5

22.4K 801 65
                                    

Sejak dipermalukan secara tidak langsung, Julia langsung mengundurkan dirinya secara sukarela, membuat Kay kebingungan sendiri. Ia terus mencari gadis yang mirip sepertinya, atau paling tidak mirip seperti kelinci -hewan kesukaan majikan sialannya itu. Tentu saja sulit menemukannya, apalagi yang mau menerima tawarannya. Kay semakin pusing memikirkannya, apalagi ia harus segera menikah, dan sampai sekarang ia belum menemukan pengganti dirinya.

Hari kesukaan Kay kembali tiba. Kay merangkul lengan James dengan mesra ketika mereka turun dari tangga gereja. James sendiri juga membantu ibu Kay menapaki setiap anak tangga dengan hati-hati. Gaun biru pastel terlihat sangat manis di tubuh Kay. Gaun itu mencerminkan suasana hatinya yang gembira. Tidak lupa, Kay memakai pita di rambutnya, untuk mempercantik dirinya. James selalu mengatakan jika dandanannya terkesan seperti anak kecil dengan warna pastel dan hiasan di rambutnya. Biasanya, Kay hanya akan tertawa dan menggoda pria itu, mengatakan jika ia akan tampil seksi hanya untuk James.

"Bibi Cecil!" seru Aland sembari melepaskan genggaman ayahnya dan berlari ke arah Bebi Cecil. Karena kondisi ibunya, Kay lah yang menyambut Aland dan membawa anak itu ke dalam gendongannya.

"Ayo kita buat kue lagi, Bi!" seru Aland bersemangat, membuat ibunya tertawa. Sir Raymond kembali menghampiri mereka dengan langkahnya yang tenang.

"Maaf merepotkan," ucap Sir Raymond dengan senyuman sungkannya pada Bibi Cecil. Terkadang, Kay merasa Sir Raymond pantas mendapatkan Oscar atas akting pria itu yang tanpa cela.

"Tidak apa-apa, Tuan, saya senang bisa membuat kue bersama Aland," gumam Bibi Cecil lagi sambil tertawa.

James merangkul Kay dengan erat, sehingga membuat mereka seperti keluarga kecil bahagia. Melihat hal itu, Aland langsung memukul tangan James, membuat James sedikit syok karenanya, begitu juga dengan Kay.

"Kay milik Aland dan Daddy," gumam Aland, membuat Kay tertawa, sebab untuk pertama kalinya ia melihat anak itu cemburu.

"Maaf, maaf," jawab James dengan nada jenakanya sembari mengusap rambut Aland.

"Kay akan menginap di kamar Daddy lagi kan malam ini? Aland ingin tidur bertiga lagi," tanya Aland, membuat Kay melebarkan matanya panik. Semua orang yang ada di situ pun juga ikut diam, berusaha mencerna maksud perkataan anak kecil yang polos ini.

"Kamar Aland mungkin maksudnya," gumam Kay berusaha meredakan kegugupannya.

"Daddy bisa tidur sendiri, jadi Kay menginap di kamar Aland saja," lanjut Aland lagi dengan wajah polosnya, membuat Kay langsung membawa kabur anak itu dengan segera, sebelum menimbulkan persepsi yang tidak diharapkan. Sayangnya, Kay sama polosnya dengan Aland. Tingkahnya yang panik itu, malah membuat semua orang di situ semakin curiga, termasuk James.

James menatap Kay sesaat, sebelum menatap Sir Raymond. Raymond tersenyum tipis melihat salah tingkah Kay, berbeda dengan James yang tegang di tempatnya. Bibi Cecil juga merasakan tubuh James yang menegang.

"K-kita pulang?" ajak James, meredakan detak jantungnya. Raymond tidak segan mengakui, jika ia senang melihat ekspresi tegang di wajah pria itu.

⚫⚫⚫

"Apa lagi yang harus aku siapkan, Sir?" balas Kay sambil mencatat semua pesanan Sir Raymond padanya. Pria itu tiba-tiba saja meneleponnya di hari Minggu dan mengatakan jika senin nanti, Aland dan Raymond akan ke New York untuk bertemu Helena, mantan istri majikannya. Pertemuan mendadak itu membuat Kay terpaksa harus berbelanja kebutuhan Aland lagi hari ini, sebelum mereka pergi besok. Tentu saja Kay akan ikut, sebab Aland akan rewel tanpa dirinya.

"That's all," balas Raymond singkat.

"Okay then," jawab Kay pelan, berniat menutup panggilannya, sampai terdengar suara Raymond lagi.

"Pakaianmu hari ini manis," puji Raymond pelan, membuat Kay terdiam kemudian tersenyum tipis.

"Thank you, Sir," balas Kay, yang meninggalkan keheningan sesaat.

"I wanna rail you so bad, Kay," lanjut Raymond dengan nada seraknya.

"S-sir," balas Kay kaget.

"Come to my bedroom tonight. I have something for you."

Belum sempat Kay menjawab, tiba-tiba saja ia dikagetkan dengan pelukan erat di tubuhnya. James menarik ponsel Kay dan meletakkannya di sebelah mereka. Dibalikannya tubuh Kay, kemudian James mencium Kay dengan lembut.

"W-wait... Mom sudah tidur?" tanya Kay khawatir, takut-takut ibunya masih berada di apartemen itu. Ibunya memang memiliki kebiasaan tidur di siang hari, sebagai pengisi energi di tubuh rentanya.

"Sudah, Kay," bisik James, sebelum kembali melabuhkan ciuman tidak terlatihnya di bibir Kay. Kay mengalungkan lengannya di leher James dengan perasaan penuh kemenangan. Tidak disangka, hari ini tiba juga. James akan bercinta dengannya.

"Ahh... James," desah Kay dengan sengaja untuk memacu nafsu pria itu.

James menaikkan tubuh kecil Kay di kitchen island, kemudian berdiri di antara kedua kaki gadis itu. "Kay, aku ingin mengajakmu ke Malibu bersama Mom untuk liburan paskah ini."

"As you wish, Daddy," gumam Kay provokatif, sembari melebarkan kedua kakinya untuk James. James tertawa, lalu kembali mencium bibir Kay demgan penuh gairah. James menyelipkan tangannya ke balik rok Kay, kemudian mengelus paha gadis itu, hingga sampai ke pangkal pahanya. James menyentuh kewanitaan  Kay yang masih terbalut celana dalam dengan gerakan ragu. Pria itu tampak belum berpengalaman sama sekali mengenai hal ini. Kay menuntun James untuk mengusap kewanitaannya naik turun perlahan.

"Ahh... James... I love it... please..." desah Kay dengan sengaja melucuti celana dalamnya sendiri, lalu menuntun James mengusap kewanitaannya yang mulai basah. Kay tidak peduli jika James belum berpengalaman. Yang penting, ia harus bisa memberikan kenikmatan yang sama untuk James seperti yang dirasakan oleh Sir Raymond pada tubuhnya. Setidaknya dengan begitu, rasa bersalah ini bisa berkurang dalam dadanya.

James mengikuti instingnya dengan menekan jari tengahnya ke kewanitaan Kay, membuat Kay melenguh pelan. Kay pun dengan aktif meremas kejantanan James yang masih dibalut celana. Tiba-tiba saja, pria itu tersadar. James langsung menarik tangannya dengan panik, kemudian menepis tangan Kay di kejantanannya.

"Astaga," ucap James panik. "Ampunilah kami, manusia lemah ini, Ya Tuhan," lanjut James, membuat Kay langsung lemas seketika.

"James," rengek Kay, menarik tangan pria itu mendekat ke arahnya.

"No, Kay, astaga," balas James lagi, kemudian memberi tanda salib di dahi Kay, seolah berusaha mengeksorsis gadis itu.

"James, please," mohon Kay lagi, berusaha menahan tangan pria itu, namun James menarik tangannya dengan tergesa dan memasuki kamar mandi.

Kay terdiam dengan perasaan kesal luar biasa. Ia turun dari kitchen island itu, merapikan roknya dan memakai kembali celana dalamnya. Ketika Kay meraih ponselnya, ia terkejut ketika mengetahui panggilan itu masih terhubung dengan Raymond. Kay menelan ludahnya pelan, kemudian mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

"S-Sir?" bisik Kay pelan, berharap pria itu tidak mendengarkan apa yang baru saja terjadi.

"If you really want to get railed so bad, Kay, just come to me," balas Raymond dengan nada mengejek. "I will praise you in my bedroom."

Kay menahan nafasnya sejenak, merapatkan kakinya sendiri, ketika mendengar perkataan sensual Raymond. Tanpa berbasa basi lagi, Kay langsung menutup panggilan itu dan menenangkan dirinua sendiri. Pipinya merah padam.

Sialan, Raymond!

Comments everyone?

GOOD IN BEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang