[3]. Permainan

27 6 5
                                    

"Kau yakin kita akan main disini..?"

"Kenapa? Bukankah kau tidak ingin bergabung dengan yang lain? Jadi aku pilihkan ruangan VIP ini"

"Setiap ruangan yang ada disini tidak bisa di beli, jika menyewanya juga membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya"

"Ya, lalu?"

"Aku tau kau tidak memiliki pekerjaan lain selain menghamburkan uang mu disini. Jadi, perasaan ku mulai tidak enak"

"Apa sekarang kau mengkhawatirkan keuangan mu? Pftt- ahhahah! Tenanglah, kau tidak akan kehilangan lebih dari 10,000 dolar hari ini"

"Bukan itu maksud ku (ah yasudahlah biarkan saja)"

Aku menyesal menerima ajakan manisnya. Kenapa aku harus berada disini lebih lama lagi? Yang mulia keabadian maafkannya kelalaian entitas mu ini.

"Jadi, sekarang kau mau aku apa?" Nada ku pelan masih mengkhawatirkan sesuatu.

"Ayo bermain permainan seperti dulu! Texas holdem" Olivia berteriak merangkul ku sambil berjalan ke meja.

"Aku sudah tidak bisa memainkannya" Dalih ku pada Olivia

"Apa maksud mu?" Tatapan tajam dan sinis Olivia pun langsung tertuju padaku.

"Kau tau? Aku selalu melupakan segala hal yang tidak penting untuk diingat. Begitupun dengan ini"

"Ahhahahahaha! Kau bercanda ya? Sudahlah ayo sini duduk" Olivia menarikan kursi yang ada didepannya untuk ku.

Kami pun duduk dikursi yang sudah di siapkan didalam ruangan. Nampak sepertinya ruangan ini memang khusus untuk dua orang saja, dan seorang dealer juga sudah siap kapanpun saat kami siap memulai permainan.

"Kalian siap?" Sang dealer angkat bicara.

"...tidak"

"Hah?! Apa-apaan perkataan mu itu?" Bentak Olivia padaku.

"Bagaimana ya~ sepertinya aku tidak siap. Aku sempat bilang sebelumnya saat kita menaiki tangga ke lantai 2 ini, aku tidak membawa uang lebih. Tapi sepertinya kau tidak mendengarkan" Ucap ku dan mengangkat kedua bahu ku.

"K-kauu.. lalu siapa yang akan membayar semua ini?"

"(Sudah ku duga, dia tidak punya uang untuk membayarnya..) aku sangat berterimakasih pada dirimu yang sangat perhatian padaku. Bahkan kau rela menyewa ruangan ini untuk kita bermain. Tapi, maaf teman lama ku saat ini pun aku sedang tidak bawa uang lebih untuk menalangi semua ini"

"Kau pasti bercanda!!"

Akhirnya karena tidak bisa membayar biaya sewanya kami ditendang keluar dari ruang VIP itu. Dengan muka lesuh yang nampaknya juga jadi memerah, Olivia berjalan didepan ku dan berkata.

"Dasar, orang macam apa kau?! Bekerja ditempat enak, tapi malah tidak punya uang? Kau kira aku tidak tau berapa banyak uang yang bisa kau dapatkan dalam satu misi?" Hentaknya padaku yang berjalan di belakangnya

"Bekerja ditempat enak katamu? Jadi menurut mu, berjuang mati-matian dan rela mengorbankan nyawa itu adalah pekerjaan yang enak? Berani sekali kau mengatakan hal yang tidak kau mengerti dengan baik. Seharusnya sebelum kau menyewanya tadi kau tanya dulu pada ku, padahal dia yang memilih tapi malah dia yang tidak mampu untuk membayarnya. Kasihan~" Kataku yang menarik bahunya setelah dia bicara.

"Hei! Jaga ucapan mu! Aku ini lebih tua 4 tahun dari mu bocah!" Olivia langsung menepis tangan ku dan menarik kerah bajuku.

"Hehh~ jadi kau mau aku menghargai mu? Dan memperlakukan mu dengan sopan dan santun ku? Maaf nona. Aku hanya menghormati orang yang memang patut aku hormati. Orang seperti mu itu tidak pantas mendapatkan rasa hormat dariku" Lanjut ku sambil tersenyum hangat kepadanya.

Light and DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang