Chapter 6

219 28 10
                                    

Pagi itu di ruangannya yang disiram cahaya matahari cerah dari jendela besar, Kyungsoo sedang mengamati dengan teliti sketsa yang dititipkan Choi Minho kemarin pada Mark. Kening mengerut dengan bola mata bergerak perlahan seolah sedang melucuti kesalahan-kesalahan yang bisa diambil dari gambar yang terpampang di atas buku.

"Winwin?" suara berat itu memanggil tanpa mengangkat dari buku yang sedang dibacanya. Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi Mark untuk segera mendatangi si pemilik suara dengan nama itu. Ia langsung sigap berdiri di depan meja si bos.
"Telepon kantor Choi Minho dan katakan pada mereka aku ingin memajukan jadwal preview hasil karyanya menjadi jam dua belas tiga puluh siang. Sampaikan pada semua orang untuk bersiap karena kita akan berangkat setengah jam lagi," titah Kyungsoo menatap Mark dengan kedua tangan menyiku di meja untuk memangku kepalanya.
"Baik, Tuan," jawab Mark, memutar tubuhnya lalu berjalan ke luar ruangan.

Mark menelepon beberapa staf yang akan dibawa untuk ikut bersama dengan Kyungsoo termasuk Kai. Lelaki itu tampak tergesa-gesa mendatangi meja Mark.

"Apa Kyungsoo tidak memberitahu alasan kenapa waktu pertemuan dimajukan?" tanya Kai, sementara Mark sedang merapikan dokumen di atas meja.
"Hmm, no," Mark menggeleng, "ngomong-ngomong, memang kenapa harus dilakukan preview oleh Tuan Kyungsoo, Kai-ssi?"
"Semua rancangan dari para perancang yang busananya akan naik cetak di majalah harus mendapat persetujuan dari Kyungsoo dahulu," jelas Kai.
"Seketat itukah?" Mark membulatkan matanya.
"Pendapat Kyungsoo adalah segalanya."
"Dan bagaimana dia akan melakukan penilaian?"
"Satu anggukan saat dia melihat rancangan busana artinya bagus. Dua anggukan artinya sangat bagus. Dan jika kau cukup beruntung, dia bisa saja melempar senyuman, yang hanya sekali kulihat selama aku bekerja di tempat ini, yaitu musim gugur tahun 2017. Jika Kyungsoo tidak menyukainya, maka dia akan menggelengkan kepala," ucap Kai menjelaskan, saat ia dan Mark masuk ke dalam lift. Kyungsoo sendiri berada di lift yang berbeda.
"Hanya menggelengkan kepala saja?" tanya Mark lagi.
"Masih ada satu kode lagi. Jika dia mengerucutkan bibirnya dan perlahan memutar matanya ke arah lain."
"Apa itu artinya?"

Kai mengerling pada lelaki kecil di sampingnya itu.

"Kiss of death, alias bencana," jawabnya singkat, tepat saat pintu lift terbuka dan keduanya segera keluar.

Tampak Kyungsoo sudah akan masuk ke dalam Mercedes S650 warna hitam miliknya, Mark setengah berlari dan menyusul masuk melalui pintu belakang mobil sisi yang lain. Kai berada di mobil yang lain bersama dengan Yuta dan staf perempuan dari Departemen Kecantikan bernama Joy.

Selama perjalanan, Mark yang duduk di samping Kyungsoo hanya diam. Ia bingung apa harus membuka topik pembicaraan atau tidak karena ini adalah kali pertama mereka berada dalam satu mobil. Dilihatnya lelaki itu memandang keluar jendela dengan ekspresi datarnya.

"Terakhir kali saya berkunjung ke kantor Tuan Choi Minho, saya melihat banyak rancangan baju dan tasnya yang sangat bagus. Dia tentu adalah perancang yang luar biasa menurut saya," akhirnya Mark mencoba memberanikan diri membuka percakapan karena suasana di mobil begitu hening, bahkan tak ada suara musik pun dari radio.
"Aku tak meragukan itu."

Tanpa terduga, Kyungsoo membalas ucapan dari Mark yang sedikit terkejut. Namun demikian, Mark tidak melanjutkan karena lelaki itu tampak tidak berminat untuk mengobrol. Selama sisa perjalanan keheningan bagai di pemakaman pun berlanjut.

"Selamat datang, Kyungsoo, lama tidak berjumpa, kau sangat sibuk sekali kurasa," sapa Minho saat mereka semua sudah sampai di kantornya. Kyungsoo membalas jabatan tangan lelaki itu dengan senyuman tipis.
"Kau sendiri tahu bagaimana industri seperti ini berjalan tentunya. Setiap detik tentu begitu berharga untuk dilewati," kata Kyungsoo, berjalan masuk didampingi Minho. Mark berjalan bersama Kai, diikuti Yuta dan Joy.
"Lalu apa yang harus ku lakukan nanti, Kai-ssi?" tanya Mark dalam bisikan, saat ia duduk di bangku yang telah disediakan tepat di belakang sofa Kyungsoo.
"Cukup perhatikan dan catat apa yang dia lakukan. Persis seperti yang selalu kau lakukan jika sedang rapat, bukan?"

The Devil in Dolce & GabbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang