第十二:Follow My Order🍃

91 8 5
                                    

"Karena aku memiliki perasaan yang berbeda padamu. Aku rasa aku mencintaimu ...."

Neji terdiam.

Ia bingung harus bereaksi seperti apa. Ia benar-benar terkejut dengan fakta yang baru saja dirinya dengar ini. Ia sontak menatap ke mata gadis yang baru saja mengungkapkan perasaannya itu.

Neji tidak menangkap kebohongan. Gadis itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Tenten tertawa.

"Aku aneh, ya? Aku mencintai orang yang tidak pernah sekalipun berkata manis padaku. Tapi, Neji, aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku. Kau bisa mengabaikan itu. Itu ... tidaklah penting."

Neji masih diam sembari mengarahkan tatapannya ke jendela. Hujan di luar masih cukup deras. Mungkin Neji dan Tenten akan terjebak semalaman di sini. Neji juga yakin tidak akan ada yang mencari mereka karena kesibukan di istana dan tidak berkaitan dengan tugas Neji maupun Tenten.

Neji bingung dengan apa yang dirinya rasakan. Ia merasa bingung harus bagaimana. Aneh saja, ia sudah banyak melukai hati Tenten dan Tenten mencintainya. Ia sedikit tidak mengerti.

"Aku memiliki seorang ibu tiri. Tsunade Senju. Dia wanita yang sangat aneh sejak pertama kali datang ke istana. Aku tidak mengerti dengan pola pikirnya. Dia wanita yang mengerikan. Suatu hari, aku mengabaikan perintahnya dan ... pengasuhku mati mengenaskan.

Aku takut kau akan sama seperti pengasuhku."

Tenten mengernyit.

"Tunggu sebentar! Aku tidak mengerti. Mengapa dia mengancammu? Apa karena kau akan menjadi raja? Dan kenapa harus melukaiku? Tidak ada untungnya membunuhku."

Neji mengedikkan bahunya. "Aku juga tidak mengerti. Dia seolah punya kontrol untuk semua hal."

"Kenapa kau memberitahuku?" tanya Tenten.

"Karena hari ini kau memberitahuku rahasia besarmu. Aku juga berpikir untuk jujur padamu," ujar Neji.

Tenten tersenyum hambar. Dirinya tidak berharap apa-apa dengan pernyataan cinta itu. Meski begitu, tetap sesak rasanya. Bohong jika dirinya tidak pernah membayangkan dirinya dan Neji di masa depan berjalan bersama menikmati berlalunya empat musim.

Namun, itu hanya angan, bukan? Neji hanya kasihan padanya. Neji tidak akan pernah mencintainya. Itu saja yang Tenten tahu.

"Neji," panggil Tenten.

"Hm?"

"Ayo kita hadapi Tsunade bersama! Kau tidak perlu takut dengan wanita itu. Tidak perlu memikirkan aku. Cari tahu semuanya Neji. Aku berjanji aku akan baik-baik saja."

Neji tersenyum tipis sembari menatap mata gadis polos yang dulu pernah dirinya tolong. Ia yakin ini adalah Tenten yang dulu yang memberikannya pelukan hangat sebagai tanda terima kasih. Bukan Tenten yang melukai Hinata.

"Kau bohong. Tadi kau hampir mati, baka!" Neji sedikit terkekeh.

Tenten ikut tertawa mendengar penuturan Neji. "Itu tidak akan terjadi lagi. Aku akan lebih berhati-hati agar aku tidak membebanimu."

Neji tersenyum. Ia kembali membaca bukunya hingga suara Tenten kesekian kalinya menginterupsi kegiatannya.

"Juga ..."

Neji menyimak.

"... tahan aku jika aku kehilangan kendali di depan adikmu. Sampaikan permintaanmaafku. Apa boleh?"

Neji hanya mengangguk menahan senyum tipisnya. Ia merasa lega hari ini. Ia menyudahi kebencian yang sedari dulu ia rasa tidak benar itu.

Masalah perasaan, Neji tidak tahu apa yang ia rasakan terhadap gadis ini. Ia hanya bisa bertindak sebiasa mungkin tanpa memikirkan kata-kata gadis yang ... entahlah. Ia mulai merasa nyaman di dekat Tenten.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tell Me, What I Feel?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang