Chapter 2

216 38 5
                                    

"Jadi, akhirnya kau diterima bekerja di redaksi majalah itu?" tanya Taeyong yang menuangkan sebuah minuman berwarna merah marun pada gelas Mark.
"Yeah, begitulah," jawab Mark sambil menggeleng tak percaya juga.
"Sebuah hal hebat yang dilakukan oleh seorang Mark Lee tentunya. Dengar, apa kau hanya menjalani proses wawancara melalui telepon?"
"Jangan gila, Seongwu hyung, tak mungkin aku melakukan hal itu," Mark tertawa menanggapi ucapan Ong Seong Wu, "semua proses yang sangat tidak terduga."
"Kini kau adalah anak buah, ahh tidak, tepatnya asisten pribadi dari seorang Do Kyungsoo. Haruskah kita bertepuk tangan juga saat ini?" Hwang Minhyung berseru girang diikuti oleh tawa yang pecah dari Seongwu dan Taeyong pula.
"Astaga, kalian berlebihan. Tapi serius Minhyung hyung, bagaimana bisa kau lebih tahu siapa Do Kyungsoo itu daripada aku?" ujar Mark usai menyesap minumannya. Memanggil nama lelaki itu ia merasa seperti menyebut namanya sendiri jika tanpa embel-embel hyung.
"Karena Minhyung diam-diam adalah penggemar dari Do Kyungsoo," kata Taeyong, sukses membuat Seongwu kembali tertawa kencang dan memukul pundaknya.
"Bukan, tentu saja bukan. Namun demikian, aku tak menampik jika lelaki itu memang luar biasa. Integritasnya pada pekerjaan patut untuk diacungi jempol. Etos kerjanya begitu mengagumkan, dan jujur suatu saat kau juga akan takjub akan hal itu, percaya padaku," jelas Minhyung sambil memutar matanya di akhir kalimatnya.
"Dan kini aku berada di lingkaran itu," kata Mark tersenyum hambar.
"Akui saja jika ribuan, atau mungkin jutaan orang diluar sana rela berebut dengan saling membunuh untuk dapat posisimu saat ini, Markie, yeah setidaknya kau tidak akan bau daging asap seperti kekasihmu itu," Minhyung mengedik pada Taeyong yang duduk di seberangnya, membuat lelaki itu terbahak, "atau lelaki ini yang bekerja sebagai agen asuransi," tambahnya pada Seongwu.
"Tapi kau tetap mencintaiku, kan, karena aku bisa memiliki banyak waktu untuk mengunjungi galerimu," Seongwu mencubit pipi Minghyung yang langsung menepis tangannya.
"Bagaimana kalau kita mulai memakan makanan menggiurkan ini? Aku sudah mulai lapar," kata Taeyong.
"Dan karena tujuan kita kemari juga untuk merayakan Mark yang sudah mendapatkan pekerjaan," kata Seongwu.
"Mari kita bersulang terlebih dahulu," Minhyung mengangkat ke udara gelas minumannya, diikuti oleh ketiga orang lainnya.
"Untuk kesuksesan," kata Mark.
"Untuk kesuksesan," seru ketiga orang lainnya. Mereka semua kemudian tertawa-tawa lalu meminum anggur di gelas masing-masing.

*

"Aku turut berbahagia. Senang rasanya kau bisa mendapatkan pekerjaan," kata Taeyong, saat ia menggandeng tangan Mark berjalan sepanjang trotoar malam itu sepulang dari restoran tempat makan malam bersama Seongwu dan Minhyung.
"Terima kasih, sayang. Tapi kau harus melihat bagaimana penampilan orang-orang di D.O magazine. Aku minder sekali tak memiliki pakaian kantor sebagus mereka, hyung," kata Mark sedikit menunduk.
"Memang kau harus memiliki pakaian kelewat mewah dengan jas mahal keluaran merk terkenal, begitu?"
"Mungkin aku membutuhkannya suatu hari nanti. Yeah, tak harus sangat mahal dari brand terkenal. Setidaknya cukup pantas."
"Kau sudah hebat," Taeyong menghentikan langkahnya lalu menghadap Mark yang juga ikut berhenti. Ditatapnya mata sayu baby lion-nya itu. "Kau tak membutuhkan barang sangat mahal itu untuk membungkus tubuhmu. Bagiku kau sudah sangat hebat dan luar biasa," ia merapatkan kupluk yang dikenakan oleh Mark.

Ucapan dan perlakuan Taeyong membuat rona merah di pipi Mark muncul. Ia sendiri bisa merasakan suhu memanas di pipinya.

"Terima kasih. Itu sangat berarti, hyung. Terima kasih kau selalu mendukungku apa pun yang terjadi," bisik Mark. Genggaman tangannya pada Taeyong semakin mengerat. "Semoga kau tidak sedang mabuk mengatakan hal itu," sambungnya.

Taeyong tertawa. Ia mendekatkan dirinya pada Mark, memperpendek jarak antara wajahnya dengan wajah mungil itu, lalu mencium bibir tipis itu lembut. Mark menyambut ciuman hangat dari kekasihnya.

"Disini sudah terlalu dingin," bisik Taeyong, merapatkan keningnya pada kening Mark, "lebih baik kita segera pulang dan menghentikan perdebatan tentang pakaian mahal. Kita bisa melakukan sesuatu hal lain di apartemen."
"Apa itu?" Mark mengangkat kedua alisnya.
"Sesuatu yang bisa kita lakukan tanpa pakaian tentunya," jawab Taeyong, membuat Mark malah terkekeh. Lelaki itu lantas menggendong Mark bridal.

The Devil in Dolce & GabbanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang