~Mengenalmu itu bagaikan awal kisah sebuah bencana yang tak pernah ku rencanakan!~
R.E.N.D.Y.N.A.
Happy reading ♥>
****
Saat ini Damian dan Dimas sedang berkumpul di kediaman keluarga Mahardika, setelah mendengar kabar bahwa Kenara terluka karna Dipsha keduanya langsung bergegas pergi ke rumah Rendy.
"Wah nggak nyangka gue inces kek Dipsha berani kek gitu!" Dimas berkacak pinggang sembari mengeleng heran.
"BIASALAH, dia kan Cewek manja, cantik sih orangnya, uangnya ngalir bueh idaman tapi kek gitu malahan," Damian mengeleng pelan, ia memang mengangumi pacar sahabatnya itu, tapi hanya sekedar mengagumi tidak lebih.
"Dek Ara cepet sembuh yah nanti main sama Abang," Dimas mengusap rambut Kenara yang saat ini tengah berbaring diatas kasur dengan perban yang mengikat di kepalanya.
"Ogah aku main sama Bang Dimas, nanti kepala Barbie punyaku di dipatahin lagi.." sahut Kenara.
Minggu kemarin Kenara dan Dimas bermain bersama, Dimas memainkan boneka Barbie milik Kenara, eh bukan memainkannya malah menyiksanya, seperti mencabuti rambutnya dan mematahkan lehernya, seperti seorang psikopat saja.
"Habisnya Abang gemes, sekali-kali latihan jadi psikopat pake Barbie hahaha!" Dimas tertawa terbahak-bahak.
"Pokonya ganti! Itu barbienya beli di Swiss pas sama Bunda dulu!!"
"Buset, berarti Abang harus pergi ke Swiss dulu gitu??"
"Ya!"
Dapat uang darimana Dimas bisa pergi ke Swiss? Berangkat sekolah saja masih dengan Damian, eh. Dimas juga punya motor sendiri hanya saja katanya dia tidak mau pamer.
"Ndak lah Rak, beli di pasar aja yah? 15 ribu, lumayan nanti kembaliannya beli batagor," bujuk Dimas.
"Ogah ah, mainan Kenar itu branded semua, hanya ada satu di dunia," Kenara bersih kukuh.
"Ya elah ni anak malah kayak abangnya, suka pamer and Keras kepala, heran gue kok bisa menjiplak gitu yak?"
"Fotokopi nya sama," jawab Rendy membuat Dimas terdiam sejenak, "Lah iya-iya baru ingat gue, bunda Resha pasti kualahan ngadepin lo pas kecil, ye kan? Masih bocil udah suka pamer nambah dosa orang tua tau nggak?" kata Dimas.
"Yang penting bukan fitnah, yekan Ken?"
"Yoi bang."
Keduanya tos.
"Nyet, balik yuk otakku gue pingin meledak kalo disini terus."
"Nanti lah, Bunda lagi masak ini! Nanti mubazir kalo nggak dimakan."
Rendy berdiri dari duduknya membuat semua perhatian tertuju padanya, "mau kemana lo?" tanya Damian dan Dimas.
"Ke kebun binatang mau liat keadaan saudara-saudara Lo disana, ayok ikut biar nanti si monkey nggak tanya dimana kembarannya,"
"Anjing lo Ren!"
"Enak yah jadi lu, kalo mau liat setan tinggal ngaca," kata Damian kepada Rendy.
"Wah-wah," Rendy mengelengkan kepalanya.
"Makan bubur pake sumpit!" Teriak Kenara membuat perhatian ketiga keturunan monkey itu menatap gadis yang tengah terbaring di atas kasur.
"Ya Ndak bisa lah cantikk!!" kata Damian.
"Gue ngepantun ini, jawab kek cakep!"
"Oke-oke" ketiganya menurut saja.
"Makan bubur pake sumpit!" Kenara mengulangi ucapannya.
"Cakep!" balas ketiganya serentak.
"YA NGGAK BISA LAH MIKIR DONG, GOBLOK SEMUA!!"
Rendy, Damian, Dimas "...?"
****
"Awas, pangeran Rendy mau lewat, rakyat jalata di harap minggir, awas!!" teriakan Rendy mengema di seluruh penjuru koridor sekolah, saat ini pemuda itu tengah menaiki troli belanja ntah milik siapa dan didorongnya oleh Dimas dan Damian.
"Lebih kenceng dong dorongnya!!"
Semua orang yang awalnya bersantai di koridor sembari membaca buku pun langsung pada menyingkir agar tidak terkena Rendy.
"Gue penasaran, si monkey dapet troli dari mana yak? Gabut banget hidupnya sampai bawa troli segala ke sekolah," bisik Damian dan terdengar oleh Rendy.
"Ini punya Bunda gue, tadi ada di bagasi mobil, ya kan kemarin mobil gue dibawa Bunda, dari pada gabut di kelas mending kek gini aja!" jawab Rendy.
Tiba di ujung koridor, ada seorang bidadari cantik, sangat cantik, kalian bisa menebak dia siapa?
Ya, dia adalah Bu Nina, belia sedang menatap tajam kearah Rendy dengan kedua tangannya yang berkacak pinggang.
"Eh!"
Troli itu pun berhenti tepat di hadapan Bu Nina.
"Eh!! Kau bidadari jatuh dari surga tepi hatiku ..." Rendy mulai menyanyi.
"Eeaaa," sahut Damian dan Dimas.
"RENDYY!!!!!"
****
"Sampai kapan mau di perpustakaan sih Dy?" tanya Shella kesal, sudah berapa dia ada di tempat keramat ini, kakinya seperti lumutan rasanya.
"Sampai si doi peka," sahut Dyna dengan perhatiannya yang masih tertuju pada buku bacaan.
"Emang lu punya doi?"
"..."
"Jomblo kok #$&";&(_!_"
"Apa?"
"Gapapa,"
****
TBC
Terimakasih sudah membaca!!
Rendy Melviano Mahardika
KAMU SEDANG MEMBACA
RenDyna
Teen Fictionbudayakan Follow sebelum baca' Cover by: Novijuly30 Rendy Melviano Mahardika, seorang siswa tampan yang mempunyai cita-cita menjadi presiden, namun kelakuannya yang bikin geleng-geleng membuat orang tak yakin bahwa dia bisa. Adyna Michella seorang S...