Chap 7

3.1K 433 27
                                    

Jujur saat itu adalah saat terberat untukku...

Sore ini, Akaashi sedang duduk bersantai di sebuah kursi yang berada di halaman belakang rumahnya. Jemarinya memainkan asal pena yang sedari tadi berada di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Akaashi merasa damai sebelum (name) datang menemuinya dengan perasaan marah.

"Jadi selama ini kau menyembunyikan sebuah rahasia besar, huh?! Kenapa dari dulu kau tidak pernah memberitahuku?!" serunya meninggi, membuat Akaashi sontak menoleh pada sang istri yang kini sedang berapi-api.

"Rahasia apa yang kau maksud? Kenapa kau tiba-tiba memarahiku seolah aku yang bersalah disini?" tanya Akaashi masih dengan sabar.

(name) menatap serius pada suaminya. "Ya! Aku memang memarahimu dan kau juga memang bersalah disini!" ujarnya masih dengan nada tinggi.

Akaashi segera bangkit dari duduknya. Ia semakin heran dengan sang istri.

"Apa yang kau bicarakan? Kesalahan apa yang sudah aku lakukan padamu?"

(name) mengepalkan tangannya sangat kuat hingga kuku jarinya memutih. Napasnya tampak memburu dan tubuhnya gemetar seolah amarahnya kian menyebar di sekujur tubuhnya.

"Kau! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau dulu Kaori pernah menyukaimu?! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau sahabatku pernah mencintaimu?!"

Suzumeda Kaori, mantan manager volly Fukurodani sekaligus sahabat terdekat (name) pernah menyukai pria yang kini menjadi suaminya ketika mereka masih duduk di bangku sekolah menengah.

Hal yang membuat (name) marah adalah ia baru mengetahui kalau sahabatnya itu dulu pernah menyukai suaminya dan bahkan ia pernah sampai berniat mengajak Akaashi untuk berpacaran. Namun niat itu Kaori urungkan demi sahabat terbaiknya, (name) karena dia tau sahabatnya itu juga menyukai pria sama dengan pria yang ia sukai.

Saat itu Akaashi tau kalau Kaori menyukainya. Namun ketika Kaori mengutarakan perasaannya, dengan halus Akaashi menolak perasaannya dan memberitahu Kaori kalau dia sudah menyukai orang lain dan Kaori tau siapa orang itu.

Sayang seribu sayang. Semua hal itu (name) baru mengetahuinya ketika Kaori tidak sengaja mengatakannya saat mereka bertemu tadi siang. Kalau saja saat itu (name) tau kalau Kaori menyukai Akaashi, dia rela menyerah dengan perasaannya dan dengan senang hati memberikan kesempatan pada Kaori untuk memiliki Akaashi.

Dengan wajah memerah (name) berusaha menahan amarahnya. Ia menatap Akaashi sengit seolah ia membenci pria yang saat ini ada di depannya.

"Kenapa kau tidak memberitahuku hal sebesar ini?! Kenapa kau menyembunyikan rahasia ini dariku?!" ujar (name). "Jawab aku!" sambungnya.

Akaashi mulai memandang serius pada istrinya. "Karena aku merasa kau tidak perlu tau tentang hal ini. Ini bukanlah hal penting yang harus aku beritahu padamu," balasnya masih dengan tenang.

"Bukan hal penting?! Kaori adalah sahabatku! Dia adalah satu-satunya sahabat terbaikku yang aku miliki dan kau bilang bukan hal penting?!" (name) semakin marah dengan sikap Akaashi yang seolah tidak menghargai pertemanannya dengan Kaori.

(name) kembali berujar, "Kalau saja... Kalau saja saat itu aku tau Kaori menyukaimu, aku rela menyerah dengan perasaanku dan memberikan Kaori kesempatan untuk berusaha membuatmu jatuh cinta kepadanya..."

Perlahan air mata mengalir melalu pipi (name). Terdengar pula isakan dari mulutnya yang berusaha sedang menahan jeritan kesedihannya.

"Kaori itu lebih baik dibanding diriku... Kau lebih pantas bersamanya dibanding bersamaku... Saat itu dia sangat menyukaimu dan ingin memilikimu tapi... Hiks... Tapi aku menghancurkan harapannya dengan hadir sebagai orang ketiga di antara kalian."

Akaashi tertegun ketika mendengar penuturan (name). Rasanya sebuah belati telah melesat dan tepat mengenai jantungnya hingga membuatnya merasa sakit.

Pria itu tidak menyukai wanita tercintanya menangis. Pria itu tidak menyukai wanita tercintanya menyalahkan dirinya sendiri karena suatu hal yang belum pasti itu adalah ulahnya sendiri.

(name) menangis menundukkan kepalanya. Tangan yang asalnya terkepal terbuka dengan sendirinya untuk melepaskan amarah yang sebelumnya membara di dalam dirinya.

Ketika ia sedang menyalahkan dirinya sendiri, tiba-tiba Akaashi memeluknya, mendekapnya hangat dan mengusap kepalanya lembut.

"Maafkan aku. Maafkan aku karena hal yang ku anggap sepele membuatmu merasa marah dan menanggung sebuah beban. Kau tidak bersalah. Justru aku yang bersalah karena saat itu aku tidak memberitahumu padahal kau sangat mempercayaiku."

Mendengar ucapan Akaashi, (name) semakin menangis dalam pelukannya. Tangannya refleks memeluk tubuh hangat sang suami dengan sangat erat.

"Aku tidak mau kehilanganmu... Hiks... Aku sangat mencintaimu... Hiks..." ungkapnya.

Akaashi mengecup puncak kepala sang istri dan kembali mengusapnya. "Perasaan yang kau rasakan sama seperti yang selalu aku rasakan, (name). Aku juga tidak mau kehilanganmu bahkan hanya untuk sesaat karena aku mencintaimu."

(name) menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Akaashi.

"Tetaplah bersamaku..."

Akaashi balas mengangguk dan kembali mempererat pelukannya.

Justru seharusnya akulah yang berkata seperti itu, (name).

***

"Sudah merasa lebih baik?"

"Umm..."

"Kau tau? Dadaku rasanya sakit sekali ketika melihatmu menangis. Sorot mata yang biasanya memandangku dengan penuh kasih sayang berubah menjadi penuh kebencian untuk beberapa saat."

"Maafkan aku..."

"Shhh... Tidak perlu meminta maaf lagi. Aku tidak suka kalau kau menyalahkan dirimu sendiri terus-menerus seperti ini."

"M-maaf... Hiks..."

"Sudah-sudah... Jangan menangis. Aku belikan es krim, mau?"

"Rasa (f/f)?"

"Apapun itu... Terserah apa yang kau inginkan."

"Dua?"

"Tidak hanya dua, bahkan satu pabrik es krim-pun akan aku berikan padamu agar kau kembali tersenyum. Hanya saja aku belum mampu untuk membeli pabriknya hehehe..."

"Hihihi... Baiklah baik. Jadi... Kapan aku mendapatkan es krim yang kau janjikan?"

"Sekarang. Ayo kita pergi."

"Umm!!"

...tapi Keiji-kun tau bagaimana menangani semua itu hingga kita bisa kembali seperti semula.

TBC

Gapapa lah ya sesekali bikin chapter yang kek gini gak melulu yang uwu😪💃
*(f/f) : favorite flavor

My Husband {Akaashi Keiji}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang