C h o c o - l a t e • 2

8 1 0
                                    

🍫

• • •

Who are you?

• • •

🍫

Yardan menghampiri Gael yang masih asyik mengerjakan soal matematika. Rasanya, dia ingin membuang otak temannya itu supaya tidak melulu belajar. Apakah kalian tahu apa yang dirasakan Yardan? Yap, betul! Kepalanya sakit lantaran terlalu sering melihat Gael bersama dengan buku-bukunya.

Yardan duduk di bangku depan Gael. Dia memainkan kotak pensil milik Gael yang isinya sangat lengkap, tidak seperti dirinya. Boro-boro berisi lengkap, membawa kotak pensil saja tidak pernah. Ada bolpoin di tasnya saja sudah sangat alhamdulillah.

"Lo mau ngerjain sampai kiamat? Bel istirahat udah bunyi, woi!"

Gael hanya melirik sekilas Yardan yang terlihat sangat kesal. Setelahnya, ia kembali fokus kepada kertas di hadapannya yang dipenuhi dengan angka.

Karena tidak mendapat respon menyenangkan dari Gael, Yardan menghampiri Ansel yang bergerombol dengan para perempuan di depan kelas. Ansel sedang mengiringi nyanyian para cewek di hadapannya menggunakan gitar.

Jika Gael adalah pria kalem dengan senyum hangatnya, Ansel adalah kebalikannya. Simpelnya, Ansel ialah pria bobrok yang suka menggoda ciwi-ciwi di sekolah, seperti dirinya. Yardan dan Ansel adalah anak kembar yang tidak kembar, itu kata Baron.

"Woi, Engsel!"

Yang dipanggil tidak menoleh. Alhasil, Ansel mendapat jitakan di dahinya. Tidak perlu dijelaskan siapa pelakunya, 'kan? Pasti kalian sudah tahu, tidak lain dan tidak bukan adalah temannya yang sangat menyebalkan.

"Hai, Cantik," sapa Yardan kepada teman sekelasnya yang memiliki paras sangat cantik, Yana.

Yana yang mendapat sapaan serta kedipan centil dari Yardan bergidik jijik. Ia juga melemparkan tatapan tajam ke laki-laki itu. "Apaan, sih, lo? Balik ke kandang, gih."

Raut wajah Yardan berubah masam. Ia mendengkus kesal. Mengapa mereka, para perempuan di sekolahnya, suka pilih kasih? Jika dengan Gael, mereka akan bersikap lembut. Namun, dengan dirinya selalu seperti mengajak gelud, padahal dia tidak kalah ganteng dengan Gael. Ya, mungkin poin minus-nya ada di otak dan akhlaknya saja. Tidak masalah, bukan?

Tanpa sadar, Yardan meremas dan meninju bahu Ansel dengan keras. "Entar gue gombalin juga meleleh lo. Tapi, gue, sih, ogah gombalin lo."

Pukulan di bahu Ansel semakin menjadi-jadi. Sepertinya Yardan sangat menikmati aksi memukulnya sampai tidak sadar dengan teriakan Ansel yang mengalahkan speaker aula.

"Lo ngapain pukul gue?! Gue bukan samsak, Borr!" Ansel berteriak kesakitan. Dia menginjak kaki Yardan dengan kesal. Pukulan Yardan tidak main-main. Ingatkan dirinya untuk duel bersama Yardan malam minggu besok.

Bukannya berhenti, Yardan memberikan satu pukulan keras sebagai penutup. "Jangan panggil gue Oborr! Dasar Engsel Pintu!"

"Salah sendiri punya nama Yardan. Yard, kan, artinya halaman. Nah, halaman dalam bahasa Albania artinya Oborr. Gak salah, 'kan? Cocok, tuh, sama jidat lo yang jembar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Choco-lateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang