingin terus berada di perpustakaan saat masih ada beberapa buku yang bahkan belum ia selesaikan dirumahnya.
pikirannya kosong tepat setelah turun di tepi jalan. matanya memandang lurus menatap toko buku dan perpustakaan yang berdampingan, bingung ingin melangkah kemana. setelah berkutat dengan pikirannya sejenak, ia mulai melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, menulis namanya di daftar kunjungan dan mulai menyisiri lorong-lorong yang sudah sangat dihapalnya. kakinya terus membawanya dengan mata yang menoleh kanan-kiri terus menerus mencari buku yang menarik perhatian.
'tidak ada', batinnya kecewa. syifa tidak menemukan buku yang ingin dibacanya, ia tidak tahu apa yang bisa memuaskan dahaga kebingungan ini. setelah beberapa menit berputar di lorong yang berbeda, syifa menyerah. ia memilih keluar dari perpustakaan bin baaz dan menuju toko buku disebelahnya.
lagi-lagi langkahnya membawanya ke tempat yang sudah sering ia datangi, matanya menatap jeli setiap judul yang ada dirak itu. 'yang mana yang belum ada ya?' batinnya sambil mengingat koleksi bukunya dirumah.
langkahnya berhenti mendadak sesaat setelah membaca judulnya.
"Shalahuddin Al-Ayyubi: Sang Penakluk Jerusalem" karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan
tangannya bergerak hendak mengambil buku tersebut, sesaat dan kurang cepat dari orang yang tiba-tiba ada disampingnya. syifa terkejut dengan tangan yang tiba-tiba terulur dan hampir bersentuhan dengan tangannya. segera syifa memasukkan tangannya kembali, dan meremasnya di balik khimarnya. syifa tidak menoleh, hanya menundukkan pandangan dan berbalik, terlalu terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba.baru beberapa langkah yang diambilnya untuk bergerak, suara itu menginterupsinya "oh, 'afwan ana buru-buru. anti mau beli ini?" tanyanya pada syifa. syifa tidak menoleh, hanya berbicara dari tempatnya, "engga, silahkan diambil". ucapnya berlalu.
langkahnya tidak berhenti sampai depan toko tersebut, ia tidak bisa berpikir terlalu sibuk menenangkan pacuan jantungnya dan gemetaran tangannya. syifa terus berjalan menuju arah masjid, mencoba mencari ketenangan sebelum pulang. ia duduk di teras masjid yang kosong. nafasnya masih berat karena kelelahan, jantungnya masih berdetak dengan cepat, tangannya masih berkeringat dengan gemetaran. ia meyakinkan dirinya bahwa ia baik-baik saja.
setelah beberapa menit, ia mulai tenang. tangannya merogoh mencari ponselnya, mencoba menghubungi sahabatnya.
"assalamu'alaikum, hanum". ucap syifa setelah panggilan tersambung
"wa'alaikumussalam warahmatullah, iya fa kenapa?" tanya hanum dari seberang telfon.
"hanum masih di kantor?"
"iya nih, tapi udah mau pulang"
"aku boleh nebeng ga? aku ada di masjid depan toko bin baaz, hehe" ucap syifa dengan tawa recehnya.
"oh oke, boleh kok. yaudah aku jalan kesitu ya"
"iya, fii amanillah."
hanum mematikan telfon sesaat setelah mengaminkannya. syifa menunggu hanum tiba sambil memainkan ponselnya.
****
khunais mampir lagi di toko buku miliknya, 'apakah pemilik toko dapat disebut mampir saat datang berkunjung?' batinnya tersenyum. ia hanya berencana menyapa pegawainya dan mungkin menambah buku di perpustakaan sebelah tokonya. ia membutuhkan bacaan baru untuk perpustakaan, sebuah buku siroh.
khunais teringat belum memiliki siroh tentang shalahuddin al-ayyubi dan kebetulan ia yakin masih ada stok tersisa di tokonya.
setelah mengucap salam ketika masuk ke toko itu, langkahnya langsung menuju bagian samping dengan tag "kisah muslim". tangannya langsung terulur otomatis karena sudah terlalu hafal dengan letak-letak di toko ini.
tepat ketika buku itu sudah ditangannya, baru disadari sentakan yang berasal dari sampingnya. seorang perempuan bercadar yang kaget dengannya dan terburu-buru berbalik. khunais belum sepenuhnya sadar bahwa ternyata buku yang ada ditangannya hendak di ambil oleh perempuan tersebut.
"oh, 'afwan ana buru-buru. anti mau beli ini?" ucapnya menghentikan langkahnya. perempuan tersebut tidak berbalik, hanya menjawab singkat dari tempatnya
"engga, silahkan diambil". ucapnya singkat lalu melanjutkan langkahnya, khunais sendiri cukup yakin bahwa ia tidak bersentuhan dengan perempuan tersebut. ia pun mengejarnya berusaha untuk memberikan buku itu karena ia lebih dahulu berada disana. langkahnya terhenti ketika perempuan itu keluar dari toko buku dan berdiam sejenak, ia mengangkat tangannya di depan matanya dan khunais pun cukup yakin bahwa perempuan itu gemetaran.
'apa tadi tersentuh? astaghfirullah lagian aku kenapa buru-buru banget'. langkahnya kembali ke kasir dan membayar buku dari toko bukunya sendiri.khunais masih memperhatikan perempuan itu, perempuan yang sedang berjalan menuju masjid di seberang jalan. ia mengenalinya, dia adalah perempuan yang sama yang selalu membaca di pojok belakang di perpustakaan bin baaz.
khunais memutuskan pikirannya dan mulai masuk ke dalam perpustakaan, mencatat buku masuk dan membuka plastik buku tersebut. ia hanya menyimpannya di meja resepsionis sebelum di data dan disimpan di rak dalam lorong perpustakaan itu. khunais buru-buru keluar dan naik ke motornya, menyalakan dan berhenti sebentar di depan masjid itu. beberapa menit ia hanya diam, sampai sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang masjid dan perempuan itu menghilang bersamaan menghilangnya mobil itu dari pandangannya.
segera khunais menyalakan kembali motornya dan meninggalkan tempat ia berdiam diri. mencoba mengatur perasaannya sendiri karena kejadian singkat yang bagi khunais memiliki beberapa dampak bagi perasaannya.
-----
Khunais jaga mata, jaga hati, jaga perasaan yah. tapi, kalau udah serius mending diseriusin aja hehe.
setelah beberapa saat menghilang, aku kembali menulis. kayaknya karakter syifa jadi labil gara-gara aku sering hilang dan datang tiba-tiba kayaknya, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
#SRSC1 [Syifa]
Spiritualkarena tidak semua rasa bisa dijelaskan dengan kata-kata, jadi izinkan aku untuk menceritakannya. Selamat menikmati~