1

528 36 4
                                    

Hari yang cerah dan dingin di bulan April, dan jam di ponsel yang ada di atas nakas memperlihatkan angka tujuh. Sudah cukup siang untuk waktu sarapan, tapi seorang pemuda bergigi kelinci masih terlihat asyik bermain dengan beberapa ekor kelinci di taman belakang rumahnya.

''Permisi Tuan Muda, sudah waktunya sarapan, paman dan bibi Anda sudah menunggu.'' Perempuan paruh baya dengan seragam pelayan menginterupsi pemuda tersebut. Dia pun menoleh seraya tersenyum kemudian mengangguk, ''Saya permisi Tuan Muda,'' lanjutnya kemudian berlalu dari sana.

Pemuda itu beranjak, menepuk paha sekilas kemudian pergi dari sana. Mengambil tas ransel yang tergeletak di kursi, lalu ke ruang makan. Di sana sudah duduk paman, bibi, serta sepupunya.

''Xiao Zhan,'' baru saja pantatnya menempel di kursi sang paman sudah menginterupsi.

Pertanda apa ini, pikirnya.

''Tuan dan Nyonya Wang akan datang hari ini, kau jangan sampai terlambat pulang,'' lanjut sang paman.

''Kenapa aku?'' tanya Zhan pura-pura tak mengerti.

''Bagaimana bisa kau bertanya pertanyaan seperti itu, kau sudah membaca surat wasiat ayahmu itu, 'kan? Kau akan dijodohkan dengan putra ke dua keluarga Wang yang lumpuh dan bisu itu, sungguh pasangan yang serasi ... menjijikan,'' ucap seorang gadis dengan surai panjang berwarna cokelat terang dan bergelombang. Senyum sinis nampak jelas tersemat di bibir tipisnya. Sembari memainkan ujung rambut dan menyesap orange jus dari gelasnya, dia kembali berkata, ''Andai yang dijodohkan itu Tuan Muda Haikuan, tentu saja lebih baik aku saja.'' Setelah mengatakan hal itu dia beranjak dan menyibakkan rambut panjang bergelombangnya.

''Lalu, kapan Tuan dan Nyonya Wang akan ke sini, Paman?'' tanya Zhan tanpa memperdulikan ucapan sepupunya.

''Nanti malam pukul 7, mereka akan datang bersama putranya.'' Sang paman pun beranjak diikuti sang istri. Senyum sinis jelas terlihat di bibirnya.

"Ayah, ibu ... aku merindukan kalian," lirih Zhan, kemudian dia pun beranjak untuk berangkat ke kampusnya.

~~~

Malam pun tiba, suasana di rumah Keluarga Xiao terlihat lebih hangat dari biasanya. Seperti apa yang pamannya katakan pagi tadi, Keluarga Wang benar-benar datang ke kediamannya.

Xiao Zhan yang baru saja menginjakan kaki di ambang pintu langsung di sambut pelukan penuh hangat oleh seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.

"Zhanie ... aku tau ini kau sayang, semakin manis saja kau ini ... aahh, menantu...," ucapnya penuh antusias.

Nyonya Wang yang pada dasarnya sudah pernah bertemu dengan Xiao Zhan dulu langsung mengenalinya. Dia memang sangat menginginkan menantu, dan betapa senangnya dirinya saat tau kalau yang suaminya maksudkan adalah putra dari Xiao Fengmian dan Shangren sahabat suaminya sejak kecil.

Sementara itu, Xiao Zhan yang masih ada dalam pelukan nyonya Wang melirik pada pemuda tampan yang duduk di kursi roda dan terlihat berwajah datar. Xiao Zhan pun tersenyum penuh arti.

"Zhanzhan ... kau pasti lelah, mandi dulu saja, kemudian temui kami di ruang makan," ucap sang bibi melepas pelukan Nyonya Wang.

"Ah, iya benar ... mandi saja dulu, sayang ...," ucap nyonya Wang. Xiao Zhan pun melepas pelukan itu kemudian membungkukan badan dan berlalu.

"Baiklah Tuan dan Nyonya, mari silahkan duduk. Sambil menunggu Zhan yang sedang membersihkan diri kita bicarakan saja dulu tentang pertunangan mereka," ucap bibi Lee, adik dari ibu Xiao Zhan.

SOMETHING BEHINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang