Chapter 30. Pengagum Rahasia

17K 1.3K 70
                                    

Flashback dimulai.

Tiga tahun yang lalu.

Saat ini, pertandingan basket di salah satu SMP di kota Jakarta sedang dilangsungkan.

Banyak murid yang berkerumun untuk menonton, termasuk Bella, murid perempuan kelas delapan yang kini berdiri di balkon lantai atas salah satu gedung sekolah.

"Wah! ka Reyhan cakep banget.."

Bella menengok pada temannya yang berucap. Ia tersenyum.

"Iya! dari jauh aja bersinar!"

"Bener-bener!"

"Hoy lu semua nonton pertandingan apa cuma fangirling ka Reyhan si?!"

"Dua-duanya!"

Mendengar semua keributan itu membuat Bella terkekeh geli.

Meskipun begitu, pandangan Bella tak teralihkan. Ia masih menatap ke arah murid laki-laki yang selalu ia perhatikan.

"Kalo lu gimana Bell? seneng juga gak ngeliatin ka Reyhan??' tanya salah satu teman Bella.

Bella menggigit bibirnya. Ia menggeleng.

"Hah? gak seneng? masa si?"

Bella tersenyum. "Aku lebih suka yang satunya."

Teman-teman Bella sontak tercengang. 

"Serius Bel? lu lebih suka ka Rafael? dia kan brandalan!"

"Iya! sering bikin masalah!"

Bella terseyum dan masih memperhatikan Rafael dari kejauhan. Ia menghela nafasnya pelan.

"Namanya juga suka, emang bisa diatur?" ucap Bella.

Teman-teman Bella tak kuasa. Mereka mulai meledeki Bella.

"Eciee Bella!"

"Naksirnya sama bad boy!"

"Ajak kenalan dong Bell!"

Bella membelalak. "Enggak enggak! gila kali?" ucapnya.

"Loh kenapa? ka Rafael gak punya pacar ini!"

"Kalo gak, kasih kado aja Bell!"

"K-kado..? mana mungkin dia nerima kado dari orang yang gak dikenal..?" ucap Bella.

"Bukan dari orang yang gak dikenal, tapi dari secret admirer," sahut salah satu teman Bella.

"Ayo Bell! biar di notis sama ka Rafa!"

Bella menelan ludahnya. Ia kembali melihat ke arah Rafael yang saat ini masih berjuang memenangkan pertandingan bersama timnya.

Bukankah ini ide yang buruk?

Haruskah ia memberikan sesuatu pada Rafael? sebagai seorang pengagum rahasia?

***

Dua hari berikutnya.

Para murid sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. Kini di sekolah hanya tersisa murid-murid yang menjalani eskul dan kegiatan lainnya.

Termasuk Bella, yang hendak memberikan kado pada sesorang yang dipuja.

Bella menatap sekeliling. Memastikan sudah tidak ada teman-temannya di sekitaran seolah. Iapun berjalan menuju lapangan basket.

Belum jadi memasuki lapangan basket, degup jantung Bella sudah tak beraturan. Ia meremas kotak kado yang ia pegang di tangannya.

Entah kenapa, ini jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan.

Tiba-tiba Bella melihat seorang laki-laki yang berjalan dari arah lapangan basket. Ia berjalan sendirian.

Endless ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang