🍂Bab 5🍂

1.3K 208 9
                                    

Tubuh kecilnya terjatuh saat Dirgan menghempaskan kasar tubuh Kiara ke atas tempat tidur berukuran besar. Wajah gadis itu tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Terlihat hancur dengan aliran becek yang membasahi pipinya.

Kiara bersingut mencoba menjauhi Dirgan yang masih menatap tajam padanya. Kiara balik menatap waspada. Lelaki itu tengah melepaskan beberapa kancing di kemejanya. Lalu membuang pakaiannya asal. Tubuh itu kini terlihat naked dengan otot-otot perut yang tercetak jelas.

"Jangan mendekat!"

Peringatan Kiara tidak di dengar sama sekali. Gerakan refleks Dirgan berhasil menghalau bantal yang akan melayang ke wajahnya akibat kemarahan Kiara. Gadis itu terlihat ketakutan. Dirgan tersenyum miring. Ia suka melihat mangsanya bergetar ketakutan seperti ini.

Gadis cantik ini adalah darah daging Rafael, janin yang dulu sempat membuat kehidupannya hancur. Ia mencintai Lusi, dan kenapa wanita itu harus mengkhianatinya dengan sahabat Dirgan sendiri. Rafael sialan! Dalam beberapa tahun ini Dirgan sengaja menyuruh Wanda untuk mendekati Rafael. Agar hidup mereka hancur tetapi semakin lama ia memperhatikan gadis kecil ini semakin tinggi pula keinginannya untuk memiliki.

"Kau mirip sekali dengan ibumu," ucap Dirgan serak. Jemari panjangnya menelusuri wajah Kiara. Sejenak ia terlena dengan wajah cantik bak pinang di belah dua dengan Lusi. Parasnya sama cantik dengan ibunya. Namun yang Dirgan sesali darah yang mengalir dari tubuh gadis ini adalah darah Rafael. Dirgan benci akan hal itu.

"Tetapi kenapa kau harus terlahir dari sperma lelaki keparat itu!" belaian lembut itu kini berganti dengan cengkeraman kuat di dagu Kiara sampai-sampai membuat wanita itu meringis kesakitan.

Kiara refleks menggeleng penuh ketakutan mendapat kemarahan Dirgan yang begitu menyeramkan.

"Tolong lepaskan. Aku ingin pulang. Aku ingin bertemu ayahku."

Dirgan menghempaskan kasar wajah Kiara sampai kepala gadis itu terlempar ke samping. Ia kemudian terkekeh menertawakan permintaan Kiara.

"Kau mau kembali pada ayah berengsek seperti dia? Kau sudah dijual Kiara. Kau di korbakan hanya untuk menyelamatkan Ibu tirimu agar tidak dipenjara. Jadi sekarang turuti semua perintahku. Ayahmu sudah memberikan tubuhmu padaku, sekarang aku bebas menyentuhmu. Berikan aku kepuasan dari tubuh cantik ini. Jika kau tidak memuaskan hasratku. Aku tidak akan segan melepar tubuhmu pada puluhan bodyguardku."

Kiara memberontak saat kedua tangannya di cekal sebelah tangan Dirgan dan dibawa ke atas kepala. Cekeraman tangan Dirgan benar-benar begitu sakit. Kiara semakin menangis keras menahan rasa nyeri ketika kuku Dirgan menancap di kulit tangannya.

"Ayah akan membawaku kembali. Ayah sudah berjanji ketika selesai akan membawaku pergi dari sini. Dan... Dan dia akan menceraikan wanita itu. Kau bohong. Ayahku pasti akan kembali menjemputku dari sini!"

Perlukah Dirgan tertawa keras saat mendengarnya. Si berengsek itu bahkan mengobral janji palsu untuk putrinya sendiri.

"Kau yakin sekali ayahmu akan menceraikannya."

"Ayah ku tidak akan pernah berbohong. Dia mungkin tidak tahu aku di sini di perlakukan seperti pelacur. Jika dia tahu dia pasti berpikir kembali. Dia tidak akan membawaku ke sini."

"Benarkah?" kekehan Dirgan menyiratkan cemoohan. Dia meraih saku celananya. Dan mengambil ponsel memberikan hasil kerja anak buahnya untuk dilihat kedua mata Kiara. Agar gadis ini tersadar bahwa Ayahnya menanglah bajingan.

Dirgan menyentuh ikon video. Terlihat sosok ayahnya masih di dalam mobil yang sama sepertinya menuju pulang. Terlihat dari arah jalan yang sangat dikenali Kiara.

Rafael tengah mengobrol lewat sambungan telepon dengan seseorang di seberang sana. Dan suara itu menusuk indra pendengar Kiara.

"Kau sudah berhasil mengatarnya?"

"Ya, Kiara sudah masuk rumah Tuan Dirgan."

Kiara tercengang saat suara obrolan itu terdengar. Suara yang sangat Kiara kenali. Dirgan sedikit melihat kilatan kebencian dari kedua mata gadis itu. Senyuman licik Dirgan muncul sangat puas dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Baguslah. Aku lega mendengarnya. Kiara tidak berontak dan menuruti kata-katamu."

"Ya dia menurut karena aku sedikit berbohong padanya."

"Kau membohonginya?"

"Aku tidak punya pilihan saat dia bilang kita harus bercerai. Kau tau sendiri aku tidak mungkin bisa menceraikanmu. Aku tak bisa hidup tanpamu. Jadi aku berbohong bahwa kita akan bercerai."

Jantung Kiara seketika mengerut dan bocor saat mendengar kata-kata ayahnya. Jadi lelaki itu malah sanggup hidup tanpa dirinya. Mau ia mati atau tidak di sini. Selagi ada Wanda ayahnya tidak masalah dengan itu? Air mata Kiara terjatuh di tungkai matanya. Tidak sanggup lagi mendengar kata-kata yang akan ayahnya muntahkan. Yang pasti akan lebih menyakiti hatinya.

"Cukup," ujar Kiara. Tangisannya semakin deras dan menyedihkan. "Aku tidak mau mendengarnya lagi."

Dirgan menatap wajah Kiara yang berlinang. Ia langsung mematikan video tersebut melempar ponselnya asal dan sebelah tangannya menelusuri keindahan tubuh Kiara.

"Setelah mengetahui kebusukan ayahmu kau masih berharap kembali padanya?"

Keterdiaman Kiara semakin membuat Dirgan tersenyum puas.

"Kau bisa tinggal di sini dan menjadi pelacurku Kiara. Akan kubuat kau hidup dalam kenikmatan yang tak mungkin semua orang bisa merasakannya."

Kiara menggeliat saat bibir Dirgan mulai hinggap di daun telinganya mengecupinya dengan lembut. Sedangkan kedua tangan Kiara tidak bisa berbuat banyak karena masih dicekal sebelah tangan Dirgan di atas kepala. Entah kenapa tenaganya tidak bisa digunakan dengan baik. Kiara malah mulai merasa kepanasan dan begitu sensitif saat telinganya masih dijilati Dirgan penuh nafsu.

"Lepaskan aku," jerit Kiara ketakutan.

Dirgan tidak memedulikan itu. Ia terus mencumbu seluruh tubuh Kiara sampai wajah gadis itu memerah, ada yang aneh, Dirgan berhenti sejenak. Mengamati ekspresi gadis kecil itu. Gadis ini terlihat cukup berbeda. Mulutnya terus berkata tidak tetapi getar tubuhnya seolah menginginkan hal lebih.

"Sialan apa Mahesa mencampurkan obat perangsang di minumannya?"

Berengsek, mengapa Mahesa melakukan hal itu? Dirgan tidak perlu bantuan obat perangsang hanya untuk menaklukkan bocah kecil seperti ini agar tunduk dalam letupan gairahnya.

Setengah mengumpat. Kini Dirgan melepaskan Kiara. Gadis itu langsung beringsut ketakutan menjauhi Dirgan. Menempel di kepala ranjang menekuk lututnya ketakutan.

"Aku akan melepaskanmu malam ini tetapi ingat. Kau mikikku Kiara. Jika kau belum siap aku tidak akan memaksa. Aku tidak suka meniduri wanita hanya karena keterpaksaan. Aku terlalu sempurna untuk melakukan hal menjijikan seperti itu."

Sorotan mata tajam Dirgan menusuk tatapan Kiara.

"Tidak hanya menjadi pelacurku. Kau juga di sini harus bekerja menjadi pelayanku. Ayahmu berhutang banyak padaku. Jadi menurut lah jika kau masih menginginkan nyawa ayahmu selamat."

Setelah mengatakan itu Dirgan melangkah keluar dari kamar sekapan Kiara. Mengunci pintu dari luar dan mendengar Kiara menjerit menggedor pintu meminta di lepaskan.

Dirgan memejamkan mata sejenak.

Sialan! Kenapa Kiara terlihat semakin mirip dengan Lusi?

Rasa ingin memiliki dan menyakiti terasa bergejolak didalam dirinya.

Rasa sakit hati pada Lusi masih belum musnah. Ia ingin melampiaskan rasa sakitnya pada wanita itu. Namun sialnya wanita itu telah pergi sebelum Dirgan membalaskan kesaktiannya dan kini yang tersisa hanya putrinya saja.

Ia akan membuat Kiara menyesal telah terlahir dan menjadi duri dalam kehidupnya.

Bersambung...

Devil Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang