~Hati Yang Terhubung~

27 3 11
                                    

(Aku sedang belajar menulis, tetapi aku berharap tulisanku tetap bisa memberikan pelajaran terbaik dalam hidup teman-teman. Selamat membaca.)💓

Devan Ariadna

Gedung menjulang tinggi yang berada di tengah kota ini tak pernah lengang dari penghuni. Warna hijau dibubuhkan diantara warna putih yang lebih dominan tampak menenangkan pikir dan hati bagi siapapun yang melihatnya. Jadi, meski tak memiliki halaman yang luas dengan hamparan pepohonan, gedung ini masih tampak asri.

Seorang arsitek telah menciptakannya dengan begitu sempurna, tak ada satupun yang kekurangan. Segala fasilitas yang meliputi kegiakan akademik dan non akademik tersedia. tampak di sudut bangunan lantai bawah berdiri kokoh sebuah bangunan musholla sebagai ritual peribadatan ummat muslim. Di halaman belakang tersedia lapangan luas yang terbagi menjadi tiga bagian, lapangan basket, lapangan sepak bola dan lapangan bulu tangkis. Karena fasilitas inilah sebagian dari atlet nasional berasal dari kampus ini meski tidak ada basic keilmuan olahraga. Sedangkan di bagian paling depan berdiri kokoh dan menjulang tinggi sebuah gapura bertuliskan “Universitas Maulana Malik Ibrahim.”

Keseluruhan bangunan menyimpan asa dan cita atas mereka yang mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Pendidikan, Fakultas Syariah, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Politik. Sedangkan perpustakaan dan laboratorium yang berkaitan dengan fakultas tersedia di masing-masing bangunan fakultas, tetapi kampus juga menyediakan perpustakaan universitas yang berdiri tiga lantai di samping kiri. Sungguh sempurna, dan aku salah satu orang yang beruntung berkesempatan melanjutkan pendidikan tinggi disini. Meski aku bukan tergolong orang yang pandai tetapi aku yakin, dengan semangat aku bisa menuntaskan tanggung jawab selama menyandang gelar mahasiswa dan menggapai tujuanku dengan sempurna. Maka dari itu aku selalu semangat dan membuat list capaian yang rapi selama aku disini.

Tetapi setelah senja hilang sekian jam dari atas gedung itu, aku rasai dadaku begitu sesak. Seperti ada sesuatu yang mengganggu hatiku, hanya saja aku tidak dapat menemui apa itu. Sehingga aku memutuskan duduk sejenak di pelataran musholla sebelum nantinya beranjak ke parkiran untuk mengambil si merah. Belum aku bisa menguasai diriku atas perasaan tidak tenang yang tiba-tiba hadir di hatiku, seorang laki-laki berperwakan kurus terlihat menghampiriku dengan lari tergopoh-gopoh.

“Devan,” Laki-laki itu menyebut namaku dengan nafas masih tersengal-sengal.

“Ada apa broh?” tanyaku seraya berusaha menemui matanya yang sama sekali tak tampak tenang.

“Itu Dev, nanti kamu diminta menemui rektorat,” jelas laki-laki itu masih dengan gelagat gusar.

“Yaelah, paling-paling mau ngomongin evaluasi kegiatan kemarin Don,” aku menimpali keterangannya begitu santai. Laki-laki bernama Doni Prasetyo ini memang suka begitu, melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya tampak biasa. Tetapi, selain kekurangannya itu, dia menyimpan banyak kelebihan termasuk kejeliannya mengatur administrasi organisasi mulai dari inventarisir surat keluar dan masuk, evaluasi program kerja terlaksana dan yang belum, sampai pada penyusunan proposal-proposal kegiatan. Karena itulah, hampir setengah periode ini aku sangat terbantu dengan keberadaannya.

“Aku lagi gak enak badan Don, kamu wakili aku nanti yah,” pintaku seraya beranjak dari tempat duduk.

“Tapi Dev, selama ini kan aku selalu bareng kamu kalau menemui rektorat. Kalau sendirian mana bisa aku Dev. wong selama ini peranku hanya mencatat obrolan kalian bukan yang berbicara di depan mereka,” jelas Doni dengan wajah memelas, menampilkan ekspresi bahwa dirinya tidak mampu melakukan hal itu.

“Aku percaya kamu bisa,” ucapku seraya memegang pundak kirinya, memberikan tatapan keyakinan pada mata yang berangsur-angsur mulai terlihat percaya diri.

Dia, Manusia Bernama "Lelaki"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang