382. Cincin ambil kembali

315 31 1
                                    

" Mereka tidak bersama. Kurasa kau salah paham. "

Kata-kata Wu Hao Yang terus berputar-putar di telinganya.

Memegang lencana di tangannya, Gu Xiao Chen berjalan tanpa tujuan di jalan. Ia tiba-tiba berhenti dan berdiri di ujung jalur penyeberangan zebra cross di lampu lalu lintas. Dalam sekejap, ada terlalu banyak perasaan yang menenggelamkan dirinya. Ada sebuah keinginan yang kuat, begitu ingin bertemu dengannya, semua perasaan hanya tersisa tiga kata - ingin bertemu dia.

Gu Xiao Chen mengeluarkan ponselnya, seperti orang bodoh, jari-jarinya gemetar, menekan rangkaian angka dengan terampil.

Jelas tahu tidak mungkin bisa tersambung lagi, tidak tahu apakah nomor ini sejak awal sudah di miliki orang asing.

Tapi ia hanya dapat menekan nomornya dan ingin menemukannya.

Ajaibnya, telepon tersambung setelah menekan tombol panggil.

Hati Gu Xiao Chen tercekik, ada keheningan yang lama. Sangat lama sampai ia mengira orang di ujung telepon sudah pergi, lalu Gu Xiao Chen mendengar suara rendah laki-laki tiba-tiba terdengar, dengan sedikit suara serak, " Ada apa. "

Tuhan ! Mengapa nomor ponselnya tidak berubah ?

" Aku ..." Gu Xiao Chen berhenti untuk waktu yang lama dan berkata dengan panik, " Dalam satu jam, Landmark takkan pergi tanpa bertemu."

Ketika suara itu jatuh, ia langsung menutup telepon.

The Landmark di malam hari bersinar dengan cahaya terang yang indah.

Gu Xiao Chen berjalan di sepanjang jalan selama hampir satu jam, akhirnya tiba tepat waktu. Saat itu, dia mengatakan takkan pergi tanpa bertemu, tapi ia tidak tahu berapa lama dia menunggu. Sekarang gantian dirinya, tidak tahu berapa lama ia harus menunggu. Tapi ketika  berjalan ke alun-alun, seseorang  sedang duduk dengan tenang di hamparan bunga, merokok dalam diam. Gu Xiao Chen dengan jelas bisa mendengar suara napas dan detak jantung.

Wu He Lian perlahan mengangkat kepala dan menatapnya seperti ini, percikan api menyala di jarinya.

Ternyata ini adalah pemandangan yang paling indah, dia duduk di sana, menatapnya dari kejauhan.

Ada keheningan lama lagi, malah Wu He Lian yang berbicara lebih dulu,
" Ada masalah ? "

Gu Xiao Chen masih linglung, juga tidak punya waktu untuk memilah-milah pikirannya dan tidak bisa menanggapi.

Wu He Lian mengembuskan asap dan berkata dengan dingin, " Tidak ada apa-apa, aku akan pergi. "

Mendengar dia mengatakan akan pergi dan melihatnya bangun, Gu Xiao Chen melangkah maju dengan cemas, tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih lengan bajunya, menggigit bibirnya dengan pengecut dan berbisik, " A He dan Chen Chen sudah mati. "

Wu He Lian wajahnya memadat,  rokok di antara jari-jarinya juga memiliki lengkungan, nadanya datar, " Sudah kubur ? "

" Sudah. "

“ En. ” Wu He Lian menjawab dan terus bergerak maju.

Gu Xiao Chen terus menarik lengan bajunya tidak mau lepaskan, tidak membiarkannya pergi. Jika mereka tidak pernah berpisah, mencintai seseorang seperti itu, itu adalah hal yang sangat membahagiakan. Tiba-tiba air mata memenuhi matanya, matanya menjadi kabur, kerinduan serta kekesalan yang tak terkatakan membuatnya tiba-tiba menangis.

Ada isakan samar, wajah tampan Wu He Lian akhirnya tidak bisa terus dingin. Dia berbalik, menekan bahunya, menekan begitu keras, bahkan mengguncang tubuhnya, mengertakkan gigi dan berteriak, " Gu Xiao Chen ! Kenapa kau menangis ! Kau tidak boleh menangis ! "

Dia mengguncangnya terlalu keras,  kancing di kemejanya lepas, kulit putih di lehernya terlihat, kalung perak terlihat samar-samar di bawah sinar bulan.

Wu He Lian mengulurkan tangannya dan mengeluarkan kalung itu, juga melihat liontin itu.

Ternyata cincin itu.

Ternyata itu adalah cincin yang di beli saat perjalanan Paris.

Cahaya perak menembus matanya, membuat Wu He Lian merasa menusuk mata menembus sampai jantung. Seperti ada sesuatu yang tersumbat di dadanya, meremas bahunya dengan erat, terlepas dari itu. Jejak rambut hitam jatuh, mata itu merah, dia tiba-tiba melepaskan tangannya, seolah dia telah  bertemu monster menakutkan dan mundur selangkah.

“ Aku mengambil cincin ini kembali !” Wu He Lian berteriak dengan suara yang dalam, menarik kalung itu dengan kedua tangan dan dengan paksa memutuskan rantainya, dia langsung menggenggam cincin itu, berbalik dan pergi.

Gu Xiao Chen berdiri di sana, air mata mengalir deras.

Tiga hari kemudian, bar Yu Mei akhirnya dibuka.

Pada hari pembukaan, ada arus tamu yang tetap, bisnis terlalu bagus.

Sebuah ruang pribadi khusus disediakan untuk beberapa teman.

Yan Xu Dong telah tiba, Shen Ruo telah tiba. Ini juga pertama kalinya Yu Mei dan Shen Ruo bertemu. Teman Yu Mei sepertinya banyak, tapi nyatanya mereka sedikit. Karena tidak banyak  yang saling memahami. Pertama kali  bertemu, Yu Mei tidak terlalu berminat besar tentang Shen Ruo, menyapa, tersenyum dan berbicara beberapa kata dan kemudian berlalu.

Jelas hanya minum sedikit anggur, tapi ketika bangun keesokan harinya, Gu Xiao Chen merasakan sakit kepala.

Saat membuat kopi di dapur, rekan  berlari masuk dan berteriak pelan,
" Gu Xiao Chen, seseorang sedang mencarinya di luar. "

Seseorang mencari ? Gu Xiao Chen tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya-tanya.

Ketika keluar dari kantor, ia melihat orang yang sudah lama hilang,
" Senior Bai Hui ? "

Bai Hui mengagumi lukisan pemandangan yang tergantung di dinding. Dia memiliki rambut panjang dan wajah samping yang indah. Dia memegang mantel putih di satu lengan, mengenakan gaun bulu domba magenta, bulu matanya yang panjang melengkung. Dia cantik dan menawan. Staff laki-laki tidak bisa tidak melihatnya, dia benar-benar wanita cantik yang segar dan alami.

Mendengar teriakan itu, Bai Hui kembali menatapnya, " Xiao Chen. "

Gu Xiao Chen tidak tahu bagaimana bisa Bai Hui tiba-tiba mencarinya, mungkin sesuatu telah terjadi. Keduanya datang ke ruangan kecil. Gu Xiao Chen menyapa dan menuangkan air, tapi Bai Hui meraih tangannya dan berkata dengan lembut, " Jangan repot-repot. Ada yang ingin kukatakan padamu. "

Gu Xiao Chen duduk di sampingnya, Bai Hui mengambil foto dari tasnya dan menyerahkan padanya.

“ Apakah ini kau ? ” Tanya Bai Hui.

Gu Xiao Chen melihat ke bawah karena terkejut dan melihat seorang gadis dengan gaun putih di foto.

Pohon hijau besar, gadis itu duduk dengan tenang dan membaca buku, kehijauan penuh dengan nafas musim panas. Kacamatanya dilepas dan disisihkan, rambut hitam tersebar di pipi dengan nakal. Tapi orang di foto itu, bukankah wajahnya sama dengan dirinya ? Gu Xiao Chen membuka matanya, bingung, " Senior Bai Hui, mengapa kau memiliki foto ini ? "

“ Ini bukan milikku, ” kata Bai Hui sambil tersenyum, tapi nadanya tidak bisa menyembunyikan kesedihan.

Gu Xiao Chen bertanya, " Punya siapa ? "

“ Punya ku ! ” Suara laki-laki yang dingin tiba-tiba terdengar, keduanya menoleh pada saat yang sama, hanya  melihat Zhou Cheng Ze membuka pintu.











Boss Playboy 2(对抗花心上司) Penulis asli: 《拓拔瑞瑞》  (  198---390 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang