jelek

279 73 1
                                    

"Hitoka-chan! Tebak siapa yang mendapat nilai ulangan bagus hari ini?!"

(Name) membuka pintu dengan bersemangat. Lalu tercekat melihat apa yang ada di pandangannya.

Sekumpulan cowok sedang berada di kamar Hitoka. Tidak cowok semua sih, ada seorang yang perempuan. Ah, (Name) ingat, itu perempuan yang menjenguk Hitoka tempo hari.

(Name) merasa sangat malu, ia tidak menyangka kalau teman-teman Hitoka akan menjenguk. Dengan segera ia menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"M-maaf sudah mengganggu!" Seru (Name). Ia mengangkat kepalanya lalu berbalik.

"M-matte (Name)-chan!" Panggil Hitoka.

(Name) menoleh ke belakang. Hitoka bangkit dari kasurnya lalu berjalan menuju (Name).

"Jangan pergi dulu, disini saja. Aku ingin mengenalkan mu pada teman-teman ku," pinta Hitoka sambil menggenggam tangan kanan (Name).

"E-eh? Mana bisa! Ini kan teman-teman nya Hitoka-chan!" Tolak (Name).

"Teman-temanku itu teman-teman nya (Name)-chan juga! Ayo duduk!" Paksa Hitoka.

(Name) pun dengan terpaksa mengikuti Hitoka yang menarik tangannya menuju sebuah kursi kosong di sebelah kasurnya. (Name) duduk, di sampingnya ada perempuan berkacamata itu. Ia sedikit bersyukur duduk berjauhan dengan laki-laki. Ia memang tidak terbiasa dengan laki-laki. Maklumlah, siswi SMA wanita.

"Kau (Name)-chan ya? Hitoka-chan sering bercerita tentang mu di telepon," senyum gadis berkacamata.

"K-konnichiwa," balas (Name) gugup.

"Kau curang Yachi-san! Kenapa tidak cerita kalau kau punya teman secantik ini?!" Protes pria botak.

"Benar! Seharusnya kau mengenal kan nya pada kami!" Dukung pria berambut hitam yang sedikit di cat di bagian tengah.

"Oi! Jangan teriak-teriak!" Tegur pria yang duduk tidak jauh dari mereka.

"Kau bilang begitu, padahal kau sendiri juga teriak, Daichi," kekeh pria berambut silver.

Hitoka tertawa kecil mendengar pembicaraan teman-teman nya.

"Baiklah baiklah, perkenalkan, dia namanya (Surname) (Name). Aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu," ujar Hitoka.

"Y-yoroskune," imbuh (Name).

Sesaat, mereka semua berkenalan. (Name) pun kini telah mengetahui nama-nama teman Hitoka itu. Ia juga mengetahui kalau mereka semua adalah anggota klub voli laki-laki. Ia sedikit kaget ketika Kiyoko bercerita tentang Hitoka yang dulunya adalah manager di klub itu.

"Bagaimana keadaan mu hari ini, Yachi-san?" Tanya Hinata.

"Aku merasa baik kok, Hinata. Jangan cemas," senyum Hitoka.

"Kau selalu bilang begitu saat kami berkunjung kemari, boke!" Tegur Kageyama.

"Benar, tinggal katakan soal kondisimu. Kau akan merepotkan orang jika terus-terusan tidak jujur seperti ini," cetus Tsukishima.

"Tsukki!" Tegur Yamaguchi.

Hitoka mengulas senyum tipis.

"Terima kasih atas perhatian kalian. Tapi aku benar-benar merasa baik kok, jangan memperlakukan ku seperti orang sakit begitu dong!"

"Tapi kau kan--"

'memang sakit,' (Name) tidak mampu melanjutkan ucapannya.

"Daripada membahas kondisi ku, lebih baik kalian ceritakan soal latihan kalian! Apa ada perkembangan?" Hitoka bertanya dengan antusias.

Para anggota tim Karasuno saling melempar pandangan. Mereka pun setuju untuk mengganti topik pembicaraan. Terlihat jelas Hitoka sangat senang mendengar cerita dari teman-temannya. Sesekali ia juga tertawa karena candaan yang di lontarkan. Kurang lebih, 1 jam tim karasuno menemani Hitoka. Setelah itu mereka pun berpamitan.

(Name) turut mengantar mereka hingga pintu. Kiyoko yang paling terakhir pulang. Ia masih ingat ucapan dari wanita cantik itu.

"Aku duluan ya (Name)-chan, tolong temani Hitoka. Dia kesepian. Aku percaya padamu,"

Dan (Name) hanya membalasnya dengan anggukan samar.

"Semua... Sudah pulang ya?" Tanya Hitoka.

"Iya," jawab (Name) sambil kembali duduk di kursinya.

Hitoka menghela napas panjang. Lalu kembali menidurkan tubuhnya di kasur. Ia memegangi dadanya, wajahnya terlihat sedang menahan nyeri.

"Hitoka-chan daijoubu?" Cemas (Name).

Hitoka tidak menjawab. Ia masih memegangi dadanya, sesekali ia juga mengeluh kesakitan.

"Hitoka-chan? Hei, jawab aku!" (Name) semakin cemas.

Setelah beberapa saat, napas Hitoka kembali normal. Hitoka membuka matanya, menatap ke arah (Name) yang sedang mengkhawatirkan nya.

"Tadi dadaku sakit," ungkap Hitoka.

"A-aku akan segera panggilkan dokter!" Seru (Name) sambil bangkit dari duduknya. Tapi tangan mungil Hitoka menahannya.

"Aku tidak apa-apa (Name)-chan, tadi itu cuma efek samping obatku saja kok. Jangan khawatir," ujar Hitoka.

"Bagaimana bisa aku tidak khawatir! Kau terlihat kesakitan begitu!" Bantah (Name).

"Hehehe, tapi itu kan tadi. Sekarang sudah agak enakan kok," kekeh Hitoka.

(Name) mendecak, temannya ini tidak pernah mau jujur padanya. Bahkan untuk mengemukakan kondisinya saja ia tidak mau. Bukan apa-apa, tapi penyakit yang diderita Hitoka bukan sembarang penyakit. Salah tindakan sedikit saja, nyawa Hitoka mungkin sudah menghilang. Tidak, tidak, sekarang apa yang ia pikirkan?

"Hitoka-chan, kau boleh bohong ke semua orang. Tapi ku mohon, jangan kepadaku. Terutama soal kondisimu. Aku mencemaskan mu, Hitoka-chan. Kita ini teman kan? Terbukalah pada ku," lirih (Name) menggenggam erat tangan Hitoka.

Hitoka berkedip menatap (Name). (Name) sendiri kini sudah menangis. Tak apa ia diejek cengeng, dia hanya khawatir dengan temannya.

"Jangan nangis ah, kalau nangis kau jadi jelek loh!" Tawa Hitoka.

(Name) menghapus air matanya.

"Kau yang lebih jelek, baka Hitoka-chan," balas (Name) membuat tawa Hitoka semakin nyaring.

"Berarti kita sama-sama jelek ya? Ahahaha,"
Hitoka terus tertawa. Setelah tawanya mereda, ia tersenyum ranum. Ia menatap ke jendela yang menyuguhkan pemandangan senja.

"Kurasa, aku tidak masalah berbagi cerita tentang kondisiku kepada sesama orang jelek,"

𝐬𝐮𝐦𝐦𝐞𝐫 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang