IV. Venus: Aphrodite

208 40 0
                                    

...

Kau pikir ini sudah berakhir, tapi ternyata tidak semudah itu.

Seperti yang kaubilang, hidup tidak pernah semudah itu.

Apa kemudian memberitahu dunia bahwa kau sedang tidak baik-baik saja mengubah sesuatu? Hidupmu menderita dan akan selalu.

Kau terbangun. Lirik sekitar, tampak tak ada siapa pun. Di depanmu terlihat minimarket dengan penerangan minim, serta toko kelontong kecil di sebelahnya. Kau tebak, dirimu sedang ada di area peristirahatan jalan tol. Berada di mobil klasik warna perak, yang kau kenal betul merupakan milik Satoru Gojo.

Orang yang harusnya sudah mati. Kau, juga harusnya sudah mati. Bagaimana ini bisa terjadi?

Sebuah ide muncul di pikiranmu.

Si brengsek itu punya teknik kutukan pembalik!

Kenapa kau tidak memikirkannya? Kenapa semua yang ada di kepalamu hanya tentang cara membunuh Satoru Gojo sebab kau sudah sangat muak dengannya? Kenapa kau tidak mempertimbangkannya ratusan ribu kali sebelum kau laksanakan rencana? Kau bodoh, bodoh, bodoh!

Menghela napas, kau coba membuka pintu.

Klik.

Terbuka! Itu benar-benar terbuka!

Bagaimana orang bodoh itu membiarkannya terbuka? Apa ia mengejekmu dengan berpikir kau tak akan bisa kabur meski pintu tersebut ia biarkan tidak terkunci? Sinting. Semuanya sinting. Tapi yang paling terpenting, kau harus segera keluar dari sini karena situasinya berubah genting.

Kau tengok sekitar, temukan bukan apa pun melainkan sebuah bus yang tengah menepi, seperti mengambil penumpang secara kelihatannya kendaraan tersebut tidak terlalu penuh. Kau tapakkan kaki di aspal halus, tersandung, belalakkan mata tatkala jumpai tak ada gembung besar di perut. Ke manakah bayimu?

Seolah hilangnya anak yang merupakan darah daging sendiri tidak penting, kau cepat berlari menuju transportasi umum yang tadi kau lihat. Merogoh kantong, dapatkan IC Card (yang entah mengapa ada di sana) yang bisa untuk tumpangi bus itu. Kau naik dan bertanya kepada kondektur, masih di mana engkau ini. Jawabannya membuatmu terkejut.

"Sapporo, Hokkaido. Maaf, apakah Anda tersesat? Di badan bus ini terlihat jelas logo JR Hokkaido, dan kami bisa membantu Anda jika Anda benar tersesat."

Gila.

Gila, sejauh itu. Sejauh itu dari Tokyo menuju Hokkaido. Orang gila itu-orang brengsek itu ... beraninya, beraninya! Beraninya, beraninya bajingan bermarga Gojo itu membawamu sejauh ini! Kau tak habis pikir, duniamu seakan berputar. Kau tak kenal daerah Hokkaido sama sekali, apalagi Sapporo. Memang kau pernah berlibur ke kota salju itu satu kali, tapi mengetahui daerahnya? Huh, kau harap.

"T-tolong jalan saja, nanti saya tekan tombolnya untuk berhenti di suatu tempat."

"Baik, Nona."

Kau duduk di salah satu kursi, menolak panik dan berusaha berpikir rasional. Hal yang bisa kau lakukan sekarang adalah kabur, tentu saja, tapi bukankah menelepon Satoru Gojo termasuk di dalamnya?

"Permisi, apa saya boleh meminjam ponselnya?"

Tanyamu pada sang kondektur, yang dibalas dengan ramah. "Tentu. Apa Anda membutuhkan bantuan lain?"

"Tidak, tidak perlu." Senyum canggung kau pasang, sambil menerima ponsel model lama yang dimilikinya. Kau agak heran mengapa ia memiliki ponsel seperti itu, tapi kau tak ambil pusing. Sesegera mungkin tanganmu menuliskan nomor si bajingan sembari berharap pria itu tidak punya kekuatan melacak via telepon. Mustahil, tentunya.

Hanami. ✓ 𝐒𝐀𝐓𝐎𝐑𝐔 𝐆𝐎𝐉𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang