Berdiri dan berjalan. Bergerak maju. Kamu memiliki dua kaki yang indah, bukan? Kamu tidak perlu bergantung pada apa dan siapa pun.
...
Ryeowook menatap pantulan dirinya pada gelas kaca. Melihat bagaimana mata caramel cerahnya menyiratkan lelah dan kesedihan secara bersamaan. Poni depannya yang panjang menutupi sebagian wajahnya. Dan saat dia menyampirkan anak rambutnya ke telinganya, sudut matanya mengalirkan air mata--kini menuruni pipinya.
Hanya ada dia dan detik jarum jam yang mengisi kehampaan dapurnya. Ryeowook mengangkat gelasnya dan menyesap kopi hitam yang sudah tujuh tahun ini menjadi favoritnya.
Dia bahkan tidak mengernyit sama sekali meskipun kopi miliknya tidak ada gula sama sekali di dalamnya."Hah~" menghembuskan nafasnya lelah, kini dia menyeka air matanya. Hatinya masih saja berdenyut sakit setiap kali ia mengingat bagaimana seseorang yang sangat ia cintai dengan tega bersetubuh dengan wanita lain di Apartmentnya, di ranjangnya.
Netra indah itu mengamati tanggal yang tertera di layar ponselnya. Ryeowook mengunyah bibir bawahnya kuat.
"Sudah tujuh tahun, ya?" Gumamnya entah kepada siapa. Jemarinya mengepal erat seperti ingin meninju seseorang, lalu setelahnya kepalan itu mengendur dan sekali lagi Ryeowook menghembuskan nafasnya."MAMA!"
"Astaga..." Ryeowook mengelus jantungnya yang hampir copot dikarenakan teriakan dari seorang anak laki-laki yang kini menatapnya dengan wajah tanpa dosa.
"Jeno-ya, kenapa kamu mengagetkan Mama?" Ryeowook mencubit pipi chubby anak laki-laki tampan itu.
Sang anak terkikik geli. "Maafkan aku, Mama. Aku melihat Mama sejak sepuluh menit yang lalu, Mama hanya diam dan terus-terusan menghembuskan nafas lelah. Apakah ada hal yang menganggu Mama?"
Caramel cerah yang tadinya tampak sayu itu kini mendadak menjadi gemilang. Matanya membulat bahagia dan bangga disaat yang bersamaan.
Betapa Ryeowook sangat bersyukur memiliki Jeno. Anak laki-laki yang baru berusia tujuh tahun itu tumbuh dengan begitu mengagumkan."Ohhh, anak Mama manis sekali~~" Ryeowook mengelus sayang rambut hitam kecoklatan Jeno--yang telah diwariskan oleh Ayahnya. "Mama hanya kurang tidur, Sayang."
Mata sipit Jeno melihat wajah Ryeowook khawatir. "Kalau begitu Mama tidak usah pergi bekerja besok, Mama harus tidur sampai Mama mendapat tidur yang cukup."
Ryeowook merasakan bahwa jantungnya kini turun ke perutnya. Anaknya yang manis ini tidak hanya penurut dan cerdas, tapi dia jelas dipenuhi dengan kasih sayang di jiwanya. Tidak ada hal yang lebih membanggakan lagi bagi seorang Ibu selain karena mereka telah berhasil mendidik anak-anaknya.
Wanita berusia tiga puluh satu tahun itu kini duduk diatas lututnya. Membawa tubuh mungil anak satu-satunya kedalam dekapannya. "Apa yang harus Mama lakukan jika suatu hari nanti akan ada seorang Putri yang mencuri Pangeran Jeno dari Mama?"
Jeno menggeleng dalam dekapannya. "Hmm-hmm, itu tidak akan terjadi, Mama. Mama adalah satu-satunya wanita yang Jeno cintai." Anak polos itu membuat tawa Ryeowook keluar begitu saja. Dengan gemas ia mengangkat tubuh Jeno.
"Aigoo~~ kamu semakin berat saja, Jeno-ya."
Jeno tertawa sambil mencium pipi Mama kesayangannya. "Nanti kalau aku sudah besar, gantian aku ya, Ma, yang menggendong, Mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight My Way
FanfictionRyeowook yang berniat memberikan kabar bahagia tentang kehamilannya kepada sang kekasih (Lee Donghae) dikejutkan dengan penemuannya bahwa sang kekasih selingkuh dengan wanita lain. Memutuskan untuk pergi dan menghilang dari kehidupan Donghae, Ryeowo...