2

209 39 63
                                    

Keseharian Ryeowook adalah bangun di pagi-pagi buta, mencuci baju, memasak untuk bekal Lee Jeno lalu setelahnya wanita cantik itu akan mengantar Jeno sampai di gerbang sekolahnya.

Lihat, tubuhnya yang mungil dan wajahnya yang masih terlihat seperti gadis berusia dua puluh tahunan awal sering kali membuat orang lain salah sangka terhadapnya.

Jeno bahkan sering bercerita kepada Ryeowook bahwa teman-temannya di kelas selalu mengira bahwa Ryeowook adalah Noona-nya.
Dan ketika Jeno mengatakan bahwa Ryeowook adalah ibunya, hampir semua temannya tidak percaya.

"Mama, teman-teman bilang Jeno tidak mirip sama sekali dengan, Mama." Bibir Jeno maju lima centi.

"Apa Jeno bukan anak Mama?" Dia bertanya polos dengan tangan yang masih bergandengan dengan Ryeowook.

Ryeowook terkikik geli. "Jeno tentu saja anak Mama."

"Tapi kenapa wajah kita tidak mirip?"

"Karena Jeno adalah foto kopian dari wajah Papa."

Jeno mendongak. Menatap wajah Ryeowook yang kini memandang jauh ke depan. Jeno memang hanyalah anak kecil tapi sekali lagi ingin ku katakan bahwa dia adalah anak kecil yang dewasa sebelum waktunya.

Mata sehitam mutiara di lautan itu dapat melihat ada sorot mata sedih setiap kali Mamanya itu membicarakan tentang Papa.

"Benarkah?"

"Tentu saja, Jeno. Apa kamu tidak percaya Mama?"

Jeno menggelengkan kepalanya cepat. "Jeno percaya Mama. Hanya saja... Jeno tidak pernah melihat wajah Papa. Bahkan Mama tidak pernah menunjukkan wajah Papa."

Deg!

Ryeowook bungkam. Pegangan tangannya pada jemari kecil anak semata wayangnya itu mengetat. Ia menggigit bibir bawahnya.

Dan Jeno bisa merasakan ada atmosfir tak menyenangkan yang keluar disekitar Ryeowook.

"Tapi tidak apa-apa. Karena hanya memiliki Mama, Jeno sudah sangat bahagia. Lagi pula ada Ayah Siwon yang baik hati,"

Kali ini giliran Ryeowook yang memandang Jeno terkejut. Mata itu menyipit ketika tersenyum--persis sekali dengan Lee Donghae.

"Ayah Siwon selalu bilang kalau Jeno boleh menganggap Ayah Siwon seperti Papa Jeno sendiri."

Ryeowook tidak bisa menyembunyikan senyum harunya. Dia menghentikan langkahnya. Berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Jeno.

Kedua jemarinya membingkai wajah tampan Jeno, matanya memandang tepat pada mata hitamnya, menyelami pantulan dirinya di mata satu-satunya penyemangat hidupnya itu.

Lalu Ryeowook membawa Jeno ke pelukannya. Membisikkan betapa beruntungnya dia memiliki Jeno, betapa menyayanginya ia, dan berterimakasih kepada Jeno karena dia selalu membuat hari-harinya yang berat menjadi lebih baik.

"Mama... Kita harus cepat sampai di sekolah, nanti Jeno telat loh~"

"Ahaha, iya-iya. Habisnya Jeno suka bikin Mama terharu, sih." Katanya sambil membawa Jeno kembali berjalan beriringan dan sesekali memainkan tebak-tebakan penjumlahan dan pengurangan.
.

.

.

Satu-satunya cinta yang benar-benar aku percayai adalah cinta seorang ibu untuk anak-anaknya.

Choi Ryeosomnia

.

.

Fight My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang