8

17.2K 661 84
                                    

Kay membersihkan dirinya di bilik toilet yang letaknya paling ujung. Pipinya masih merah seperti tomat, sebab ia baru menyadari apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Raymond. Sial, bisa bisanya ia meminta Raymond melakukan hal tidak senonoh itu. Nafsu hewannya benar benar membuatnya menjadi seorang pelacur. Dan untuk pernyataan Raymond yang terakhir, Kay sungguh tidak ingin ambil pusing. Pernyataan pria itu tidak akan membuatnya membatalkan rencananya untuk menikahi James.

Kay keluar dari bilik toilet itu dan mematut dirinya di cermin. Ia merapikan rambutnya yang berantakan dan mengeluh jengkel karena melihat bekas kissmark yang memenuhi pundaknya.

"Fucking Raymond," maki Kay sembari menggosok kissmark itu berusaha untuk menyamarkannya.

Sudut matanya tiba-tiba saja menangkap seorang wanita keluar dari bilik yang lain. Wanita itu memiliki tubuh idaman Kay yang tinggi dan semampai. Rambutnya berwarna blonde pucat dengan riasan wajah yang begitu cantik dan anggun. Helena berjalab ke arah wastafel dan mencuci tangannya, sembari menatap pantulan Kay. Tatapannya turun ke arah kissmark di pundak Kay, membuat Kay langsung menutupnya dengan tangannya.

"Ah ya... pantas saja Raymond menghilang tadi," gumam Helena membuat Kay semakin malu. "Bagaimana kabarmu?"

"B-baik."

"Masih menjadi mainan Raymond di ranjang?" tanya Helena blak-blakan, membuat Kay langsung terdiam.

Kay menoleh dengan wajah marahnya. Namun, kemudian ia menyadari jika Helena benar. Ia hanya mainan pria itu. Kay memilih diam dan tidak menjawab Helena.

"Aku anggap sebagai jawaban ya," balas Helena sembari memakai lipstik merahnya. "Mungkin kau memang diciptakan sebagai mainan di ranjang Kay, mengingat kau sudah seperti itu sebelum aku menikah dengan Raymond. Dan... kau masih menjadi pelacurnya bahkan ketika Raymond sudah menikah denganku."

"Aku... tidak... aku..." Kay terbata dan kehilangan kata katanya, sebab lagi lagi Helena benar. "Kau berkata seperti itu seolah kau bisa menolak Raymond."

"Ya, hanya bilang tidak dan tolak Raymond, mudah kan? Yet you still decided to have sex with a married man..."

"I can't!" seru Kay ingin menangis mengingat setiap kali ia menolak, Raymond akan tetap melakukan hal itu padanya.

"Why? Because you enjoy it?" serang Helena. "Dengar, aku berterima kasih padamu karena sudah membantuku menjebak Raymond agar aku bisa hamil, tetapi itu tidak membuatku lupa akan kelakuan murahanmu di belakangku."

Lagi-lagi Kay terdiam. Ia berada di posisi serba salah. Salah di mata Helena dan salah di mata Raymond. Mereka selalu menjadikannya kambing hitam. Raymond membencinya karena pria itu akhirnya tahu jika Kay juga ikut menjebaknya agar Helena hamil. Dan tanpa Helena tahu, sejak saat itu, Raymond bukannya melepaskannya, namun malah menyiksanya perlahan dengan menjadikannya pelacur sungguhan.

"Kalau kau menginginkan Raymond, aku tidak akan menghalangimu. Aku hanya ingin lepas dari dia dan menikah dengan James secep-"

"Menikah? Dengan orang lain?" tanya Helena, lalu tertawa begitu kencang. "That's the funniest thing I've ever heard."

Kay menatap Helena dengan tatapan jengkelnya. Helena memutar bola matanya malas sembari menatap dirinya di cermin dan melanjutkan polesan lipstiknya. "Kau pikir Raymond akan melepaskanmu semudah itu?"

"Dia berjanji.."

"Bullshit," balas Helena dengan dengusannya.

"He's obsessed with you, not in healthy way. He will do everything to keep you by his side," jelas Helena sembari menoleh ke arah Kay yang membeku. "Beside, you're not that beautiful. He must be blind."

"He promised," balas Kay berusaha mempertahankan egonya.

"You know Raymond very well, Kay, better than me. Yet, you still deny the fact that Raymond will never let you go," gumam Helena dengan wajah prihatinnya.

"M-memangnya a-apa yang m-mungkin..."

"I don't know, but for sure, he can do everything to get what he wants, Kay. You know about this as well."

Apa yang mungkin Raymond lakukan untuk mencegahnya pergi? Tak ada satu pun kemungkinan buruk terlintas di benak Kay.

"Goodluck, Kay. Saranku adalah menyerah saja," gumam Helena, lalu berjalan keluar dari kamar mandi itu dengan langkah anggunnya.

^^^^^^

Setelah menidurkan Aland di ranjangnya sendiri, Kay berjalan keluar dengan wajah lesunya. Wangi Raymond bahkan masih menguar dari tubuhnya, membuat Kay semakin berpikir jika dirinya adalah seorang pelacur. Ia berjalan ke arah pantry, berniat mengambil air minum. Baru saja Kay menuangkan air, ia merasa tubuh belakangnya menghangat. Kay merasakan pelukan di tubuhnya. Ia mengabaikan pelukan tersebut sembari tetap meminum airnya.

"I love you, Kay," bisik Raymond.

Kay mengabaikan Raymond, berniat berjalan pergi dari situ. "Are you sure you don't feel the same, Kay?" tanya Raymond, menghentikan langkah Kay.

"No, I have James," balas Kay.

"James?" ucap Raymond sembari memiringkan kepalanya dan bersandar di pantry itu. Kay menoleh hingga mata keduanya bertemu. "Bagaimana kalau tidak ada James?"

"Tetap saja," jawab Kay singkat, padat dan jelas.

"Liar," ejek Raymond. "You do want me, Kay. You do love me. You just lied to yourself."

"Why are you so fucking obsessed with me, Raymond," geram Kay sembari berjalan mendekati Raymond dengan matanya yang berkilat marah.

"I don't know, Kay, maybe you should ask yourself first, why do you have to be so soft and cute?" ucap Raymond dengan senyuman miringnya, membuat Kay ingin meledak saking marahnya.

"Fuck you," maki Kay sembari mencengkeram kerah Raymond dengan penuh amarah.

"Kau hanya memperalat James, Kay." Raymond melingkarkan tangannya di pinggang Kay dan menaikkan tubuh mungil gadis itu ke atas pantry. "Dan kau akan jauh lebih jahat untuk itu."

"I love James!" balas Kay tidak terima.

"Lalu kenapa kau mengerang namaku tadi, Kay? Dan sepertinya kau juga sangat menikmati apa yang kita lakukan tadi," bisik Raymond di telinga Kay. "Kau ingin melakukannya lagi?"

Kay langsung menampar Raymond dengan matanya yang berair. Ia merasa pria itu sudah keterlaluan dengan merendahkannya seperti ini dan bahkan menidurinya. Raymond terdiam, tampak terkejut dengan tamparan Kay. Pria itu menoleh dengan wajah marahnya.

"Fuck you! I hate you so much. Glad that my bond with you will be over next week," balas Kay dengan nadanya yang gemetar. "I'm not your fucking whore or your sex toys. Ketika semua ini berakhir, jangan pernah temui aku lagi."

Setelah berkata demikian, Kay melompat turun dan segera berjalan ke kamarnya sendiri. Minggu depan hubungannya dengan Raymond akan segera berakhir. Kay tidak perlu khawatir. Setelah ini, ia tidak akan lagi bertemu pria brengsek itu.

Comments everyone?

Sorry for just came back, i hope you guys enjoy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOOD IN BEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang