#7 A Blade

492 99 0
                                    

Hidup sebagai anak yatim piatu membuat Jisoo harus bekerja ekstra untuk menghidupi kehidupannya sehari-hari. Meskipun ia tinggal bersama paman dan bibinya atau ayah dan ibu Lisa, Jisoo juga memiliki tanggung jawab untuk menghidupi kebutuhan pribadinya. Maka dari itu Jisoo bekerja di kedai kopi dan membantu meringankan beban paman dan bibinya di supermarket.

Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan beruntun di sebuah jalan tol, kejadian yang sangat ramai di perbincangan pada saat itu karena mengambil banyak sekali korban jiwa. 56 orang di kabarkan meninggal dunia setelah sebuah truk pengangkut minyak bahan bakar mengalami rem blong dan menabrak sebuah bus dengan penumpang penuh dalam kecepatan tinggi. Menyeret beberapa kendaraan sejauh 500 meter sampai pada akhirnya semua kendaraan meledak, salah satunya adalah milik kedua orang tua Jisoo.

Jisoo yang masih kecil saat itu hanya tau jika orang tuanya sakit dan dirawat di rumah sakit. Namun seiring berjalannya waktu, menginjak remaja akhirnya ia tau jika kedua orang tuanya sudah meninggal. Tidak menyisakan siapapun kecuali dirinya sendiri.

Tidak mendapatkan perhatian yang cukup semasa kecilnya membuat Jisoo sangat protektif kepada orang-orang yang ia sayangi, ia tidak ingin kehilangan orang-orang yang ia anggap penting. Jisoo juga sangat tidak suka jika orang lain di perlakukan tidak adil di depannya.

Hubungan sebab-akibat selalu berlaku pada Jisoo, semua orang harus diperlakukan adil begitulah yang ia pikirkan. Mulai membalaskan sesuatu yang orang lain tidak bisa lakukan menjadi suatu kecanduan untuknya, ia merasa jika memang orang-orang yang jahat harus mendapatkan balasannya.

Paman dan bibi Jisoo tau jika Jisoo sering terlibat masalah yang bahkan bukan keponakannya yang memulai, Jisoo yang memiliki dasar teknik beladiri aikido yang di ajarkan oleh sang ayah pun mulai mempraktikannya di kehidupan sehari-hari ketika dirinya berhadapan dengan orang yang tidak disukainya.

Duduk di temani secangkir teh hangat yang baru saja dibawa oleh Lisa ke halaman belakang rumah sepupunya itu di temani oleh sinar mentari senja seperti saat ini memang sesuatu yang jarang sekali ia lakukan.

"Kau melamun?" tanya Lisa yang mulai duduk bersila sambil menuangkan teh ke gelas masing-masing.

"Hanya melihat matahari, warnanya bagus.." senyum Jisoo sambil berterima kasih karena Lisa sudah menuangkan teh untuknya.

Lama mereka saling terdiam, menikmati momentum ini dengan cara mereka sendiri. "Jisoo-ya.." panggil Lisa ragu-ragu, Jisoo menoleh dan menunggu Lisa melanjutkan perkataannya.

"Aku tidak tau apakah kau tau tentang ini atau tidak, tapi.." Lisa meremas gelas tehnya. "Tadi pagi saat aku ada kelas, seorang gadis menitipkan sesuatu padaku, katanya untuk Kim Jisoo."

"Apa itu?"

Lisa berdiri dan mulai berlari kecil menuju kamarnya, mengambil sebuah kotak hadiah yang di titipkannya dan kembali duduk bersila sebelum memberikannya pada Jisoo.

"Ini barangnya, aku tidak tau isinya apa jadi biar kau saja yang buka." Lisa membereskan gelas dan teko teh miliknya, menyisakan gelas milik Jisoo dan pergi ke dapur.

"Lisa-ya!!" panggil Jisoo sebelum sepupunya menjauh.

"Hohh?"

"Bukan bom kan?"

"Bom cinta!!" teriak Lisa pergi.

"Isshh.."

Jisoo membuka kotak itu dengan hati-hati, ada sebuah benda yang tersimpan rapi di dalamnya. Wanita itu merasa tidak asing, ia melihat sebuah kaiken tanto dengan gantungan kunci berbentuk kura-kura lucu yang terikat di antara bilah pisau dan pegangannya.

 Wanita itu merasa tidak asing, ia melihat sebuah kaiken tanto dengan gantungan kunci berbentuk kura-kura lucu yang terikat di antara bilah pisau dan pegangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(*Kaiken Tanto)

Kaiken Tanto adalah sebuah pisau berbentuk belati atau pendek yang biasa digunakan oleh samurai laki-laki maupun perempuan untuk memutus urat nadi di leher sebelah kiri. Bentuknya yang kecil dan ringan memudahkan para penggunanya untuk bergerak cepat dan mematikan lawan dalam waktu sekejap. Jisoo teringat jika sang ayah juga memiliki benda yang sama dan dipajang di ruang tengah sebagai kenang-kenangan.

"Tanto? Siapa yang tau kalau aku menyukai hal-hal seperti ini?" Jisoo berdiri di ruang tengah sambil membawa kotak hadiah dari orang misterius itu, memandangi pisau milik almarhum ayahnya.

Sekilas terlihat jika pisau itu seperti pajangan biasa namun jika sudah mengenai sesuatu ketajamannya tetap sama, bisa melukai.

"Kau sudah tau siapa yang mengirim paketnya?" Lisa berdiri di dekat pintu sambil memperhatikan Jisoo yang terdiam dengan wajah bodohnya.

"Entahlah, tapi sepertinya dia tau banyak tentang aku." ucap Jisoo sambil berlalu.

***

Setelah selesainya pekan ujian, Jennie dan Rose bisa sedikit bersantai sembari menunggu hasil ujian mereka keluar. Jennie terlihat sangat senang hari ini, moodnya sangat bagus jadi ia mengiyakan ajakan Rose untuk sekedar duduk-duduk dan menikmati segelas kopi di kedai seperti biasa.

"Astaga.." pekik Jennie saat iced americano yang ia minum sedikit tercecer dan mengenai hoodienya.

"Aku ada tisu." ucap Rose sambil mencari tisu di dalam tasnya.

"Tidak usah, aku bersihkan dulu ke kamar mandi sebentar." senyum Jennie yang segera pergi ke kamar mandi.

Di balik mesin kopi, Jisoo hanya menyeringai karena rencananya berjalan dengan sempurna. Ia mengambil Tanto yang sudah diberikan kepadanya kemarin dan terdiam di ujung bar sambil melihat keadaan kedai, adakah konsumen lain yang hendak masuk ke kamar mandi atau tidak.

Ceklekk..

Jisoo mengunci pintu kamar mandi dan melihat Jennie sedang tertunduk mencuci noda kopi di hoodienya, hanya ada suara gemericik air yang memenuhi ruangan yang diisi oleh mereka berdua.

Srettt..

Sebuah Kaiken Tanto siap menusuk leher Jennie, sedangkan tangan Jisoo yang lain berusaha mengunci tubuh Jennie yang hanya terdiam sambil menatap wajahnya dari pantulan cermin.

"Sedikit saja kau bergerak, aku tidak janji kalau lehermu tidak terluka." mereka berdua saling menatap wajah mereka masing-masing dari cermin dan tidak ada wajah khawatir dari Jennie meskipun dirinya terdesak sekarang. "Berikan alasan yang masuk akal kenapa kau memberikan Tanto ini kepadaku?"

"Kau tau, etika seseorang jika diberi sesuatu itu adalah mengucapkan kata 'terima kasih' kan?"

"Hentikan omong kosongmu." mata pisau dari Tanto yang Jisoo bawa sudah mengarah ke arah leher Jennie, air liur terasa sulit di telan ketika Jennie tidak tau kalau reaksi Jisoo akan seperti ini.

"Kim Jisoo.. Seperti inikah sikapmu hah?"

"Kim Jennie, mahasiswi fakultas hukum semester 5, anak tunggal dari keluarga Kim, pelaku pembunuhan terhadap seorang lelaki bernama Kim Taehyung yang tidak bisa di usut oleh pihak kepolisian sampai saat ini karena pelakunya sangat profesional." bisik Jisoo tepat di sisi telinga kanan Jennie, membuat darah gadis bermata kucing itu berdesir cepat dari kepala ke perutnya.

Sebuah kerambit yang Jennie sembunyikan di dalam hoodienya sudah ia cengkram erat, berjaga-jaga jika Jisoo bersiap untuk menikamnya.

"Kau pikir hanya kau saja yang tau informasi tentang diriku huh?"

"Kim Jisoo, kematian ayahmu yang sebenarnya adalah seorang mafia Jepang, kau kira itu adalah takdir? Atau mungkin konspirasi?" tatapan Jennie tidak kalah sinis.

***

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang