Tiga-Kena hukuman.
Birru turun dari lantai kamar atasnya dengan langkah terburu. Baju seragam yang belum dia masukan dengan dasi yang dililitkan ditangannya membuat kesan buruk. Apalagi rambut acaknya yang hanya dia sisir asal.
Dia memasang sepatunya agar pas di kakinya sembari berjalan cepat. Tidak peduli dengan tali sepatu yang tidak dia ikat.
Berhenti sejenak di tangga terakhir merogoh kantong celananya-mencari kunci motor. Setelah dapat, Birru kembali melanjutkan langkahnya.
Belum sempat dia kembali membawa langkahnya untuk cepat pergi sekolah karena sudah telat, suara berat dibelakang kini memberhentikan langkahnya.
"Papa denger, disekolah kamu banyak perkumpulan geng gak bener. Geng yang suka tauran dan suka cari masalah. Kamu jangan sesekali ada niat buat gabung!" Peringatkan Abi-papa Birru.
Birru mendecak, tanpa ada niat sedikitpun untuk mencari sumber suara. "Jangan suka ikut campur masalah pribadi Birru,"
"Papa nggak ikut campur. Papa hanya mengingatkan."
"Birru gak butuh itu. Birru bisa tahu yang mana yang baik atau sebaliknya. Gak kayak papa yang tahu nya selingkuh dan malah pasang senyum paling seneng pas mama pergi."
Abi membulatkan kedua matanya. Dia turun dari lantai atas menghampiri Birru yang masih membelakanginya. "Jaga ya ucapan kamu!"
Birru berbalik badan. Menatap menantang lawan bicara. "Apa yang harus Birru jaga? Tutup mulut didepan media? Udah 'kan? Papa mau apa lagi dari Birru?"
"Berhenti berpikir buruk tentang papa!" Tegas Abi yang emosinya sudah memuncak.
"Nyatanya papa memang buruk 'kan?"
Plak!
Dan yah....tamparan hangat kini diberikan sebagai sarapan Birru pagi ini.
"Apa karena ini mama pergi dari sini?" Tanya Birru dengan senyum liciknya. "Papa selalu main fisik dan cuma mau menang sendiri."
"Kamu gak tahu semuanya! Kamu cuma anak kecil yang-"
"Mau sampai kapan papa anggap aku anak kecil? Aku udah dewasa. Birru sekarang udah SMA, pa. Kalau papa pikir Birru gak tau apa-apa tentang masalah ini, papa salah. Birru tau semuanya."
-A L B I R R U-
Hari ketiga kegiatan MPLS di SMA Biratha kini dimulai. Hampir satu lapangan penuh karena peserta yang sudah berpencar tidak sesuai aturan karena untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh OSIS yang mengatur tadi.
Ditambah seluruh siswa-siswi atau kakak-kakak kelas itu ikut menyaksikan mpls langsung dilapangan.
Dan karena hari ini hari Senin, mereka dibarengi dengan upacara bendera dan penutupan mpls yang sepertinya baru akan selesai siang nanti.
Tapi Birru masih berdiam diri di area luar sekolah. Dia bingung bagaimana dia bisa masuk dengan gerbang yang keadaannya sudah tertutup.
Menyebalkan memang bertengkar dengan seseorang yang sampai sekarang dia sebut ayah. Tapi Birru tidak masalah tentang itu. Bahkan hal itu sudah menjadi angin lewat buat dia dan tidak membekas sedikitpun dipikirannya.
Itu sudah menjadi rutinitas Birru semenjak setahun lalu. Makannya Birru tidak terlalu mengambil hati dengan apa yang ayahnya lakukan tadi.
Jam ditangannya sudah menunjukan pukul tujuh lewat. Itu artinya, Birru sudah telat.
Dia masih ingin mengikuti kegiatan itu, tapi tidak dengan hukuman akhirnya. Makannya sekarang dia masih bingung memikirkan harus dengan cara apa dia dapat masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Albirru
Teen FictionAlbirru Dalfin Sankara, lelaki keras kepala yang terus menerus selalu terjebak didunianya sendiri-dimasa lalu nya yang sangat kelam. Dia tidak bisa keluar dari sana. Lebih tepatnya, dia sendiri yang membuat dirinya semakin merasakan sakit yang amat...