Part 18

490 66 18
                                    

I once had a girl
Or should I say she once had me
She showed me her room
Isn't it good Norwegian wood?

She asked me to stay
And she told me to sit anywhere
So I looked around
And I noticed there wasn't a chair

Siapa yang berani-beraninya memutar lagu dari group musik kesyangan Vito di rumahnya ini? Sungguh pagi yang menyebalkan harus bangun tidur mendengar salah satu lagu nostalgia di hidupnya. Benar-benar merumitkan otaknya.

I sat on a rug biding my time
Drinking her wine
We talked until two and then she said
"It's time for bed"

She told me she worked
In the morning and started to laugh
I told her I didn't
And crawled off to sleep in the bath

Sumber bunyi berasal dari arah dapur bersih. Tungkainya terayun ke sana. Helaan napas berhembus dari hidung Chika saat menemukan sesosok laki-laki bertubuh tegap tengah berkutat dengan pan dan spatula.

"Ribut banget pakai acara hidupin lagu segala" Chika mematikan lagu norwegian wood itu dari sebuah ponsel yang ada di atas meja makan.

"Eh? Kok dimatiin?"

"Gue gak suka! Jadi jangan coba-coba muter lagu the beatles di rumah gue. Apapun itu judulnya!"

"Kenapa?"

Chika memutar bola matanya malas sebelum akhirnya menarik kursi meja makan untuk ia duduki. "Ya pokoknya gue gak suka."

"The Beatles dan Vito Narendra adalah hal yang identik, bukan?" sepiring sarapan sehat ala Aran sudah mendarat di depan Chika. "Buruan dimakan, habis itu minum obat" Aran mengelus lengan Chika sebelum berlalu.

"Hah, bisa-bisanya lo sebut nama si brengsek itu di depan gue. Haram." Chika mulai mengangkat pisau dan garpunya.

Aran terkekeh. Kemudian fokusnya mencari cangkir kopi di dalam lemari kaca penyimpanan cutlery.

"Oh ya Ibu Aya kemana, Ran?"

"Ke pasar"

Dengan mulut yang sudah mulai mengunyah Chika hanya mengangguk pelan.

"Iya, Pak, sebentar lagi saya sampai"

"Iya, ini saya sudah di jalan, Pak"

"Iya, baik, Pak"

Di sela-sela sarapannya Chika bisa mendengar Aran berbincang dengan orang di sebrang sana. Kalau didengar-dengar mungkin itu atasannya.

"Lagian gue 'kan udah sering bilang lo gak perlu tiap hari ke sini cuma buat ngurus gue, Ran. Gue bukan anak bayi yang harus diurus ini-itu!" kata Chika setibanya Aran kembali. Namun yang diberitahu hanya santai saja sambil menyesap kopi hitamnya.

"Lo lebih penting dari pekerjaan gue, Chik." Aran tersenyum, "Oh ya, obat lo mana? Ini udah waktunya lo minum obat 'kan?" Aran beranjak dari duduknya. Menaiki tangga lalu dengan cepat turun kembali.

"Ini obat yang wajib lo minum saat pagi, terus kapsul yang ini juga--"

"Ran..." Chika menyentuh tangan Aran. Sontak Aran menoleh pada Chika yang kini sudah berdiri disebelahnya.

If I Could Turn Back TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang