3

368 32 1
                                    

Semilir angin musim semi sore ini mengantarkan setitik air mata milik Xiao Zhan di atas pusara tiga orang terkasihnya. Kedua orang tuanya dan juga Xiaoxiao, seseorang yang sudah dirinya anggap seperti adik kandungnya. Mereka bertiga seperti cahaya yang menerangi masa lalunya yang sangat gelap. Dan selamanya akan menjadi pelita dalam kelamnya kehidupan seorang Sean.

Benar, Sean bukanlah Xiao Zhan. Dulu dia adalah seorang anak tanpa masa depan andai saja Xiao Zhan tidak menemukan dirinya yang tergeletak tak berdaya dengan tubuh penuh luka di dekat sebuah mini market yang berada tak jauh dari rumah sakit tempatnya check up.

Tubuh Sean kecil tampak begitu mengenaskan dengan banyak luka lebam hampir diseluruh tubuhnya, juga entah bekas apa yang masih mengeluarkan darah segar di ujung bibirnya.

Rasa iba dan kasihan langsung membuat Xiao Zhan berteriak memanggil kedua orang tuanya. Tuan dan Nyonya Xiao yang mendengar teriakan sang putra dengan cepat langsung menghampiri.

"Ada apa sayang?" tanya Nyonya Xiao sambil mendekap sang putra.

"Ada seseorang di sana Ma!'' serunya, ''Ayo, bawa dia ke rumah sakit,'' lanjutnya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Tuan Xiao pun mengangkat tubuh ringkih Sean yang masih merintih menahan kesakitan. Membawanya ke rumah sakit untuk segera ditangani. Saat Tuan Xiao meletakkan tubuh ringkih Sean di atas brankar, betapa terkejutnya dirinya saat melihat banyak darah mengalir dari pangkal paha bocah itu.

''Lakukan yang terbaik, aku yang akan menanggung semua biayanya,'' ucap Tuan Xiao pada seorang dokter paruh baya yang sudah dikenalnya.

''Pasti Fengmian, kau tenanglah ... tanpa kau minta aku pasti akan melakukan semaksimal yang aku bisa,'' balas sang dokter.

"Anak yang malang, semoga kamu baik-baik saja ...," monolog Fengmian ayah Xiao Zhan.

Waktu berlalu begitu cepat. Seminggu sudah berlalu. Akhirnya, Keluarga Xiao tahu siapa bocah yang sudah putra semata wayangnya temukan mengenaskan itu. Sean, begitu dia memperkenalkan diri. Nama yang cukup singkat, tanpa marga. Maka dari itu, Tuan Xiao membuat sebuah keputusan kalau Sean akan menyandang marga miliknya. Keputusan itu disambut girang oleh dua anggota keluarga lain. Xiao Zhan yang merasa begitu girang karena akan ada teman untuk menemaninya bermain. Akan ada seorang kakak yang akan selalu melindunginya.

Benar, umur mereka terpaut dua tahun dengan Sean sebagai yang lebih tua. Xiao Zhan sangat menyayanginya. Selama Sean di rawat di rumah sakit, Xiao Zhan selalu menyempatkan waktunya untuk menemani sang kakak. Sementara Sean, dia pun tak kalah bahagianya. Seumur hidupnya tak pernah ada satu orang pun yang dengan sukarela akan membelanya dari amukan seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai ayah bagi Sean. Namun, julukan nama seorang ayah begitu jauh dari orang yang setiap detiknya selalu melakukan kekerasan terhadap dirinya. Mulai dari tamparan, pukulan, juga tendangan. Seingat Sean, tak ada sehari pun atau mungkin sedetik pun selama mereka bersama, Sean mendapat perlakuan baik dari ayahnya. Yang ada hanya hantaman demi hantaman. Sampai puncaknya adalah saat seseorang yang mengaku ayahnya itu dengan tidak tahu malunya melakukan pelecehan seksual terhadapnya.

Saat itu, yang ada dalam benak Sean adalah pergi sejauh yang dia mampu untuk meninggalkan gubug pria itu. Meski rasanya hampir tidak mungkin dengan kondisi tubuh semengenaskan itu. Perih dari luka tidak lagi dia rasakan, menjauh dari sana saat ini menjadi fokus utamanya. Tubuh remaja Sean terseok di sepanjang jalan, tapi dirinya tetap harus bertahan demi masa depan yang mungkin masih bisa menjadi setitik harapan baginya.

Hingga harapan itu pun benar adanya saat Xiao Zhan akhirnya menemukan tubuhnya yang tergeletak dengan kesadarannya yang mulai menipis. Takdir seseorang memang tak ada yang tahu kecuali Sang Pemilik Kehidupan itu sendiri. Bocah kecil nan kurus itu laksana oase di padang gersang kehidupan Sean. Dia tahu kalau bocah manis dengan gigi kelinci yang menggantung imut itu adalah remaja yang sangat baik. Begitu pun dengan kedua orang tuanya yang kini pun mendedikasikan diri menjadi orang tua angkatnya.

SOMETHING BEHINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang