"(Name)... (Name)..."
Suara yang terdengar familiar itu samar-samar memasuki pendengarannya. Kelopak mata gadis itu pun perlahan mulai terbuka.
(Name) mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang ia terima. Entah berapa lama ia tidak sadarkan diri. Ia menyadari dirinya sudah berada di tempat yang berbeda.
"Syukurlah kamu sudah sadar (name),"
"A-ayah?!"
(Name) memegang kedua batang besi yang menjadi pembatas antara kurungan 1 dengan yang lain. Ia melihat ayahnya berada di samping kurungannya.
"Apa sejak awal ayah ada disini?" Tanya (name)
Pria itu mengangguk.
"Sudah wake up ternyata?"
(Name) dan ayahnya menoleh pada sosok yang nampak bersembunyi dibalik bayang-bayang gelap. Tidak banyak yang terlihat oleh mereka karena hampir semuanya berada dalam bayangan. Hanya ada sebelah kakinya yang terkena cahaya.
Lagipula.
Kenapa bicaranya sedikit aneh?
"Siapa?"
"Harusnya aku yang ask you,"
(Name) tidak mengerti kenapa orang itu menggunakan bahasa yang campur-campur seperti itu. Seperti orang dari luar saja benua saja.
"Tunjukan dirimu, jangan pengecut sembunyi dibelakang bayangan gitu," Ucap (name).
Ayahnya (name) mencoba menghentikan (name) untuk mengatakan kalimat seperti itu. Khawatir orang yang dihadapi bukanlah orang yang mudah.
"Akan lebih good kalau you two not lihat me,"
Memang aneh bukan.
"Lalu apa yang kamu inginkan?"
"Pria itu mengambil my rose yang ada di garden, dia harus dikurung di jail, but..."
Dia menjeda sesaat ucapannya.
"Jika you mau switch posisi dengan your father juga it's okay, you can memilih antara escape dari sini dengan your father ku hukum mati, atau you yang switch posisi dan your father selamat?"
(Name) butuh sedikit waktu untuk mencerna ucapan orang ini karena bahasa yang terus bercampur seperti itu. Gadis itu tidak begitu bisa bahasa asing, perlu waktu untuk paham.
"Nggak bisa inggris elah," Keluh (name) dalam hati.
"(Name) biarkan ayah yang bertanggung jawab kesalahan ayah," Ucap sang ayah.
"Loh ayah ngerti dia ngomong apa?" Batin (name).
Baiklah sepertinya (name) mulai paham ke arah mana pembicaraan ini.
Jika ia melarikan diri, kemungkinan ayahnya untuk selamat akan sulit. Lebih baik ia bertukar posisi dengan ayahnya. Tapi ia juga harus tahu apakah akan ada jaminan ayahnya selamat jika ia bertukar posisi.
"Apakah ada jaminan jika aku bertukar posisi dengan ayahku?" Tanya (name).
"Of course, bahkan i can memastikan your father selamat,"
"Tunggu-"
"Aku memilih untuk menggantikan posisi ayahku," Ucap (name) dengan ucapan yang pasti.
"(Name)?!"
(Name) menoleh pada ayahnya yang menatap dengan tatapan tak percaya. Gadis itu yakin ayahnya sendiri pun tidak akan rela ia menggantikan posisinya disini.
"Aku akan baik-baik saja,"
---
Dari jendela, (name) melihat ayahnya pergi meninggalkan kastil misterius ini. Ia bisa melihat bagaimana ayahnya terus melirik ke arah kastil dimana ia masih disini.
Ia tidak akan menyesali ini. Ayahnya sudah tua, tidak akan bagus untuk membiarkannya disini. Jika ia yang ada disini, ia bisa mencari cara untuk kabur.
Tiba-tiba seekor kucing hitam datang menghampiri (name) sambil membawa sebuah kain. (Name) hanya menatap bingung.
"Close your eyes dengan kain itu !"
"Untuk apa?"
"Just pakai saja, apa itu hard?"
Daripada banyak debat, akhirnya (name) menurut saja. Ia memasangkan kain itu pada matanya. Warna kain itu ungu gelap, sangat bagus untuk menutup penglihatan. Apalagi sepanjang ruangan ini cukup gelap. Ia tidak bisa melihat apapun sekarang.
(Name) mendengar suara pintu besi yang dibuka. Sepertinya orang itu membuka kurungannya.
"Pegang this!"
Tangan (name) mencoba meraihnya berdasarkan insting saja. Kemudian ia merasakan ia seperti menyentuh sebuah sarung pedang.
"Apa yang akan kamu lakukan?"
"Can you tidak banyak quetion?!"
Akhirnya (name) diam saja. Walaupun ia tidak begitu paham apa yang orang ini ucapkan, tapi dari nada bicaranya ia sepertinya sudah kesal.
"Follow me!"
____________________
𝓑𝓮𝓪𝓾𝓽𝔂 𝓪𝓷𝓭 𝓣𝓱𝓮 𝓑𝓮𝓪𝓼𝓽
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐢𝐬𝐧𝐞𝐲 || Beauty And The Beast
Fanfiction┏━━━━°⌜ Suou Tsukasa x Reader ⌟°━━━━┓ -ˋˏ [ Disney Project ] ˎˊ- Keangkuhan menghancurkan dirinya dan kehidupannya. Membekukan hati dingin yang semakin dingin. Sebuah kutukan yang bisa dipatahkan ketika ia kembali memiliki nurani dan cinta. Awalnya...