8

1K 195 11
                                    

Calisya bangun dan ternyata dia sudah berada di rumah eyang kakungnya. Calisya mencari Anton di kamar tapi tidak ada. Calisya bangun dan mencari Anton keluar kamar. Calisya menuju ke ruang kerja Arga dan sebelum dia membuka pintu, dia mendengar percakapan Arga dan Anton.

"Eyang, izinkan Anton dan Calisya pindah rumah ya? Calisya ingin pindah agar dia lebih tenang, lagipula rumah Anton gak jauh dari sini jadi Calisya gak akan jauh dari keluarga ini" ucap Anton.

"Eyang gak setuju karena di rumah kalian nanti tidak ada siapa pun hanya asisten rumah tangga saja. Calisya akan kesepian lagipula Calisya cucu kesayangan eyang, eyang gak akan izinkan" ucap Arga.

"Tapi eyang, Calisya berselisih dengan Darma dan Jessy. Aku gak mau Calisya stres apalagi kami ingin segera punya anak" ucap Anton.

"Gini aja, Darma dan Jessy akan eyang suruh pindah ke paviliun di belakang rumah utama jadi Calisya juga gak akan sering melihat mereka di rumah utama ini. Gerbang keluar masuk paviliun juga berbeda dengan rumah utama" ucap Arga.

"Terserah eyang kakung saja kalau begitu" ucap Anton.

"Ya udah nanti eyang yang bicara dengan Darma dan Jessy" ucap Arga.

Anton pamit dan membuka pintu tapi dia terkejut saat melihat Calisya sudah ada di depan pintu.
"Dek" ucapnya.

"Eyang". Calisya masuk ke ruangan kerja Arga.
"Kenapa gak di usir aja sih, sama aja kalau pindahnya ke paviliun belakang rumah"protes Calisya.

"Dek, hargai keputusan eyang kakung" ucap Anton sambil menenangkan Calisya.

"Eyang kakung sekarang jahat sama Calisya. Calisya sedih, jahat" ucap Calisya menangis dan berjalan keluar ruangan.

"Calisya" panggil Arga tapi Calisya tidak mau mendengarkan. Dia sudah terlanjut sedih karena eyang kakungnya tidak membelanya lagi.

"Dek" panggil Anton.

"Mas aku mau sendiri jangan ganggu aku" ucap Calisya sambil menahan air matanya.

Anton akhirnya membiarkan Calisya sendiri dan masuk ke dalam kamar mereka. Calisya duduk di meja rias dan menangis di sana. Saat dia melihat ke arah kaca Calisya melihat wajahnya yang mirip Arumi. Seketika Calisya marah dan kesal. Diambilnya botol parfum dan di lemparkannya ke kaca. Kaca seketika pecah begitu juga dengan botol parfum yang terjatuh ke lantai dan pecah berderai.

Suara pecahannya terdengar sampai ke bawah dan mengejutkan banyak orang. Calisya berdiri dan menginjak pecahan kaca sambil menangis. Kaki Calisya mengeluarkan darah.

"Dek" panggil Anton saat membuka pintu kamar dan terkejut saat melihat kaca sudah pecah berderai dan kaki Calisya sudah berdarah.
"Kamu gak apa-apa sayang?" Tanya Anton sambil menggendong Calisya dan mendudukkan Calisya di kursi.

Anton memanggil Gery untuk melihat kondisi kaki Calisya. Arga, Malika dan Arumi masuk ke dalam kamar Calisya dan mereka terkejut melihat kondisi Calisya.

"Nak, kamu kenapa sayang?" Tanya Malika khawatir.

Calisya hanya diam dan menangis menahan sakit di hatinya dan kakinya.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Arumi sedih tapi saat Arumi akan menyentuh Calisya, Calisya menjauh. Arumi jadi sedih dan dia menyingkir.

Gery datang membawa kotak P3K dan mulai membersihkan luka di kaki Calisya. Gery memerban kaki anaknya itu dengan hati-hati.

"Untung gak dalam jadi gak perlu di jahit" ucap Gery.
"Kenapa nak?" Tanya Gery lagi.

"Calisya benci kaca, benci lihat wajah Calisya mirip eyang putri" ucap Calisya tajam membuat Arumi semakin sedih.

"Cucu eyang jangan begini ya, kamu maunya apa?" Tanya Arga yang memang sayang dengan Calisya.

"Usir Darma dan Jessy dari rumah, Calisya gak suka lihat mereka. Syukur-syukur eyang putri juga ikut pergi" ucap Calisya.

Arga menarik nafas dalam dan akhirnya dia mengelus rambut Calisya lembut.
"Iya, Darma dan Jessy akan pindah dari rumah ini" ucap Arga.

"Beneran eyang? Jangan hanya pindah ke paviliun belakang rumah" ucap Calisya.

"Gak sayang, mereka akan beneran pindah" ucap Arga.

"Makasih eyang" ucap Calisya sambil memeluk eyang kakungnya.

Arumi meneteskan air matanya, dia sedih karena sudah begitu menyakiti Calisya sampai Calisya tidak ingin dekat dengannya lagi.

Yang lainnya hanya diam, mereka tahu Calisya sangat keras kepala dan tidak terbantahkan.  Arga sendiri tetap akan membela Calisya. Dia tahu bagaimana Calisya sudah sangat tersakiti oleh Darma dan Jessica bahkan oleh Arumi.

"Jangan lagi marah dengan kaca karena wajahmu ya sayang" ucap Arga.

"Iya"jawab Calisya.

Calisya tersenyum dan melirik Arumi. Dia bahagia karena Darma dan Jessica akan pindah walaupun Arumi masih bertahan di rumah itu karena masih berstatus istri eyang kakungnya.

***
Calisya sedang berada di kamar mandi dan mencoba testpack yang sudah dia beli tanpa sepengetahuan Anton. Dari ketiga testpack yang dia coba ternyata semuanya menyatakan dia positif hamil. Calisya bahagia karena akhirnya dia hamil.

Untuk lebih memastikan lagi, Calisya segera menuju ke dokter. Dia mengambil tasnya dan keluar dari kamar.

"Mau kemana?" Tanya Arga

"Keluar sebentar eyang" jawab Calisya

"Di antar supir ya" ucap Arga lagi.

"Iya eyang" jawab Calisya.

Calisya menuju ke mobil dan masuk ke dalam. Dia menuju ke rumah sakit milik keluarga Hadiningrat.

Sesampainya di rumah sakit, dia segera mendaftarkan dirinya. Setelah menunggu sekitar setengah jam, dia akhirnya masuk ke ruangan dokter.

"Calisya" ucap Bagas saat melihat Calisya masuk ke ruangannya.

"Mas, aku mau periksa" ucap Calisya sambil duduk.

"Kenapa sendirian gak dengan Anton?" Tanya Bagas.

"Gak apa sendiri aja, ini mas". Calisya menunjukkan hasil tespacknya pada Bagas.

"Kapan kamu cek?" Tanya Bagas.

"Tadi pagi, aku beneran hamil kan mas?" Tanya Calisya.

"Baring dulu, mas periksa" ucap Bagas.

Calisya berbaring dan seorang perawat membantu Calisya. Bagas memeriksa adiknya dengan teliti dan melakukan usg.

"Selamat ya sayang, kamu memang hamil" ucap Bagas sambil melihat ke layar.

"Beneran mas?" Tanya Calisya lagi.

"Iya, adikku sayang" ucap Bagas.

Calisya menangis bahagia, dia akhirnya hamil setelah beberapa bulan menikah. Ini hal yang sangat membahagiakan Calisya.

"Usia kandungan masih muda ya jadi kamu harus lebih hati-hati jangan stres" ucap Bagas.

"Iya mas" ucap Calisya.

"Mas resepkan vitamin aja" ucap Bagas lagi.

"Mas, gratis ya sampai melahirkan" ucap Calisya pada kakaknya.

"Iya, dasar tukang rampok" ucap Bagas sambil tertawa dan mengacak rambut Calisya pelan.
"Sekarang pulang dan jangan capek. Beritahu Anton segera" ucap Bagas

"Iya mas, makasih ya" ucap Calisya dan Bagas menganggukkan kepalanya.

Dia bahagia jika adiknya bahagia. Dia bahagia akan segera menjadi seorang om. Dia berharap Calisya selalu bahagia.

---&---

Cinta Tanpa Batas 2 ( Anton&Calisya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang