03

1.7K 362 192
                                    

03

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03. Wifey?!

.
.
.

Seorang gadis menangis tersedu-sedu, bertepatan dengan tiga gadis lain yang masuk ke dalam kafe yang sudah menjadi markas mereka sehari-hari ini. Sampai pria berbaju putih dengan tag nama Jimmy datang menghampiri mereka. "Hai. Beruntunglah kalian cepat datang."

"Hei, sayang. Ada apa sih?" Rosie yang berstatus kekasih dari pria pemilik kafe ini menatap heran keberadaan Liana yang sesenggukan di ujung sudut kafe di sayap kiri.

Belum sempat Jimmy menjawab, gadis berbaju seksi bertanya sinis padanya, "Siapa yang membuat Liana menangis? Siapa yang berani menyakiti Darlingku? Biar aku leburkan ususnya sekarang juga!"

"Aku tidak tahu, Jean. Sumpah. Liana sudah tiba dengan lesu setengah jam lalu terus menangis di pojokan tanpa sebab."

Tidak sama seperti Rosie dan Jean yang sibuk sendiri, gadis dengan poni rata di dahinya itu memutuskan untuk mendekat ke Liana dan mencari tahu langsung. Mengintip dari balik punggung Liana kemudian menghela napas lega. Lalice kemudian memanggil kedua teman lainnya dengan tangan melambai untuk ikut mengintip kegiatan Liana.

"Eh, dasar anjing!" Jean langsung memaki.

Liana terkejut, mencabut headset dari telinga dan menemukan ketiga sohib gobloknya plus barista Jimmy yang yang sedang mengerubunginya. "Ada apa? Kenapa berkumpul disini? Tidak pernah melihat orang cantik ya?"

Lalice menoyor kening Liana main-main. Hebat sekali gadis ini. Menangis tersedu-sedu dikira sedang menangisi suami mati, tahunya hanya untuk menangisi novel yang berakhir dengan sad ending.

"Aduh, sakit. Jean, Lalice jahat..." Liana dengan rengekannya adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan semua orang. Setelah Lalice menoyornya, gadis itu langsung di pelototi Jean--gadis paling bar-bar yang suka pergi kemana-mana tanpa menggunakan bra. Seperti sekarang, ketika Liana bisa merasakan puting susu sahabatnya itu ketika Jean memeluknya.

"Jangan sakiti Ma Darling!" Ketus Jean galak. Ia memang bar-bar, tapi selalu menyayangi sahabatnya dengan tulus. Hal itulah yang kadangkala membuatnya di cap sebagai pasangan lesbian Liana.

Sedangkan Lalice mengerucutkan bibir dan mengadu pada Rosie, tapi sayang si budak cinta itu sedang berpelukan dengan Jimmy di balik konter mesin kopi. Fuck.

Liana terkekeh-kekeh, menertawai mereka. Selang beberapa menit kemudian mereka sudah berkumpul dan duduk di satu meja. Fokusnya tentu saja pada Liana, pada ponselnya yang sedari tadi terus berbunyi tapi tidak diangkat.

"Victoria Secret meneponmu. Tidak mau kau angkat, Li?" Tanya Rosie dibalik mulut penuh yang mengunyah makanan.

Liana menggeleng. Mengabaikan telepon Victor seharian ini adalah apa yang ia lakukan.

Jean, Lalice, dan Rosie saling pandang. Bukan hal aneh melihat kedua orang ini terlibat perang dingin karena mereka memang suka bertengkar. Tapi melihat keduanya lebih kelihatan seperti pasangan pengantin yang saling merajuk dan menghindar, itu baru sebuah keanehan.

"Perlu aku catat di Guinness Book of Records?" Tawar Lalice dengan senyum seringai.

"Aku paham perasaanmu. Pasti ini tidak mudah." Kata Jean. "Tapi mencoba menikah itu bukan masalah besar, Li. Terlebih pendampingmu seorang Victoria Secrets. Dia kaya, tampan, rupawan. Keruk terus hartanya sampai dia keteteran. Hahaha!"

Jean memang sesat.

Liana mencebik. "Pernikahan bukan ajang main-main. Ini abad 21, masih ada saja perjodohan. Ini bukan jaman dahulu kala dimana nenek moyang kita adalah seekor babi."

"Lah, aku pikir nenek moyang kita penguin." Sahut Lalice.

"Bukannya dinosaurus?" Rosie makin kacau lagi.

Hanya Jean yang waras. Itu sebabnya ia sering melindungi para sahabatnya dari keglobokan dunia yang fana ini. Perannya sudah seperti ibu di kelompok mereka, meski Liana yang sebenarnya berusia paling tua di antara mereka semua. Tapi ya, apa daya menjadikan Liana sebagai sosok ibu sedangkan ia masih percaya nenek moyang manusia itu seekor babi.

"Sudah, Darling. Sudahi konflik batinmu dengan Victoria Secrets ya. Tidak ada lagi jalan keluar dari masalah kalian ini soalnya. Siapa suruh sok-sokan pakai rencana segala. Kan jadi kenyataan sungguhan. Kalian berdua benar-benar bodoh."

Liana menghela napas. Bibirnya manyun hingga lima senti. Ia paling tidak bisa diceramahi seperti ini, rasanya sakit. Hiks.

"Setelah kau pingsan kemarin bagaimana, Li?" Tanya Lalice penasaran pada kelanjutan kisah kemarin.

"Aku tidak bilang ya bahwa Aku hanya pura-pura pingsan?" Tiga sahabatnya tidak terkejut, mereka sudah menebak isi otak ajaib gadis ini.

Liana terkekeh, menunjukkan barisan gigi-gigi putihnya. "Setelah itu Aku diantar Victor pulang, lalu kami bertengkar di apartemen."

"Bertengkarnya dengan mulut atau badan?" Tanya Rosie, tersirat muka mesum.

"Iya, dengan badan. Dia menggempurku sampai sepuluh jam. Puas kau hah?!" Liana berkata sewot, membuat ketiga lainnya terbahak-bahak. Kalau sudah membahas perihal masalah ranjang, ketiganya memang kompak dengan kapasitas otak yang sama. Hanya Liana yang lugu, hanya Liana yang tidak berdosa.

Di sela acara ngobrol-ngobrol cantik mereka, Jimmy berkutat dengan ponsel di telinganya. "Syukurlah, dia tidak apa-apa. Dia hanya menangis karena membaca novel, bukan menangisimu. Tenang saja, aku akan memantaunya selagi dia disini. Baiklah. Oke. Kau akan datang? Bagus. Aku tunggu sepuluh menit. Oke, bye. I love you, Victor."

Seusai panggilan tertutup, Jimmy terkekeh geli. Ia mengorek kupingnya yang dirasa berdengung setelah teriakan membahana Victor yang dahsyat.

Untung Jimmy sabar, untung Jimmy tampan.

.
.
.

Sepuluh menit kemudian, sosok berbadan tegap dibalik setelan kemeja dan jas yang lengkap dengan dasi memasuki area kafe Jimmy. Mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kafe hingga ia temukan si kelinci nakal yang bersembunyi darinya.

Victor mendesis, terlebih Liana langsung membuang muka tatkala sahabatnya memberitahu kedatangan Victor. Jimmy datang dan menghampirinya, seraya membawa segelas air dingin. "Minum, Vic. Kau butuh tenaga."

"Terimakasih, Jimmy. Kau memang pria yang baik."

"Lantas maukah kau menjadi masa depanku, Victoria sayang?"

"Bangsat!" Maki Victor tak tanggung-tanggung. Ia menatap ngeri ke semua orang yang mendengar makiannya, juga ke hubungan miringnya dengan Jimmy. Inilah alasan mengapa Sabrina dan Julio sering salah paham karena mengira Victor ada main dengan Jimmy. Padahal oh padahal, Jimmy hanya suka menggodanya dan ia juga sudah punya pacar!

"Hei, kenapa dia mengamuk?" Tanya Jean panik.

"Hayoloh, Li. Dia pasti marah karena kau menghindarinya." Lalice ikut membuat suasana horror.

"Biasanya kalau laki-laki marah, akan terjadi adegan baku hantam... Di ranjang." Rosie, seperti biasa selalu ikut membantu meramaikan suasana hati Liana menjadi berwarna-warni seperti pelangi.

Pelangi your ass!

Liana ingin pulang! Ia menarik tas dan novelnya tanpa ketinggalan, menerobos kerumunan dengan kekuatan seribu bayangan tapi naas, Victor mencekal tangannya dengan mudah.

Laki-laki itu tersenyum miring. "Mau kemana, Wifey?"

Liana gemetar. Apa ia akan benar-benar diseret untuk bertempur di ranjang seperti candaan Rosie?!

TBC

HAYOOO BERTEMPUR DI RANJANG!!!🤣🤣

𝘿𝙤𝙪𝙗𝙡𝙚 𝙏𝙧𝙤𝙪𝙗𝙡𝙚 𝘾𝙤𝙪𝙥𝙡𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang