Sesuai hukuman yang diberikan para pengurus OSIS tadi, disini Birru berada, dengan sapu di tangannya yang sampai sekarang dia sendiri bingung harus melakukan apa.
Padahal teman-temannya yang satu baris ditempat hukuman di lapangan tadi sudah dengan pekerjaannya masing-masing membersihkan koridor.
Ada yang sebagian dilantai paling atas, ada yang dipertengahan dan ada pula yang dilantai bawah. Bahkan sampai perpustakaan, kamar mandi dan lapangan sekolah adalah hukumannya untuk membersihkan tempat-tempat itu sebagai siswa yang terlambat.
Birru ada dilantai 3 koridor kelas 11. Dia mendapatkan bagian bersih-bersih dengan Farhan dan dua lelaki tadi—kakak kelas yang membawanya juga ikut dalam hukuman.
Padahal jika tadi kakak kelasnya itu menolak untuk dihukum, Birru dan Farhan juga tidak akan dihukum seperti sekarang. Entah apa alasannya kedua orang itu mendapat tempat yang spesial ditempat ini. Menurut Birru, mereka hanya kakak kelas tanpa tahu apa jabatannya. Birru juga berpikir kalau mereka cuma sekerumpulan anak nakal yang kerjaannya hanya membantah perkataan dan peraturan dari sekolah.
"Nat, aku minta maaf," ujar lelaki disamping Birru dengan suara yang benar-benar tulus. Tidak seperti ucapan laki-laki modus yang hanya mempermainkan perempuan.
Yang dipanggil Nat itu menoleh saat sedang asik menyapu koridor. "Dena, udah berapa kali aku bilang kalau aku yang salah. Bukan kamu,"
Birru malah menjadi saksi seseorang mengucapkan kata maaf dengan tulus disini. Kakak kelasnya yang tadi dia bantu menjaga tas nya malah memasang wajah cemas dan khawatir didepan perempuan nya.
Sebenarnya Birru tidak suka mencampuri urusan percintaan orang lain. Toh, masalah percintaannya saja gagal. Tapi melihat wajah yang sepertinya benar-benar tulus dari lelaki itu membuat fokus Birru teralih penuh dengan sepasang kekasih itu.
"Nat, aku yang salah." Kekeh Dena kepada Nata.
"Salah kamu dimana nya? Aku yang jalan sama cowok dan kamu cemburu itu wajar, Den,"
Dena kembali membantah, "Cemburu aku gak wajar."
"Kamu sadar itu?"
Dengan ragu, Dena mengangguk mengiyakan.
"Minta maaf ke dia, mau?" Tawar Nata dengan suara lembutnya.
Kini Dena menggeleng, menggeleng tegas tidak setuju dengan ucapan Nata.
"Astaghfirullah aku sudah panas!" Seru Birru memecahkan keheningan saat teman-temannya masih sibuk membersihkan koridor.
Dia sudah tidak tahan lagi mendengarkan masalah percintaan didepannya ini. Dia juga tidak mengerti apa yang sedang dibahas kakak kelasnya dan buat apa dia menguping.
Tapi walaupun begitu, sekarang Birru jadi tahu kenapa tadi Dena kekeh untuk tetap dihukum. Ya, karena perempuannya juga sedang ada dibarisan siswa terlambat, Dena ingin menemaninya.
Birru berjalan pergi mencari tempat lain untuk dia duduk beristirahat. Padahal sejak hukuman dilontarkan Birru sama sekali tidak melaksanakan hukuman itu. Birru hanya lelah diam.
Bel istirahat kini berbunyi, menyadarkan Birru jika hukumannya sudah selesai. Tadinya Birru ingin berjalan menuju kantin dilantai bawah. Tapi saat melihat Farhan—teman baru nya yang sepertinya sedang terganggu di datangi seseorang yang tidak dia suka kehadirannya.
"Farhan P Mauriz, cakep ya namanya. Kayak orang nya," goda perempuan disamping Farhan.
"P nya apa?" Tanya teman satunya
"Pacar Killa," jawab satu temannya ngasal.
"Yeeeeee!" Seru yang bertanya tadi tidak terima. "Start awal lo bagus juga,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Albirru
Teen FictionAlbirru Dalfin Sankara, lelaki keras kepala yang terus menerus selalu terjebak didunianya sendiri-dimasa lalu nya yang sangat kelam. Dia tidak bisa keluar dari sana. Lebih tepatnya, dia sendiri yang membuat dirinya semakin merasakan sakit yang amat...