#6 Car

505 99 0
                                    

Jennie tidak peduli dengan Jisoo yang sedari tadi berjalan di sisinya, mereka berdua sudah seperti sepasang teman yang memang sengaja pulang bersama pada malam hari. Sampai akhirnya, mereka berdua mendengar suara gaduh dari sebuah rumah. Jennie segera mengenakan masker dan tutup hoodienya begitu pun dengan Jisoo.

"Kau meniru gayaku." celoteh Jennie sambil menatap sinis ke arah wanita bermarga yang sama dengannya.

"Aku tak peduli." jawab Jisoo tak kalah sinis.

Suara gaduh dari rumah itu seakan tidak tersengar oleh para tetangganya, padahal suaranya cukup keras untuk terdengar sampai ke teras.

"Permisi Tuan.." Jisoo memberanikan diri menyapa seorang bapak tua yang baru saja keluar dari rumahnya untuk membuang sampah. "Ada apa dengan rumah itu?"

"Oh, sudah biasa, lelaki kurang ajar yang tinggal disitu memang selalu memarahi keluarganya, melakukan kekerasan dan ya banyak hal lagi. Kami sudah jengah mendengarnya, kau sepertinya bukan orang sini ya?" tanya bapak itu ramah.

"Iya pak, saya hanya mengantar teman saya pulang karena sudah malam." tunjuk Jisoo pada Jennie yang masih pelanga pelongo di depan rumah lelaki yang ia incar.

"Hati-hati ya nak, sudah malam."

"Oh iya pak, baiklah, terima kasih." ucap Jisoo sambil pamit untuk pergi. Ia berjalan kembali ke arah Jennie dan menarik tangannya untuk menjauh.

"Apa-apaan ini?" ia berusaha mengelak namun Jisoo mencengkeramnya dengan cukup ketat. "Lepas!!" paksa Jennie sambil menekan nada bicaranya.

"Kita tidak bisa menghabisinya di rumah ini, terlalu banyak saksi yang akan curiga." bisik Jisoo, Jennie kemudian terdiam dan melihat ke sekeliling rumah lelaki itu dan benar saja para tetangganya sangat banyak dan perumahan itu juga cukup padat.

Brukkk..

Tubuh Jisoo dan Jennie di tabrak oleh seorang perempuan yang menangis tersedu-sedu sambil berjalan cepat membawa jaketnya keluar dari rumah tadi dan pergi ke ujung jalan. Kedua perempuan itu hanya terdiam kemudian terdengar kembali makian demi makian dari lelaki kurang ajar itu.

"Kembali kemari kau Wendy!!"

"Wendy?" Jennie seperti tidak asing dengan nama itu, ia mulai berjalan cepat tanpa menghiraukan Jisoo yang terlihat kebingungan.

"Hey, kenapa kau berjalan cepat? Kau mau kemana?" tanyanya sambil berusaha mengimbangi langkah Jennie.

"Sudah kau diam saja, kau ini cerewet sekali." Jisoo menggeleng tidak mengerti.

Mereka bertiga seperti diikut oleh seseorang namun Jisoo tidak mau melihat ke belakang, bulu kuduknya merinding dan muncul perasaan yang selalu ingin ia sembunyikan. Suasana jalanan yang sudah mulai sepi karena semakin ke dalam ujung jalanan ini, penerangan semakin sedikit.

Grrppp..

"Arrghh.!!" Jisoo mencekik leher seseorang yang sedari tadi berjalan mengikuti mereka dengan salah satu tangannya, menutup aliran oksigen di lehernya sampai lelaki itu tidak bisa bernapas.

"Kau?! Mau apa kau mengikuti kami?"

"Lepas!! Itu Ayahku." Wendy berlari menghampiri Jisoo, ia berusaha melepaskan tangan Jisoo dari lelaki itu namun cekikan Jisoo sangat kencang sampai-sampai wajahnya sudah berubah menjadi merah padam. "Lepaskan aku mohon!!" pinta Wendy.

"Sudah lepaskan saja!!" Jennie tidak melakukan apapun dan Jisoo juga tidak mendengarkannya. "Hey!! Lepaskan, kau bisa membunuh lelaki itu di depan anaknya." bisik Jennie sambil mendorong tubuh Jisoo namun ia tetap terpatung dan lelaki itu sudah mulai kehabisan napasnya. "Hey!!" Jennie mulai menarik tubuh Jisoo menjauh dan melepaskan cekikannya, gadis itu tidak menyangka jika manusia cerewet yang sedari tadi mengganggunya bisa saja membunuh seorang lelaki bertubuh besar dengan satu kali cekikan.

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang