Satu

16 1 1
                                    

Satu—Hari pertama, musuh pertama dan penolakan yang sama.

-
-
-

"Biasanya yang nama nya Farhan itu fuckboy,"

"Kata nya si..."

Dibarisan yang sama, dikelas yang sama juga tentunya. Albirru Dalfin Sankara, lelaki yang mengikuti masa orientasi perkenalan sekolah kini malah meledek lelaki dibelakangnya. Bukan meledek, lebih tepatnya, dia ingin mencairkan suasana. Tapi malah terdengar seperti cibiran aneh.

Lelaki yang mempunyai nama Farhan itu menengok kearah sumber suara. Farhan tadi sedang asik mencari sosok seseorang yang sedang dia cari, tapi mendengar nama nya disebut, Farhan menjadi menengok kebelakang.

Farhan menengok kearah Albirru dengan tatapan tajam nya. Dia bahkan mengerti jika itu hanya sebuah kalimat candaan. Tapi karena sikapnya yang bisa terbilang cuek malah membuat dia tidak tertarik akan candaan yang di lontarkan Albirru barusan.

"Sans aja kali, kak..." Ujar Albirru terkekeh.

Albirru kembali mengembalikkan posisinya semula menatap OSIS yang sedang berbaris didepan sana. Merasa ketua OSIS yang tadi berbicara jadi terhenti, Albirru menyatukan alisnya pertanda bingung karena ketua OSIS itu malah menatap dirinya.

Albbiru atau yang biasa dipanggil Birru menunjuk dirinya ditengah keramaian angkatan yang sedang berbaris. Ini hari pertamanya. Apa mungkin dia melakukan kesalahan padahal dia tidak melakukan keributan?

Tatapan aneh apa juga yang dilayangkan ketua OSIS itu untuknya?

"Kamu kalau gak bisa menghargai saya yang sedang ngasih arahan mending keluar dari barisan." Kata ketua OSIS itu masih dengan pengeras suaranya seperti tadi.

Birru yang sekarang sudah menjadi pusat perhatian itu langsung maju ketengah lapangan menghampiri ketua OSIS seperti arahannya tadi.

"Kalau nggak suka acaranya, seenggaknya hargai saya yang lagi berbicara disini," ujar ketua OSIS itu lagi.

Birru yang sudah berbaris dibelakang ketua OSIS bersama anggota OSIS yang lainnya jadi merasa kesal sendiri saat lelaki itu masih saja mencibirnya.

"Ngomul mulu. Lo gak capek?" Tentu saja pertanyaan Birru itu mengundang pasang mata tertuju lagi padanya. Apalagi ketua OSIS itu yang sekarang sudah berada didepannya.

Walaupun suaranya tidak sekencang ketua OSIS yang mengunakan pengeras suara, suara tegas Birru yang membalas menyindir mampu membuat lelaki itu terbawa emosi karena bantahan Birru.

"Kenapa? Gak suka gua ngomong kayak gitu?" Tanya Birru menantang. Kedua lelaki itu bahkan sudah berhadapan. "Lagian MOS hari ini udah selesai dari tadi. Jadwalnya cuma sampai jam 10 kan? Udah lewat sejam kita-kita baris disini ngikutin lo! Banyak yang pingsan karena gak tahan matahari. Mau buat berapa orang lagi yang menderita karena ulah lo sendiri?"

"Kenapa malah jadi lo yang ngatur?"

Balasan singkat dari sang ketua OSIS membuat Birru terkekeh. "Seharusnya sih ketos kayak lo punya attitude yang bagus. Bukannya cuma marah-marah gak jelas. Lo udah makan waktu banyak orang. Apa pantes kalo lo yang malah buka suara disini? bukan tentang sekolah, tapi tentang cerita yang lo buat sendiri."

AlbirruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang