Annyeonghaseyo

0 0 0
                                    

Hingga keberangkatan kesekian kalinya Doyoung sebagai DJ di stasiun itu pun berjalan lancar, bahkan berkat pekerjaannya itu dia semakin memiliki banyak teman di kalangan artis, baik itu anggota grup laki-laki atau perempuan, penyanyi solo, duo, hingga band. Mereka memperlakukan Doyoung dengan baik dan sangat ramah, yang seharusnya dialah yang harus berperilaku seperti itu pada para idol lainnya yang datang sebagai bintang tamunya, entah kenapa jadi terbalik. Mereka semua lah yang pertama kali mengajak mengobrol sebelum acaranya mulai, sementara Doyoung hanya menyapa mereka satu dua patah kata saja. Sehingga saat siaran berlangsung, mereka sudah tidak kaku lagi di depan kamera dan mengobrol dengan lancar.

Tapi ada juga saat-saat yang membuat Doyoung menjadi ingat kejenuhan yang ada di dirinya. Dia bosan dengan perannya sebagai 'boneka tersenyum' itu. Lagi dan lagi ia tertampar kenyataan akan itu, bahwa dia adalah seorang idol juga yang diwajibkan untuk terus menjaga citra baiknya.

Sampai akhirnya setelah sisa kurang dari satu bulan dari kontraknya sebelum berakhir, dia bertemu dengan pria itu. Salah seorang idol yang lumayan problematik jika bisa disebut begitu, dia penyanyi solo yang sebelumnya pernah bergabung dengan grup juga seperti dirinya tapi dia dikeluarkan oleh agensinya karena sifatnya yang banyak menimbulkan konflik serta adanya rumor tak sedap terhadapnya. Tapi dengan tanpa rasa bersalahnya, dia kembali muncul sejak tahun lalu sebagai penyanyi solo dibawah agensi yang berbeda. Mungkin mereka memanfaatkan konfliknya di masa lalu demi meraih perhatian orang lain dan mendapatkan fans.

Sepanjang siaran pun Doyoung seakan menahan emosinya setiap melihat pria itu terlihat tersenyum yang lebih seperti mengejek atau arogan, walaupun memang setiap komentarnya terkesan ramah dan dapat diterima, tapi bagi siapa pun yang berada di posisi Doyoung, dia pasti akan merasa kesal juga dengan sikap dan perilakunya. Tapi selesai siaran, saat semua kamera yang menyorotnya telah mati, pria itu menghampiri Doyoung dan menepuk pundaknya sembari berbisik padanya.

"Jangan memaksakan dirimu menjadi orang lain. Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Kau juga manusia, bukan boneka."

Mendengar itu Doyoung langsung saja menolehkan kepalanya ke sisi tubuhnya dimana pria itu berdiri, matanya membulat seakan meminta penjelasan dari perkataannya tadi.

Lagi, pria itu seakan dapat menangkap makna tatapan Doyoung. Dia memajukan badannya dan kembali membisikkan sesuatu ke telinga Doyoung.
"Aku tahu kau banyak menyimpan masalah sendiri, tak berani menceritakannya pada siapapun, ditambah beban karena betapa populernya grupmu saat ini. Aku juga pernah berada di posisi itu, jadi aku tahu." Lalu pria itu merogoh saku jas hitamnya, dan menaruh selembar kertas kecil ke dalam saku jas biru milik Doyoung.

"Ku pikir kau juga butuh kebebasan. Bersenang-senanglah." Setelah mengatakan hal itu, dia menepuk dua kali pundak kanan Doyoung sembari berlalu pergi melewatinya. Doyoung hanya menatap punggung seniornya itu yang semakin jauh, lalu merogoh saku jasnya, melihat apa yang sebenarnya orang itu berikan padanya.

Sebuah kartu nama berwarna ungu muda yang menyenangkan mata itu telah berada di tangan Doyoung, tapi sebelum dia membaliknya untuk membaca siapa pemilik kartu nama itu, managernya sudah memanggil namanya dari bawah pintu studio. Mau tak mau, Doyoung jadi mengurungkan niatnya untuk membaca kartu nama itu.

Mungkin nanti saja saat aku kembali ke asrama.

Doyoung benar-benar mengingat isi hatinya itu. Setelah setengah jam perjalanan  pulangnya menuju asrama, dia langsung melepaskan jasnya dan melemparnya ke atas kasur berbalut selimut putihnya, dipandangnya saku jas biru itu. Ada rasa penasaran yang sangat tinggi di hatinya, namun Doyoung menggelengkan kepalanya dan lebih memilih bersabar, dia akan mandi terlebih dahulu.

Setelah lima belas menit ia habiskan untuk membersihkan dirinya, sekarang dia sudah rapi dengan kaos kuningnya dan celana training panjang berwarna hitam, bersiap untuk tidur. Dia kembali ke dalam kamarnya sembari menggosokkan handuk ke rambutnya yang masih basah. Lagi, matanya menangkap atensi jas birunya yang masih tergeletak diatas kasur miliknya. Jadi dia putuskan untuk duduk di atas kasurnya dan mulai meraih jas tersebut, dirogohnya saku sebelah kanan, dan kembali ia melihat kartu nama itu. Kali ini dia sangat jelas bisa membacanya.

Kartu berwarna ungu cerah itu bertuliskan 'Madam Yoon'. Mungkin itu sebutannya? Pikir Doyoung. Tapi anehnya disana tidak terdapat tulisan sebuah nama perusahaan atau aliansi yang menaunginya, hanya sebuah nama, nomor telefon, dan tulisan kecil namun mencolok dengan warna kuning cerahnya sehingga sangat kontras dengan warna ungunya.

*hanya melalui Line/KakaoTalk

Doyoung mengerutkan keningnya tak paham.

"Jadi dia hanya mau berkirim pesan?"

Ada rasa penasaran dari jiwa keingin tahuannya itu, tapi sekali lagi Doyoung berpikir bahwa kartu nama itu dia dapatkan dari idol yang 'bermasalah', bisa saja isinya jebakan seperti narkoba? Itu dapat menghancurkan dirinya, bukan, bahkan grupnya. Itu yang terpenting, dia tak peduli pada dirinya, toh dia sudah berada sejauh ini dengan sesuatu yang tak ia inginkan. Doyoung tak mau, karena dirinya, kelima member NCT lain yang memang benar-benar berusaha demi mimpi mereka ini, ikut mendapat dampaknya.

Doyoung meremas kartu nama itu dan mengarahkannya ke tempat sampah kecil dipojokan kamarnya, melemparnya ke sana. Kakinya melangkah hendak meraih hair dryer di laci mejanya, tapi entah kenapa kakinya berhenti melangkah.

Kenapa juga seniornya itu memberikan kartu nama mencurigakan seperti itu? Tidak takutkah dia, jika Doyoung melaporkan hal itu ke pihak berwajib? Tapi dia harus melaporkan apa? Dia sendiri belum tahu sebenarnya maksud dari orang bernama Madam Yoon itu apa. Benarkah seniornya itu mempercayainya? Berani sekali dia mempercayai sebuah yang terlihat seperti 'rahasia' itu padanya. Ataukah memang dia hanya ingin membantu psikis Doyoung? Dia pernah mengalami yang Doyoung alami sekarang kan katanya? Mungkin dia memang hanya ingin membantu? Mungkin Madam Yoon itu adalah seorang psikiater atau psikologis kejiwaan biasa?

Akhirnya Doyoung kembali berbalik dan memungut kertas itu lagi, membuka lipatan-lipatan yang dibuatnya. Sembari menggigit bibir bawahnya, Doyoung menimang-nimang ponselnya di tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang sepucuk kertas tadi. Dengan sekali hembusan nafas, dia akhirnya membuka aplikasi Kakao Talk di ponselnya, mulai mengetikkan nomor itu disana, lalu mulai mengirim pesan kesana.






안녕하세요|








---

Beautiful Scar || KDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang