ch.04 pangeran bermulut pedas

7.4K 50 3
                                    

kei mengemudikan mobilnya dengan laju, membuat ku hampir pingsan. tidak... tepatnya hampir mati. untungnya kami lolos dari guru piket di gerbang sekolah.

wajahku masih pucat dan ngos-ngosan seperti orang yang  sudah berlari 200 meter, pada hal aku sedang  syok dengan yang terjadi.

" heh. apa kau mau terus disini?! cepat turun" ujarnya sambil membuka pintu

" kau..., kau gila ya?!. kau membuatku hampir mati dengan kecepatan menyetir seperti itu" ujarku histeris

" aku tidak gila, itu hal yang biasa kulakukan. kau saja yang tidak terbiasa." sahutnya sambil turun dari mobil dan menutup pintunya.

aku pun turun dari mobil itu dengan tubuh terasa lunglai karena syok tadi.

" nich, bawakan tasku kekelas. aku mau pergi dulu." ujarnya sambil meletakkan tasnya ditanganku.

aku memandanganya dengan  pandangan protes. apa-apaan dia menyuruhku membawa tasnya. ketika aku hendak mengeluarkan kata-kata protes dia berbicara duluan kepadaku.

" kamu sekarang pembantuku. jadi turuti aku yang sekarang menjadi tuanmu" ujarnya datar

ya ampun, aku baru ingat mengenai kejadian kemaren dan janjiku kepadanya untuk menjadi pembantunya hingga dia sembuh.akhirnya kukatupkan mulutku tidak jadi memprotesnya.

dengan jengkel aku membawa tasnya kekelas. beberapa orang menatapku heran yang membawa dua tas kesekolah. aneh, tasnya koq ringan banget. beda sekali dengan tasku yang cukup berat karena buku-buku pelajaran yang harus dibawa hari ini cukup banyak. jangan-jangan tasnya nggak ada isi apa-apa lagi... .

saat memasuki kelas untungnya guru yang mengajar belum masuk. madoka menyapaku sambil tersenyum dan melihat heran pada tas kei yang kupegang.

" koq bawa tas dua? dan ya ampun aika tampangmu berantakan sekali" ujar madoka menatapku histeris

aku duduk dibangku dengan tampang kusut.

" ini bukan tasku, tapi milik kei" ujarku dengan malas.

" koq bisa?? bukannya kau tidak suka dengannya.." tanya madoka sambil terbelalak kaget

aku pun menarik napas pelan dan mulai menceritakan apa yang terjadi kepadaku.

"hwa ha...ha..ha... " tawa madoka

cih, bukannya madoka bersimpati padaku atas nasib sial yang aku alami dia malah tertawa terbahak-bahak sampai air matanya keluar. 

aku mendengus kesal kearanya dan madoka tampak menyadarinya karena dia langsung menutup mulutnya mencoba menhanan tawa. walau pun dia mentup mulutnya untuk tidak tertawa tapi aku bisa matanya yang tampak tertawa.

" maafkan aku aika. aku tidak bisa membantu apa-apa. hanya saja sebaiknya kau berhati-hati dengan para fansnya kei. bisa-bisa mereka memburumu seperti seperti srigala kelaparan" ujar madoka setelah tawanya berhenti

aku hampir melupakan hal penting seperti itu. kei pasti berniat membalas dendam padaku melalui fansnya yang seperti srigala itu.

saat bel istirahat berbunyi kei kembali menerorku dengan tingkah seperti majikan kepada pembantu, dia menyuruhku untuk membelikannya makanan dan minuman yang dimintanya keatap sekolah. mungkin setiap istirahat dia selalu nongkrong disana, apa dia nggak takut dengan gosip  atap sekolah yang katanya ada makhluk halusnya.

..OH..MY..GOD... aku tak percaya nasibku akan terus begini sampai dia sembuh. 

aku menggeleng pelan.

"fight aika..., kau cewek kuat. jangan menyerah hanya gara-gara ini" ujarku dalam hati sambil menyemangati diri sendiri.

langkahku terhenti ketika mai berdiri didepanku dengan maksud menghalangi jalanku.

mai adalah salah satu fans fanatik kei. dia gadis yang cantik dan berpenampilan modis tapi sayangnya sikapnya angkuh, dan aku tidak suka dengan sikapnya itu.

" apa hubunganmu dengan pangeran? kenapa kalian bisa satu mobil tadi pagi? kenapa kau bisa dekat dengan pangeran? " tanyai mai beruntun seperti seorang wartawan yang sedang mewawancarai seorang artis ( jadi meras artis top aja, he..he..he..)

dua temannya yang selalu mengekor dibelakangnya dan kusebut dayangnya lkut berdiri didepanku dengan berkacak pinggang.

menjengkelkan sekali dalam situasi seperti sekarang ini apa lagi rasa jengkelku pada kei masih menumpuk.

"sabar airi... bicara pelan-pelan saja" ujarku dalam hati mencoba menenangkan diri

" aku dan kei tidak ada hubungan apa-apa, kami hanya berteman. tadi pagi kami hanya tidak sengaja bertemu dijalan dan dia memberikan tumpangan sampai kesekolah" ujarku sekenanya.

terpaksa deh berbohong di bagian tumpangan, kalau aku berkata yang sebenarnya kalau kei yang menjemputku kerumah bisa-bisa aku dicabik-cabik dengan ganas oleh mereka samapi tidak berbentuk.

" bagaimana mungkin pangeran mau satu mobil dengan gadis jelek sepertimu. kuperingatkan ya.. jangan coba-coba mendekatu pangeranku. harusnya kau bisa sadar diri dong, wajah tidak cantik dan dada rata sepertimu tidak cocok bersama pangeran" hujatnya sambil memandangku rendah dari bawah keatas.

fu..fu...fu...(tawaku mengerikan)

kalau dia bilang aku jelek sih aku cuek tapi kalau kata dada rata itu benar-benar kata yang kubenci dan kujadikan kata tabu. jangan salahkan aku jika setan kemarahan yang dari tadi kupendam bangkit kepermukaan.

para dayang mai bergidik melihat aura disekelilingku tampak gelap.

" apa katamu tadi tentang aku/!" ujarku dengan wajah menyeringai

" gadis jelek berdada rata" ujar mai dengan senyum mengejek

BRUAKK...

BRUKKKK.......

mai jatuh pingsan didepanku setelah aku meninjunya sekali di wajanya yang cantik itu.

" apa kalian mau juga seperti dia?" ujarku menyeringai kearah dua dayang mai itu.

mereka berdua langsung menggeleng cepat dan dengan susah patyah mereka memapah mai yang pingsan menjauh dariku.

begitu kemarahanku surut, aku baru menyadari kesalahan yang baru kulakukan kepada mai.

ya ampun.. apa yang harus kulakukan.

bagaimana kalau dia melapor kewali kelas tenang yang barusan terjadi. bisa-bisa nanti dia minta beasiswaku dicabut, atau yang lebih parah lagi aku dikeluarkan dari sekolah.

sepertinya aku harus melatih pengendalain kemarahan. tapi kurasa yang kulakukan kepadanya tidak salah... siapa suruh dia duluan memancing emosiku. tapi tetap saja memukulnya itu salah.

arrrgghhh... pusing...., 

 masalah dengan kei saja belum selesai, sekarang aku malah menambah daftar masalah dengan mai, salah satu penyumbang dana disekolah ini.

oh... dewi fortuna, kenapa saat ini engkau tidak muncul untuk memberi keberuntungan kepadaku...

pangeran bermulut pedasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang