3. the penthouse

8 2 0
                                    

"Sekretaris Na"

"Iya, tuan?"

Jeno membenarkan letak dasinya. "Selama kau menjadi sekretarisku, semua hal pribadiku akan kuserahkan kepadamu"

"M-maksudnya?" Jaemin tidak paham.

"Ya, bisa jadi 24/7 kau berada di sisiku. Layaknya sekretaris pada umumnya, setiap pagi kau kerumahku untuk menyiapkan jas dan dasi, lalu mengantarku ke kantor dan pulang"

Jaemin masih memikirkan perkataan sang atasan, kalau setiap harinya ia berada di sisi sang bos, tandanya ia tidak punya waktu untuk bersantai. Hahh.

"Sekretaris Na, apakah kau paham apa yang aku maksud?"

"A-ah, paham tuan."

"Bagus." Jeno tersenyum miring, lalu melempar sebuah kunci yang ditangkap cepat oleh Jaemin, "Antar aku pulang, sekarang."

"Tapi tuan ..."

"Alamat rumahku ada di mobil, kau tinggal ikuti jalan saja"

"Oke ..."






Mulut Jaemin tak berhenti ternganga saat menginjakkan kaki di gedung mewah ini. Sebenarnya tak heran juga sang atasan tinggal di sebuah unit apartemen ini, namun masalahnya...

Lee Jeno menekan tombol lantai paling atas saat di lift. Dan mereka menggunakan lift yang berbeda dari lift yang lain.

Lantai ke 100 di Gallaria Foret, ditempati oleh Lee Jeno.

"T-tuan..."

"Maaf jika rumahku terlalu kecil bagimu"

Ingin sekali Jaemin mencabik usus atasannya itu. Bosnya pemilik penthouse dan berkata rumahnya terlalu kecil.

Heol, bahkan rumahku mungkin hanya selebar kamarmu.

Istilah lain, Lee Jeno dalam fase 'merendah untuk ditampar'.

Sepertinya Jaemin tidak keberatan untuk datang kesini setiap hari. Baginya tempat ini begitu nyaman, pemandangan kota dari tempat ini juga bagus.

"Tuan" panggil Jaemin.

Jeno menyeduh kopinya dan duduk di bar mini, "Ada apa? Ada yang ingin kau tanyakan?"

"I-iya..."

Jeno melirik Jaemin sekilas, "Kemari, duduk di depanku."

Jaemin mengulum bibirnya, grogi hanya untuk menarik sebuah kursi. Apalagi di ruangan besar ini hanya ada dirinya dan atasannya saja.

"Tak perlu kaku seperti itu, santai saja." Jeno menyeruput kopinya.

"Ung... kau tinggal disini sendiri?"

"Tidak. Aku tinggal bertiga, dengan dua pembantuku"

"Aish, maksudku anggota keluarga lainnya."

"Tidak. Aku tidak dekat dengan keluargaku."

Jaemin mengangguk paham, matanya menyapu seisi ruangan tersebut guna menghilangkan rasa gugup.

"Sekretaris Na, bisakah kau mengambil satu botol bir di lemari pendingin?"

Jaemin terlonjak, "Ah! Baik tuan!"

Sial untuknya, kakinya tersandung kaki meja saat berjalan, tapi tidak merasakan dirinya menyentuh lantai. Ya, Jeno menahannya.

"T-tuan..."

Baru ingin berdiri kembali, keseimbangan keduanya runtuh.

Bruk.

Jaemin harus menahan malunya mati-matian setelah ini. Bagaimana tidak? Posisi mereka sangat intim dimana Jeno berada dibawah Jaemin dan Jaemin terjatuh diatas dada bosnya. Jangan lupakan jarak wajah yang kurang dari 5 senti itu.

PenthouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang