Chapter 3

173 33 4
                                    

Mark beruntung dia mendapatkan fasilitas sebuah mobil sedan berikut supir yang akan mengantarnya kesana kemari melakukan pekerjaan di luar kantor. Sambil tergesa-gesa, Mark turun dari mobil yang berhenti di pinggir jalan lalu berlari menuju ke toko Calvin Klein di seberang, bersamaan dengan ponselnya yang berbunyi.

"Yeoboseyo. Tuan Kyungsoo," kata Mark yang tahu panggilan itu dari bosnya.

"Apa kau sudah sampai?"

"Saya baru saja sampai dan akan segera mengambilkan pesanan anda, lalu..."

Sambungan terputus, lebih tepatnya Kyungsoo yang memutusnya, saat Mark belum selesai menyampaikan ucapannya.

"Dasar," gumam Mark yang masih berlari melewati orang-orang. Ponselnya kembali berbunyi, kali ini Winwin yang menelepon.

"Yeoboseyo. Winwin-ssi."

"Karena kau sedang diluar, Tuan Kyungsoo meminta kau sekalian membawa pesanan tas Dior dan Gucci-nya juga. Bawakan juga titipan dari Tuan Siwon di kantornya. Tuan Kyungsoo ada makan siang besama klien nanti siang dan dia ingin kopinya sudah sampai kantor sebelum dia berangkat. Ingat, kopi panas."

"Bisakah kau mengulanginya, Winwin-ssi?" Mark hendak mengambil catatannya dan berhenti sejenak, namun Winwin sudah memutus sambungan telepon, membuat ia mengumpat kecil.

Kurang lebih satu jam setengah, karena jalanan kota Seoul yang memang padat hari ini, Mark sudah kembali ke kantor. Dengan susah payah dia membawa semua barang yang tadi diminta, paper bag besar dengan nama Dior dan Gucci di tangan kirinya yang juga mengapit sebuah amplop coklat tebal, lalu kopi panas Starbucks di tangan kanannya. Winwin bahkan sampai harus membantu membukakan pintu kaca agar Mark bisa masuk dengan mudah.

"Astaga kau lama sekali. Aku ingin buang air kecil sejak tadi, asal kau tahu," kata Winwin, menyambar dua paper bag dari tangan Mark.
"Kau belum buang air kecil?" tanya Mark dengan polosnya.
"Tentu saja. Kau tidak ingat apa yang tadi ku katakan tentang meninggalkan meja, bukan?"
"Yeah, kau benar," Mark melepas mantelnya dan menyimpan di tempatnya, bersamaan dengan hal itu Kyungsoo muncul melalui pintu kaca. Segera saja Mark berdiri tegap sambil memasang senyum ramah yang tidak dilirik sedikit pun oleh si lelaki dingin itu.

"Okay, mulai jam 12.30 semua orang akan menjadi sangat sibuk. Telepon akan selalu berdering tanpa henti, jadi kau tak boleh meninggalkan meja kerjamu, mengerti?" Winwin berkata sambil menunjuk-nunjuk seperti seorang ibu yang memperingati anaknya.
"Hmm, okay," jawab Mark singkat, "tapi hal sibuk apa yang kau maksud tadi, Winwin-ssi?"
"Semua tim redaksi akan datang ke ruangan Tuan Kyungsoo, mereka semua membicarakan berbagai hal penting untuk edisi majalah berikutnya," jelas lelaki berkebangsaan Cina itu. "Oh kau datang juga akhirnya, Jungwoo," sambungnya, saat seorang lelaki bersurai cokelat tua muncul.
"Ayo kita berangkat," kata lelaki bernama Jungwoo itu. Tatapannya lalu menoleh pada Mark yang memasang tampang konyol, "dan apakah ini anak baru itu?"
"Halo, Jungwoo-ssi, namaku Mark Lee," kata Mark tersenyum ramah.
"Halo, Mark," balas Jungwoo sekedarnya, "kukira kau bercanda," bisiknya pada Winwin sesaat tapi bisa didengar Mark dengan cukup jelas lelaki itu sedang membicarakannya.
"Yeah, begitulah," kata Winwin, "setelah ke kamar mandi untuk buang air kecil, aku dan Jungwoo akan makan siang bersama selama dua puluh menit. Kalu boleh makan siang setelah aku selama lima belas menit, mengerti?" ia menoleh pada Mark.
"Tentu," jawab Mark.

Winwin dan Jungwoo kemudian pergi sambil berbincang dan sesekali tertawa. Mark bisa mendengar jelas percakapan keduanya sebelum menghilang ke balik pintu kaca.

"Lihatlah sweater itu," ujar Jungwoo.
"Mungkin warisan dari kakeknya," kata Winwin, dan mereka berdua lantas terbahak. Mark hanya menjulurkan lidahnya ke arah kedua orang itu.

The Devil in Dolce & GabbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang