Kini (name) berada di sebuah kamar yang entah berada di sisi kastil sebelah mana. Matanya yang tertutup tadi sudah terbuka. Tentu saja sosok itu sudah meninggalkannya di kamar ini.
Tidak ada banyak barang di ruangan ini. Hanya ada satu tempat tidur, satu lemari, satu nakas, dan 1 meja rias. Semuanya pun nampak lebih sederhana dari yang ia duga. Biasanya jika sudah dalam bentuk kastil seperti ini perabotannya akan mewah.
(Name) merebahkan tubuhnya, entah kenapa rasanya lelah. Mungkin karena berjalan cukup jauh dari kota kemari. Walaupun ia juga tidak yakin tempat ini ada dimana.
"Sekarang harus bagaimana?" Gumam (name).
Tidak ada jendela di ruangan ini. Hanya ada beberapa ventilasi kecil di dinding bagian atas. Sudah pasti itu tidak akan muat untuk ia masuki.
Dengan perasaan sedikit kesal, ia melempar bantal yang ada di dekatnya hingga mengenai lemari.
"Chou uzai, enak banget main lempar bantal dasar gadis bodoh!"
(Name) langsung terduduk dari posisinya. Kini ia melihat lemari yang bisa bicara.
"Lemari... Bisa bicara?" Tanya (name).
"Menurutmu?" Balasnya dengan nada tidak senang.
Lemari itu berwarna putih, tapi emang ada beberapa corak abu-abu di sekitarnya. Lemari itu menatap sebal ke arah (name) yang membalas tatapan itu dengan tatapan yang bingung.
"Ara gomenne~ Izumi-chan memang seperti itu,"
"Eh?"
Kini sebuah lilin datang menghampiri (name). Lilin itu memang sedari tadi terpajang di atas nakas.
"Lilin bisa bicara juga?"
"Ara~ tidak sopan berbicara seperti itu," Ucap lilin tersebut.
Baiklah kastil ini cukup aneh. Pertama ada orang yang berbicara dengan bahasa campuran. Kedua ada lemari yang bisa bicara, bahkan mungkin terkesan... Julid? Lalu ada lilin yang bisa bicara dengan nada feminim.
Nanti apa lagi yang bisa bicara.
"Chou uzai, kenapa dia harus membawa gadis bodoh ke kastil ini," Gerutu lemari tersebut.
"Ara ara~ Izumi-chan, siapa tahu dia bisa membantu kita," Ucap sang lilin.
"Naru-kun, kamu tidak perlu membelanya,"
Sena Izumi, sang lemari, memutar kedua matanya malas. Ia merasa tidak yakin jika gadis yang berada di ruangan ini bisa menyelesaikan masalah mereka.
"Membantu? Aku membantu apa?" Tanya (name).
"Membantu menghilangkan kutukan tuan dan kastil ini,"
Sebuah jam bergerak mendekati sang lilin, Narukami Arashi, dan mensejajarkan posisinya.
"Ara~ kamu langsung mengatakannya begitu saja?"
"Aku pikir lebih baik langsung memberitahu," Ucap sang jam, Isara Mao.
"Jadi-"
Ucapan mereka terhenti ketika menyadari bahwa (name) tertidur begitu saja di atas tempat tidur. Sepertinya gadis itu sangat kelelahan hingga bisa tertidur seketika.
Padahal sebenarnya dari tadi (name) sudah menahan kantuknya.
"Chou uzai, bisa-bisanya ia tidur,"
"Ara~ mungkin biarkan saja ia beristirahat lebih dulu,"
-----
"Dia sudah sleep?"
"Chou uzai, dia tertidur begitu saja saat kami sedang berbicara,"
Sosok yang tengah duduk di depan bara api yang menjadi penghangat ruangan ini meneguk tehnya. Tidak disangka ia akan melakukannya.
"Ara~ apa Tsukasa-chan yakin dia bisa membantu?" Tanya Arashi.
"Aku not sure, but.... Tidak ada another girl yang mau came kesini,"
Nggak salah sih, tempat ini cukup terpencil dan terlihat menyeramkan. Siapa juga yang mau datang ke tempat menyeramkan. Hanya beberapa orang dengan menyali tinggi yang berani melakukannya.
"Kalau she tidak bisa do it...."
"We can kill her,"
____________________
𝓑𝓮𝓪𝓾𝓽𝔂 𝓪𝓷𝓭 𝓣𝓱𝓮 𝓑𝓮𝓪𝓼𝓽
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐢𝐬𝐧𝐞𝐲 || Beauty And The Beast
Fanfiction┏━━━━°⌜ Suou Tsukasa x Reader ⌟°━━━━┓ -ˋˏ [ Disney Project ] ˎˊ- Keangkuhan menghancurkan dirinya dan kehidupannya. Membekukan hati dingin yang semakin dingin. Sebuah kutukan yang bisa dipatahkan ketika ia kembali memiliki nurani dan cinta. Awalnya...