Calisya tidak bisa tidur malam ini. Dia gelisah karena suasana hatinya yang tidak menentu. Dia melihat Anton sudah tertidur dan tidak ingin membangunkan Anton.
Perlahan Calisya bangun dan keluar dari kamar menuju ke balkon lantai tiga rumahnya. Angin malam yang dingin langsung berhembus mengenai tubuhnya ketika dia membuka pintu balkon.
Calisya memilih duduk di kursi sambil menatap langit malam yang kelam.
"Gak tidur?" Tanya Arumi yang sedang berdiri di depan pintu balkon.
Calisya terkejut karena setahunya semua sudah tidur.
"Gak ngantuk" jawab Calisya dan Arumi memilih duduk di samping Calisya.
"Eyang putri kenapa gak ada di sini?" Tanya Calisya."Eyang tadi terbangun dan nau mengambil minuman ke dapur tapi eyang melihat kamu keluar kamar dan malah duduk di sini" ucap Arumi.
Calisya melirik ke arah tangan Arumi yang sedang memegang gelas.
"Ada apa sayang?" Tanya Arumi. Arumi berusaha memperbaiki hubungannya dengan Calisya. Dia tahu selama ini dia sudah egois dan membuat Calisya terluka.
"Ini semua karena eyang putri" tuduh Calisya.
"Ada apa, eyang tidak mengerti" ucap Arumi bingung.
"Eyang pasti sudah bicara dengan teman-teman eyang kalau Calisya belum hamil. Untuk apa eyang? Mau mempermalukan Calisya? Mau bilang Calisya mandul gitu gak seperti Jessy cucu kesayangan eyang itu" tuduh Calisya.
"Gak sayang, eyang gak pernah seperti itu" ucap Arumi sedih karena apa yang sudah di tuduhkan Calisya itu tidak benar.
"Yang lebih kejam dari ini aja pernah eyang lakukan apalagi hanya hal sekecil itu. Calisya benci eyang" ucap Calisya sambil beranjak dari duduknya dan meninggalkan Arumi sendiri.
Arumi menangis karena sikap Calisya. Dia sadar Calisya belum bisa menerima dan memaafkan dia seutuhnya. Dia tidak pernah ingin menyakiti Calisya lagi.
Calisya masuk ke dalam kamarnya dan mengambil gelang pemberian Arumi saat dia menikah. Dia membawa gelang itu untuk mengembalikan pada Arumi.
"Eyang" panggilnya saat melihat Arumi akan masuk ke kamar
"Ada apa nak?" Tanya Arumi
"Ini, Calisya gak butuh. Ambil dan beri pada Jessica" ucap Calisya sambil menyerahkan kotak perhiasan ke tangan Arumi.
Arumi hanya bisa terdiam dan menangis melihat sikap Calisya. Calisya masuk kembali ke dalam kamarnya dan langsung berbaring sambil memeluk Anton.
"Ehmm,kenapa sayang?" Tanya Anton saat merasakan Calisya memeluknya.
"Gak apa hanya mau meluk mas aja" ucap Calisya sambil memejamkan matanya.
Anton mengecup puncak kepala Calisya kemudian kembali tertidur sambil mendekap Calisya.
***
Kurang tidur membuat kepala Calisya sakit tapi dia menyembunyikannya. Calisya bangun karena kecupan-kecupan yang Anton berikan pada bibir Calisya."Mas" ucapnya
"Bangun dek, udah siang" ucap Anton.
"Mas gak kerja?" Tanya Calisya
"Ini kan sabtu, weekend sayang" ucap Anton sambil menoel hidung Calisya.
"Mas udah buat janji dengan mas Bagas?" Tanya Calisya.
"Udah, hari senin jadwalnya" ucap Anton.
"Bangun dek, temani mas jalan santai" ucap Anton."Iya, aku siap-siap dulu ya mas" ucap Calisya.
Anton tersenyum dan menunggu Calisya di bawah. Setelah bersiap, Calisya segera turun ke bawah untuk menemui Anton.
"Bunda, ayah, eyang kakung" panggilnya saat melihat mereka ada di ruang makan.
"Mau kemana?" Tanya Arga.
"Mas Anton ngajakkin jalan santai" ucap Calisya.
"Ya udah hati-hati ya" ucap Malika sambil tersenyum.
Calisya segera keluar rumah untuk menemui Anton.
"Ayo mas" ajaknya dan mereka berjalan keluar dari rumah mengelilingi kompleks perumahan.Calisya melihat banyak sekali pasangan muda yang juga berolah raga santai. Calisya terlihat bercanda dan tertawa bersama Anton.
"Capek gak?" Tanya Anton setelah satu jam mereka berjalan santai mengelilingi kompleks dan daerah di sana.
"Lapar mas, makan bubur ayam yuk?" Ajak Calisya.
"Ayo, di sana ada tuh" tunjuk Anton dan mereka segera ke sana.
Anton memesankan bubur ayam untuk Calisya sedangkan Calisya menunggu Anton sambil duduk.
"Aduh sampai keringatan istri mas yang manja ini". Anton mengambil tisu dan mengelap butir keringat di kening Calisya.
"Mas, cinta gak sama aku?" Tanya Calisya.
"Jangan di tanya lagi, mas cinta mati sama kamu. Dapatin kamu itu susah banget dek jadi mas gak mau sia-siakan kamu" ucap Anton tulus.
"Makasih ya mas" ucap Calisya.
Pesanan bubur mereka datang dan mereka berdua segera menyantapnya.
"Mas" panggil Calisya"Ada apa?".
"Aku kepingin banget bisa segera hamil" ucapnya pelan
"Iya mas juga tapi kita bawa santai aja sayang. Kita juga baru menikah, jangan terlalu di pikirkan nanti malah stres" ucap Anton.
"Iya" jawab Calisya pelan.
***
Calisya keluar dari kamarnya dan saat dia menuruni tangga dia mendengar pembicaraan Arumi dan sahabatnya yang datang berkunjung ke rumah. Calisya berhenti tidak jadi meneruskan langkahnya dan memilih untuk mendengarkan pembicaraan Arumi."Gimana mbak keadaannya?"tanya Lastri pada Arumi.
"Aku baik, bagaimana dengan kamu?" Arumi balik bertanya.
"Aku baik juga, anak cucuku juga baik malahan si Dina akan nambah anak lagi" ucap Lastri.
"Oh ya, wah senang banget ya kamu. Mau nambah cicit lagi, aku juga kepingin" ucap Arumi.
"Si Calisya belum hamil mbak?" Tanya Lastri
"Belum, mungkin belum rezeki" ucap Arumi.
"Diperiksain mbak, jangan sampai ada apa-apa. Suaminya pasti ingin punya keturunan juga. Jangan seperti cucunya temanku, diceraikan suaminya karena mandul". Ucap Lastri.
"Belum rezeki aja kali" ucap Arumi.
"Tapi si Jessy bagaimana?" Tanya Lastri.
"Jessy baik dan anaknya juga sehat, sedang lucu-lucunya" jawab Arumi
"Iya, padahal Jessy malah hamil duluan kan. Calisya kenapa malah lama" ucap Lastri lagi.
Perkataan Lastri membuat Calisya semakin sedih dan down. Ketakutan dan kecemasannya semakin menjadi. Air matanya jatuh dan dia segera menghapusnya. Calisya memilih kembali ke kamarnya.
Dia merasa Arumi membandingkan dirinya dengan Jessica. Calisya menangis di kamarnya. Dia kesal dan marah pada eyang putrinya. Dia benci kenapa eyang putrinya selalu membencinya.
---&---
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Batas 2 ( Anton&Calisya)
Romantikbagi pembaca setia saya, ini lanjutan kisah Anton dan Calisya di Cinta Tanpa Batas yg sudah naik cetak . kali ini kisah Anton dan Calisya setelah menikah dan kisah ini di lanjutkan berdasarkan versi cetaknya.