Chapter 13: Hidden Chest

80 34 2
                                    

Ara dan Raka, keduanya menahan napas, tersekat. Tidak ingin percaya dengan apa yang baru saja di bacanya.

Dituliskan di sana, permainan ini mengalami eror yang cukup fatal. Benar-benar atal hingga permainan ini bisa sungguhan merusak fungsi otak mereka.

Raka bukan orang yang menggampangkan masalah, dan dia tahu betul kerusakan otak bukan sesuatu yang sepele. Di saat hampir semua pergerakan, keputusan dan sistem tubuh berpusat di sana, tidak mungkin cacat otak menjadi suatu yang biasa.

Raka pun yakin Ara mengetahuinya. Dia bisa melihat raut wajahnya yang khawatir. "Lita, El. Semoga mereka baik-baik saja." Gumaman Ara yang terdengar oleh Raka membuatnya terhenyak. Bahkan di saat seperti ini pun dia masih memikirkan orang lain? Raka tidak tahu apa dirinya yang terlalu kejam atau gadis di depannya yang terlalu baik.

Raka menghela napas, "mau berkumpul dengan timnya Lita?" Mungkin jika bertemu dengan salah satu dari temannya, kekhawatiran Ara bisa sedikit berkurang. Begitu pikir Raka. Walau mustahil bagi mereka utuk bertemu Hunter, setidaknya Raka bisa membawanya untuk bertemu Lita.

"Tidak usah. Akan merepotkan kalau kita bertemu sebelum menemukan apa-apa. Tapi terimakasih tawarannya." Ara tersenyum. Raka semakin tidak bisa mengerti gadis di depannya. Bagaimana bisa ada orang yang begitu memikirkan orang lain sampai segininya? Padahal bisa saja dia meminta untuk bertemu dulu.

"Bukan begitu. Sekarang kita sudah tahu di mana letak kuncinya 'kan. Jadi tidak ada gunanya juga kita berpisah begini, lebih baik mencari kunci dan pintu keluar langsung daripada mencari petunjuk." Wajah Ara langsung sumringah mendengar ucapan Raka, "benar juga!" serunya senang.

Raka jadi tertawa kecil melihat reaksinya, sesenang itu reaksi Ara saat bertemu temannya. "Kalau begitu aku minta pada Edy untuk berkumpul di Kamar pengurus bagian barat." Raka mengangkat tangan kirinya, membuka jendela lalu mengirim pesan pada Edy.

"Kita juga pergi." Raka berkata sembari melirik Ara sebelum dia melangkah pergi lebih dulu. Baru Ara menyusulnya, berjalan di sampingnya.

Untunglah, menurut peta, lokasi kamar pengurus tidak begitu jauh dari posisi mereka sekarang. Jadi saat sampai, mereka hanya perlu menunggu.

Ara cukup sering bertanya atau bercerita selama perjalanan. Sehingga Raka tidak merasa bosan atau canggung. Raka cukup terkejut saat tahu Ara masih SMA. Dia pikir perusahaan ini hanya mengundang anak-anak kuliah ke atas. Yah walau saat mellihat wajah Viary, Raka merasa gadis itu terlalu muda, tapi Raka pikir Viary hanya kebetulan memiliki wajah yang awet muda, ternyata tidak. Mungkin memang Viary juga anak sekolahan seperti Ara.

"Seharusnya ini. Tapi kamarnya terlihat seperti kamar biasa." Raka menatap ruangan dan peta pada jendelanya bergantian begitu mereka sampai.

"Mungkin memang disusun seperti ini." Ara berucap lalu sembari masuk ke ruangan itu lebih dulu, sepertinya enggan menunggu Raka yang ragu-ragu masuk.

Melihat Ara yang masuk, akhirnya Raka melangkahkan kakinya ikut masuk. Kamar ini terhitung sangat sederhana untuk pengurus asrama. Hanya ada tiga barang di kamar ini, lemari baju, cermin dan kasur. Tidak ada meja, kursi, rak buku atau semacamnya untuk melakukan pekerjaan mereka. Apa mungkin mereka memisahkan antara kamar untuk tidur dan bekerja?

Walau hanya ada tiga barang di kamar ini, namun kamar ini tidak sempit. Sampai-sampai ruang kosong di kamar ini tersisa banyak sekali. Terlalu kosong malah menurut Raka. Lebih baik barang-barang untuk mereka bekerja disatukan saja jika memang dipisah.

Dan jika kosong seperti ini, Raka jadi bingung harus mencari darimana. Malasahnya dia tidak melihat tempat yang bagus untuk menyembunyikan sesuatu. Tidak, memangnya apa yang bisa disembunyikan di ruangan kosong seperti ini!?

Doll [Tamat] (Dalam Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang