Bab 3

29.5K 5.4K 160
                                    

Aku mengingat kejadian ini. Ini adalah kejadian bab pertama didalam novel. Alegria mengalami kecelakaan. Dia tidak bertanya kepada Deon karena sudah tau pelakunya. Lalu ia mendapat masalah karena bertengkar dengan kakaknya. Lalu diwaktu bersamaan ia tau jika Ziel dekat dengan Deby. Disinilah sifat Alegria semakin menjadi-jadi. Ia berfikir jika Ziel tidak menjenguknya karena Deby. Ia cemburu! Dan mulai merencanakan serangkaian kecelakaan untuk Deby.

Aku masuk kedalam rumah. Para pelayan menunduk menghormatiku. Meskipun aku tau mereka semua sangat membenciku dan tidak sudi ada aku yang seorang anak haram tapi aku tetaplah memiliki darah Dominique dari ayahku.

Jika mamaku meninggal karena melahirkanku dan seluruh keluargaku membenciku karena aku menyebabkan mamaku meninggal. Tapi tidak dengan Alegria. Ibu Alegria  seorang pelacur di klub malam yang kemudian sakit karena penyakit menular. Sadar hidupnya tidak akan lama ibu Alegria menghubungi Erick Dominique agar mau merawat putri mereka. Erick setuju. Dan di umur 5 tahun Alegria masuk kedalam rumah besar Dominique. Istri sah dan anak-anak Dominique sangat membenci Alegria. Alegria sadar itu. Tapi karena sikap keluarganya seperti iblis dan ayahnya yang tidak peduli dengannya. Alhasil mau tak mau Alegria juga harus berjuang untuk hidupnya. Ia harus kejam jika ingin hidup di kastil megah Dominique.

"Kau sudah pulang?" Tanya seseorang.

Aku melihat orang itu. Dia memiliki wajah yang rupawan. Rambutnya bewarna Pirang dan memiliki warna mata biru sepertiku. Axel Dycal Dominique.

Jika aku Alegria aku pasti akan langsung menyerangnya. Tapi karena aku Alegria lain. Aku tidak akan melakukan hal tersebut. Lagipula aku juga ingin hidup.

"Iya. Terimakasih sudah menyambutku kakak." Ucapku dengan tersenyum.

Axel terkejut. Alegria tidak pernah memanggilnya kakak sejak ia berkata bahwa ia bukan kakaknya. Dan selamanya tidak akan pernah jadi kakaknya. Alhasil Alegria tidak pernah memanggilnya kakak meskipun itu di depan umum.

"Aku permisi mau istirahat." Ucapku yang kemudian melangkah masuk. Deon mengikutiku dibelakang.

Deon adalah pelayan pribadi Alegria. Ia mengurus semua kebutuhan Alegria.

Aku sengaja memanggilnya kakak karena aku tau ketika membaca novel bab terakhir penyiksaan yang dilakukan Axel. Sampai akhir Alegria tidak memanggil Axel kakak karena ia memang tidak menganggap Axel sebagai keluarga. Ia seperti orang asing di rumah ini. Ia mengingat kenangan masa kecilnya jika Axel tidak pernah menganggap Alegria sebagai adik atau keluarganya.

Sampai dikamar, Deon meletakan tas Alegria lalu memanggil seorang pelayan agar membereskan baju Alegria.

"Apa nona ingin makan?"

"Tidak. Aku hanya ingin istirahat. Jangan bangunkan aku sampai nanti malam. Dan Deon..."

"Iya nona?"

"Bisakah kita berteman?" Tanyaku.

Mata Deon membulat. Ia lalu menunduk dan mencium punggung tanganku. "Dengan senang hati nona."

Aku tersenyum. Lalu memegang tangannya.

"Kalau begitu panggil aku Ria." Pintaku.

"Apa?? Tapi nona itu.."

"Ria. Panggil aku Ria. Mendiang ibuku selalu memanggilku Ria. Jadi, aku akan memberikan kebanggaan itu padamu." Kataku.

Dicerita aslinya, Alegria selalu dipanggil Alegria. Tapi hanya ada satu orang yang memanggilnya Ria. Itu adalah ibunya yang sudah meninggal. Karena tak ingin di cap sebagai anak pelacur atau sebagainya dia meninggalkan nama Ria. Tapi dari dalam lubuk hatinya Alegria sebenarnya merindukan nama panggilan itu. Ria.

"Ria." Panggilnya lembut.

Jantungku berdebar keras. Sepertinya tubuh ini senang mendengar nama panggilan itu. Alegria jika kau bisa mendengarku, apa saat ini kau senang? Aku tersenyum senang.

"Terimakasih Deon."

"Iya non.. Maksudku Ria. Saya juga berterimakasih karena Ria telah memberikan kebanggan itu." Ucapnya senang.

Aku pun berbaring diatas tempat tidur. Deon membantu menyelimutiku.

Malamnya, karena Erick Dominique berada di dalam rumah mereka pun makan bersama. Karena tak melihat Alegria ia pun bertanya. Karena biasanya Alegria akan makan bersama mereka.

"Nona bilang, tidak ada yang boleh masuk ke kamarnya kecuali Deon Tuan." Kata seorang pelayan disana.

"Kalau gitu, suruh Deon manggil dia." Perintahnya.

Pelayan itu menganguk ketika hendak pergi, Alegria sudah datang bersama Deon. Alegria duduk dengan tenang. Ayahnya menatapnya kesal. Mereka pun mulai makan dengan tenang. Kecuali Dary yang merengek. Dary adalah adik kandung dari Ervin dan Axel. Dan dia juga adik Alegria tapi berbeda ibu. Lalu bagaimana hubungan Alegria dan Dary? Sama seperti yang lain, Mereka tidak akrab. Dary baru berusia 8 tahun.

"Dary tenang!" Kata ibunya tegas.

"Aku cuma mau salah satu dari kalian datang ke acara pentasku!" Katanya kesal.

Sama seperti Alegria. Dary juga sering diabaikan oleh keluarganya yang sibuk bekerja. Tapi karena Dary masih anak kandung mereka. Hidup Dary lebih baik karena tak mengalami diskriminasi dari ibu dan saudaranya yang lain.

"Dary, mama sudah bilang kalau kamu nggak usah ikut drama!! Hari pentas kamu benturan sama jadwal penting."

"Benar, hari itu Ziel berulangtahun. Jadi lupakan saja pentas dramamu itu." Kata Ervin. Ervin lebih mementingkan pekerjaan memang daripada harus menghadari acara tidak penting Dary.

Alegria diam dan tidak ikut nimbrung. Sikapnya sangat tenang dan anggun. Alegria ingat pada hari itu ia akan membuat ulah dengan memberantakan pesta Ziel karena cemburu buta dengan Deby. Dan Dary akan mengurung dirinya didalam rumah berhari-hari karena tidak ada yang datang di hari pentasnya.

"Apa aku boleh datang?" Tanya Alegria tiba-tiba.

Seluruh mata disana menatap Alegria. Tentu saja mereka heran karena Alegria sangat membenci Dary sama seperti ia membenci ibu tiri dn kedua kakaknya.

Dary menatap Alegria dengan penuh harap. Ia lalu menganguk antusias.

"Tentu saja kau boleh datang!"

"Aku akan datang kalau begitu." Kata Alegria.

"Beneran?? Kau akan datang??"

Alegria menganguk.

"Tapi kan kau menyukai Ziel. Hari itu Ziel ulangtahun. Kau yakin akan melewatkan pesta Ziel?" Tanya adiknya tak percaya.

Jelas saja selama ini Alegria dijuluki Si Gila Alegria bukan tanpa sebab. Alegria terlalu menggilai Ziel sehingga menempelinya kemana-mana.

"Aku akan melewatkannya. Lagipula aku lebih suka menonton pentas drama daripada datang ke pesta."

"Kenapa kau berhenti mengejar Ziel?? Rencana busuk apa yang ada di otakmu itu?" Tanya Ibunya mengejek.

"Sederhana. Aku sudah tidak menyukainya!" Jawabnya tanpa ekspresi.

Setelah itu ia mengambil minum dan meminumnya. Alegria berdiri dan berpamitan untuk kembali ke kamarnya.

Jangan lupa vote dan komen ya..

Si Bodoh Alegria Telah Mati (TAMAT) PINDAH KE DREAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang