(Aku sedang belajar menulis, tetapi aku tetap berharap tulisanku memberikan pelajaran terbaik dalam hidup teman-teman. Selamat membaca.)
Ibu Devan
Puluhan tahun silam, aku seorang gadis lincah yang mampu terbang kemana pun. Karena sejak kecil, Ayah mengajariku untuk menentukan pilihan hidup sendiri dan bertanggung jawab atasnya.
Pernah suatu ketika ingin memulai usaha online di umur 17 tahun, saat itu aku masih duduk di bangku kelas 3 Aliyah. Tetapi karena tidak memiliki modal yang cukup, akhirnya aku join sama teman online yang rumahnya sangat jauh. Terpaut beberapa kota dari rumahku. Entah kenapa aku begitu percaya sama dia, bahkan bertemu saja tidak pernah. Kami hanya say hello di Facebook.
Menjumpai perkembangan usaha di beranda Facebook-nya, membuat aku sangat yakin. Jadilah mentransfer semua modal yang aku miliki. Harapannya, bisa bertambah jumlah nilainya setelah melalui perputaran usaha teman onlineku ini. Namun, harapan itu tidak pernah terjadi. Satu minggu setelahnya aku dibuat gusar. Sebab, sudah tiga hari dia tak membalas inbox dan email-ku. "Kenapa, Kak? Kok kelihatan bingung gitu." Ayah menegur saat melihat aku mondar mandir gak jelas di depan pintu rumah.
"Nggak papa, kok, Yah," jawabku bohong.
"Yaudah, apapun masalahnya Ayah yakin Kakak bisa menuntaskan," ucap Ayah menenangkan seraya menepuk pundakku. Setelah itu, dia meninggalkanku berdiri mematung. Dari keluarga seperti itulah aku tumbuh dewasa, di mana aku bebas memilih, menolak, melawan, dan menyampaikan pendapat. Sebuah kehidupan yang sangat manusiawi.
Namun, kemanusiaan dalam hidupku hilang seketika. Di saat aku mulai merasa jatuh cinta. Di saat bertemu seorang lelaki yang membuat lupa separuh hidupku. Tentang kebebasan. Dia sebenarnya orang yang baik, bahkan juga open minded. Kami bertemu saat mengenyam pendidikan tinggi di kampus yang sama.
Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Sambutan dia yang menggelegar di atas podium membuat hatiku bergetar tak karuan. Sesekali tangannya teracung ke atas sebagai bentuk perlawanan. Matanya menyoroti tajam audience. Pundaknya tegap. Ketegasan yang tidak terelakkan. Kewibawaan yang tampak nyata. Dalam lubuk hati yang terdalam aku berkata, "sosok teman hidup idaman."
Usai forum digelar, dia menghampiriku selaku tamu undangan. Mengajak ngobrol hal-hal ringan, termasuk progress organisasi masing-masing. Aku semakin merasa nyaman dan nyambung ngobrol sama dia. Dan ternyata dia pun merasakan hal yang sama. Meski berasal dari bendera yang berbeda hal itu tidak menjadikan dia mundur untuk menyatakan perasaannya. Malam itu, benar-benar menjadi duniaku yang paling indah.
Setelah hampir dua tahun menjalin hubungan, rasa cintaku tidak sekalipun berkurang. Justru semakin hari tambah besar saja. Sebuah bayangan keluarga yang ideal bersama dia selalu ada di pikiran. Karena kita berasal dari latar belakang yang sama, organisator. Sudah pasti open minded, menghargai perbedaan dan pendapat, serta memiliki visi jauh ke depan.
Satu hal yang menjadi kesalahanku, tidak pernah berbagi kepadanya mengenai konsep keluarga yang aku inginkan. Jadi, tanpa aku dan dia tahu, ternyata aku telah diseret dalam keluarga yang sangat berbanding terbalik dengan konsepku. Mungkin dia seorang pemimpin yang tegas, tapi ketegasannya melunak saat masuk dalam tradisi keluarganya. Soal perempuan yang tak patut menjadi lebih depan daripada laki-laki. Soal perempuan yang hanya patut di rumah saja mengurus suami.
Mendapati kenyataan itu jelas aku berontak. Aku meminta dan menuntut suamiku untuk mengikuti konsep keluarga yang aku harapkan. Namun semuanya sia-sia, aku menjadi perempuan yang tidak berdaya ketika dihadapkan dengan pilihan menuntut atau bercerai. Aku telah lama mati karena cinta yang aku kagumi. Sejak itu, aku merubah diri dan berusaha beradaptasi. Dengan dunia yang mulai menempatkanku di posisi kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Manusia Bernama "Lelaki"
Science FictionDalam kehidupan ini kita tidak bisa menentukan pilihan akan terlahir dengan jenis kelamin apa. Tuhan, telah menegaskan bahwa Dia menganugerahkan tugas yang sama kepada setiap makhluknya, yaitu sebagai 'abdun dan kholifah fil ardh. Sebab tugas itulah...