01

6 3 2
                                    

Pov Nana.

Namaku Aurea Lifina, biasa dipanggil Nana. Sekarang aku duduk di bangku sekolah menengah atas. Aku kelas sepuluh SMA, aku punya satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki.

Devano Javier, aku biasa memanggilnya Bang Vano. Aku dan bang Vano beda lima tahun, dan Rafka Fauzan atau biasa dipanggil Rafka. Aku dan Rafka beda tiga tahun.

Aku punya tiga sahabat bernama Gaby Khalisa (Gaby), Arkanza Dafandra (Arkan) dan juga Revano Elfathan (Revan). Kami bertiga berteman sejak sekolah dasar dikarenakan rumah kami yang berdekatan dan kami selalu satu sekolah hingga sekarang. Hmmm, kurasa sudah cukup perkenalannya.

"Nana! Kemaren gue liat lo jalan sama anak sm-" teriak Gaby menghampiriku dan langsung kubungkam mulutnya.

"Diem! Jangan kenceng-kenceng!?" ancamku.

Seluruh teman sekelas melihat ke arah kami dengan tatapan bingung, Aku hanya biasa menyengir seraya melepas tanganku dari mulut Gaby.

"Ngomongnya bisik-bisik aja" perintahku berbisik.

"Okey"

"Gue liat lo, jalan sama anak SMP kemaren. Pulang sekolah gue liat lo di cafe sama cowok yang pakek seragam SMP. Seinget gue itu bukan Rafka deh" ucap Gaby.

"Yaa.. Itu bukan adik gue, dia temen gue" ucapku.

"Temen?" tanya Gaby.

Aku mengangguk.

"Bo'ong lo, itu gebetan lo kan?" tanya Gaby tak percaya.

"Gila ya? Bukan lahh" ucapku mengelak.

"Udah lah Na, ngaku aja. Gue tau" ucap Gaby.

"Hmmm.. okey gue ngaku" ucapku.

"Jadi bener?!" Gaby kaget.

"Nggak usah teriak anjir!" kesalku.

"Sorry sorry, jadi bener?"

"Emm... Ya, seperti yang lo liat" ucapku canggung.

"Sejak kapan?"

"Yaaa baru beberapa bulan yang lalu. Gue ga sengaja ketemu dia di bioskop"

"Kapan? Yang waktu itu? Lo nonton sendiri?"

"Emm iya"

"Wahh gila. Dia satu sekolah sama Rafka kan? Seragamnya sama kayak seragam sekolah Rafka"

"Iya, dia kakak kelas Rafka. Tahun ini dia lulus dan dia bilang mau masuk SMA yang sama kayak gue. Jadi otomatis dia bukan bocah kan? Toh kita beda satu tahun doang" ucap Nana.

"Iya sih, tapi kan. Rafka udah tau belum?"

"Udah, Rafka pernah liat gue di antar pulang sama dia" jawab Nana.

"Mampus! Perang nggak tuh?"

"Nana! Gaby! Kantin yuk!"

"Berisik lu Ar" tegur Dio, ketua kelasku.

"Tau nih Arkan, berisik banget jadi orang" ucap Gaby yang duduk disebelahku.

"Tau nih bikin kesel aja" ucapku.

"Kok lu pada ngebully gua sih?!" kesal Arkan.

"Oke, gua ke kantin sendiri aja!" ucap Arkan dengan penekanan pada dua kata terakhir.

"BUAHAHAHA"

"Anjir lucu banget HAHAHAHA"

"IYA WOI LAH AHAHAHAHA"

Tawa kami pun pecah seraya menepuk meja, sedangkan Arkan hanya memasang wajah cemberut.

"Bagus lu pada ya, gara-gara si Dio. Lu pada ikut ngerjain gua" kesal Arkan.

"Sorry Ar" ucap kami bersamaan.

"Ya udah ayok ke kantin, gue laper" ucap Arkan

"Iya ayok" ucap Gaby.

"Dio, lo nggak ke kantin?" tanyaku.

"Ga deh gua mau main game" jawab Dio.

"Gila lu, emang kenyang makan game?" tanya Arkan.

"Terserah lu dah, males gua ngomong ama lu" ucap Dio.

"Lah kok" ucap Arkan.

"Ehh, Revan mana?" tanyaku.

"Tuhh" ucap Arkan seraya menunjuk ke arah pintu kelas.

Haloooww!!!
Ini cerita pertama gue, jadi mohon dukungannya ya guys. Hehe
See u~

NANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang