“Fiersa, Fiersa! Sini!”
“Lihat, aku punya creamy treat!”
“Anak pinter”Sayup-sayup Tara mendengar suara yang tak asing, samar dan jauh namun pandangannya begitu gelap, kepalanya sangat pening. Matanya mencoba untuk terbuka namun terasa sangat berat. Dalam gelap ia bisa merasakan hembusan nafasnya sendiri terasa sulit dan hangat menyapu rongga hidung serta piltrum dan jantungnya yang berdetak sangat cepat lebih dari biasanya. Perlahan namun pasti, matanya mulai terbuka separuh. Langit-langit berwarna putih itu terlihat buram, sampai dua menit selanjutnya matanya terbuka sempurna penglihatan dan pendengaran mulai jelas, suara tawa melengking milik anaknya terdengar sangat jelas dan bising akan tetapi suara itu membuat Tara menjadi tenang.
Jadi, yang tadi cuma mimpi, kan? Tara meyakinkan diri baru saja bermimpi buruk.
“Bay,” Tara mencoba memanggil anaknya. Suaranya terasa berat dan serak.
“Oh, Ayah dah bangun” Tara langsung mengembuskan nafas panjang, hatinya sangat lega.Bayu membebaskan Fiersa dari pangkuannya. Dia beranjak menuju sofa tempat Tara berbaring. Mengambil lipatan handuk di dahi Ayahnya lantas mencelupkan kedalam baskom berisi air hangat, memerasnya lalu meletakkan lagi di dahi Ayahnya. “Badannya Ayah panas banget”
Tara tertegun, saat tangannya bergerak akan menyentuh handuk itu, Ia baru sadar seluruh tubuhnya tertutup selimut sampai leher.
“Ayah mau duduk, ta?” tapi tubuh Tara terasa sangat lemas dan berat. “Gak bisa bangun, Bay”
“Ayah kok gak langsung tidur dikamar aja, sih? Kok ya di sofa ” Tara lagi-lagi diam tak menghiraukan omelan Bayu. Anaknya menggunakan Jersey serta boxer bukan setelan seragam sekolah, sinar matahari juga masih terang, lalu kedua tangan Tara meraih wajah anaknya, tidak ada bekas tamparan dan darah disana. Sekali lagi hati Tara rasanya lega, yang barusan dia lakukan benar-benar hanyalah mimpi buruk, matanya berkaca-kaca saat mimpi itu masih terbayang sangat jelas bahkan terasa nyata. Tara tak akan sanggup melakukan itu semua, senakal apapun Bayu.
“Ayah kenapa?” tangan Tara terasa panas di pipi Bayu, dia merasa aneh karena tiba-tiba Ayahnya memegangi wajahnya. Tara tak mampu menceritakan mimpinya kepada sang anak. Bayunya terlalu berharga untuk mendengar betapa buruknya mimpi itu, yang Tara ingin bagikan kepada Bayu hanyalah kebahagiaan “Gak papa. Kamu ganteng, mirip Ayah”
“Hahahah! Gak lah! Gantengan Bayu!” senyuman Tara melebar, hatinya menghangat. Sepertinya Tara sudah bisa bangun dari sofa sekarang. Mana mungkin dia menyesali kehadiran Bayu yang ceria, penuh energi positif yang bisa membangkitkan semangat seperti ini. Senantiasa membuat hari dalam kehidupanya tidak hanya sekedar hitam dan putih.
Saat Bayu pergi ke dapur untuk mengambil segelas air, Tara bangkit dari rebahan menjadi duduk di sofa. Kan? Tara sudah tidak selemas berapa menit yang lalu. Bayunya tahu bagaimana cara menularkan energi untuknya “minum dulu, yah”
“terimakasih ya, Bay” Tara mengangguk lantas mengambil gelas yang Bayu sodorkan lalu menengak air di dalamnya hingga tandas. Sensasi dingin nan segar menyiram tenggorokannya yang benar-benar kering “jam berapa sekarang?”
“Jam empat lebih seperempat”
Ternyata sudah selama itu dia tertidur, bahkan setelan seragam kerjanya masih dia gunakan. “Lama banget ternyata Ayah tidur”
“Ayah tidur dari jam berapa?”
“Setengah sebelas” Bayu melotot kaget. Selama itu ternyata, untuk ukuran tidur siang itu sangat panjang tapi Bayu ingat kalau Ayah masuk malam, maklum beliau tidur cukup lama untuk mengganti jam tidur malamnya.“Lah kan Ayah masuk malam, biasanya tidur pagi, toh”
“Oh iya, ya. Hehe”Bayu tadi sempat melihat nasi dan lauk masakan Eyang yang ia ambil seperlunya untuk sarapan masih utuh, sepertinya Ayah sama sekali belum makan sejak pulang kerja “Ayah belum makan seharian, ya?” Tara mengangguk pelan.
“Mau bubur ayam? Bayu gofood-in”
“Gak usah, makan apa yang ada aja”
“kalo gitu Bayu angetin dulu”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu
General FictionAndai saja jika Bayu tak pernah lahir kedunia ini, andai jika dulu janin mungil itu berhasil gugur. Mungkin Tara tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini. Start: 250421