The Twins.

35 2 0
                                    

Pagi ini Deska mendekam di ruangan khusus, ruangan yang menjadi tempatnya menyimpan semua koleksi pisau dan benda lainnya yang digunakan dalam setiap aksinya. Tadi malam, Deska tak terlalu menikmati permainan. Entah, karena ia bermain dengan pria tua atau karena dirinya yang tak sabar dengan reaksi yang ditunjukkan si pria tua, hingga membuat Deska mengakhiri permainan dengan cepat.

Setelah cukup lama mengasah pisau, Deska beranjak meninggalkan ruangan yang terletak di sisi lain mansion. Deska menuju ruangan lainnya, yang menjadi tempat para anak buah kakaknya berkumpul. Pisau yang baru di asah tak lupa di bawa, Deska ingin menguji apakah pisau ini sudah tajam atau tidak.

Deska membuka pintu di depannya, beberapa pria yang sadar akan kehadiran Deska menghentikan kegiatannya, begitu pun para pria lain yang mulai menyadari eksistensi Deska di ruangan serupa ballroom hotel mewah tersebut.

"Aku butuh bantuan, sekitar 5 orang dari kalian mau membantu?" Deska menatap mereka dengan wajah dingin andalannya.

"Ini perintah." Deska mulai menyeringai saat satu per satu di antara mereka maju, berbaris rapi di hadapannya.

Lima orang pria bertubuh kekar, dan memiliki tinggi yang jauh berbeda dengan Deska menunduk di hadapan adik bos mereka. Sikap patuh yang ditunjukkan mereka, membuat siapapun akan terpukau tapi tentu saja tidak dengan Deska yang menganggap jika itu memang harus mereka lakukan sebagai bentuk balas budi dari kebaikan hati Erik yang mau mempekerjakan mereka.

"Ikuti aku."

Deska berjalan lebih dulu, di belakangnya lima pria tersebut mengikuti Deska dengan tanda tanya di benak mereka.

Langkah pria muda itu berhenti di lapangan tempat latihan menembak, Deska lalu berbalik-kembali menatap lima pria yang sukarela menjadi objek sasaran pisaunya ini.

"Berdiri di sana," Deska menunjuk papan berbentuk orang dengan bagian kepala terdapat lingkaran hitam.

"Tuan, tapi-"

"Kalian berani membantah?" Deska langsung memotong ucapan salah satu pria yang hendak mengajukan protes.

Mulut mereka segera terkatup rapat, dan tanpa basa-basi lagi langsung mengikuti perintah pria muda yang secara tak langsung juga merupakan bos mereka.

"Good, dumbass."

Deska mengambil ancang-ancang begitu mereka sudah berdiri menutupi papan berbentuk orang. Manik hijau cemerlang miliknya memicing, seolah mengukur jarak target meskipun itu tak perlu dilakukan-Deska memiliki mata serupa elang, dan keahlian melempar pisaunya adalah yang terbaik dibanding para kakaknya.

Deska sedikit mengayunkan pisaunya ke belakang, sebelum melempar ke depan dengan kekuatan penuh.

Slap!

Tangan terkepal erat.

Deska menyeringai melihat pisaunya menancap sempurna di lengan kiri pria pertama yang menjadi objek sasaran. Pria itu sedikit meringis di balik wajah tanpa ekspresi, membuat Deska semakin menikmati kegiatan yang sudah lama tak ia lakukan ini.

"Kemari," Deska menggerakkan jari telunjuk, menyuruh pria itu menghampirinya.

Deska mencabut pisau yang tertancap cukup dalam dengan kasar, darah langsung merembes keluar membasahi sekitar jas hitam yang dipakai pria itu. Deska menyuruh pria itu kembali pada tempatnya, terbukti pisau ini sudah sangat tajam ternyata-tak sia-sia Deska menghabiskan waktu setengah jam untuk mengasahnya.

Deska lanjut melempar pisau pada pria kedua, kali ini mengenai dada si pria. Deska terkekeh, untung saja setiap anak buah Erik menggunakan rompi anti peluru sehingga tak langsung menembus dadanya. Tapi, jas si pria tampak robek membentuk lubang kecil, ya lagipula upah mereka lebih dari cukup untuk sekedar membeli setelan jas baru.

Deska [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang