Seperti biasa, pagi ini Ryujin harus membereskan segala keperluannya untuk pergi mengurus bisnis ayahnya. Ia akan menuju Amerika untuk menemui klien yang sangat penting disana.
Klien tersebut menawarkan saham 20 kali lipat kepada Ryujin jika saja project mereka berhasil. Penawaran yang sangat menggiurkan bukan? Maka dari itu Ryujin dan Yuna mempersiapkan segala hal nya dengan matang dan baik.
"Yuna, semua udah lengkap kan?" Ucap Ryujin memastikan kepada perempuan tinggi di sampingnya.
Perempuan itu mengangguk mantap, "Udah kok Mba, berkasnya udah gua bawa, trs yang lu perluin lainnya udah lengkap."
"Kita terbang jam berapa?" Tanya Ryujin.
Yuna mengernyitkan dahinya heran, "Kita mana bisa terbang Mba."
Jawaban Yuna ini membuat Ryujin tersenyum kesal. "Yuna... Jangan mulai deh."
"Eh? Kan emang bener Mba..."
Ryujin berdecak, "Yaaa siapa yang bilang kita bisa terbang anjir! Maksud gua tuh pesawat kita nya terbang kapannn?"
Yang Muda tertawa pelan, "Hehe, 3 jam lagi sih Mba terbangnya."
"Oh okee, makan dulu yu di tempat biasa." Ajak Ryujin.
"Yukk!! Laper banget nih aku, Mba Ryujin emang debes lah kiw."
Yuna merangkul pundak Ryujin lalu membawa nya keluar dari ruang kerja+kamar Ryujin.
Perusahaan ayah nya ini atau yang lebih akrab di sebut "Shin Group" Sudah Ryujin anggap rumah sendiri. Kenapa? Tentunya karena Ryujin sering lembur sehingga akhirnya Ia bermalam di ruang kerjanya. Terkadang, Ia bisa 1 minggu tidak pulang ke rumah karena saking sibuknya.
Di umur yang menginjak 26 ini tentunya Ryujin harus menemukan kekasih, ya paling tidak ada lelaki yang Ryujin suka. Namun dengan segala kesibukannya ini, mana sempat Ia mencari jodoh.
Terlebih lagi, Ia masih ada di bayang-bayang Hyunjin. Hhh... Ia sekarang menyesal pernah mempunyai hubungan dengan lelaki itu. Memang bukan pacar, namun kehadiran Hyunjin berhasil membuat Ryujin spesial.
Saking spesialnya, sampai-sampai Ia tidak bisa move on dan terus terbayang. Yasudah lah apa boleh buat?
•••
Lelaki bertubuh jangkung namun proposional tersebut mendecak malas. Kacamata nya bertengger di depan matanya, rambutnya berantakan dan kemeja kerjanya sudah lecak.
"Shin group... Shin group... Shin group..." Mata lelaki itu terus tertuju pada tablet di depannya, tangan kanannya menggegam pulpen tablet dengan risau sambil memutar-mutarnya.
"Ahhh anjing ga ketemu." Decak nya sekali lagi.
Tok! Tok!
Ketukan dari pintu terdengar. Lelaki tersebut mendengus kasar lalu mempersilahkan yang mengetuk masuk. Tertampang lah lelaki yang umurnya sudah kepala tiga. Lelaki Park tersebut menatap atasannya lalu menggeleng heran.
"Kenapa kamu masih cari tau dia sih Jin?" Tanya Park Jin-young, lalu menghampiri lelaki yang tadi Ia sapa Jin.
"Kepo aja." Jawab Hwang Hyun-Jin, sang suspect yang sudah terciduk.
"Inget Jin, inget keluarga kecil lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐃 | 𝙷𝚠𝚊𝚗𝚐𝚜𝚑𝚒𝚗 2
Fanfiction𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩. 𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘢𝘳𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘣𝘪𝘯𝘵...