Syera melambaikan tangannya semangat saat melihat seorang pria tampan yang baru saja turun dari awak pesawat. Pria itu semakin tampan saja sampai Syera tak percaya pria itu adalah pacarnya.
Ya, pria yang menjadi sorotan wanita satu bandara. Dan Syera sudah terbiasa dengan hal itu.
Tak perduli tatapan para wanita yang menatapnya kagum dan terpana, Galaksi memeluk Syera melepas rindunya selama setengah tahun.
Ya, setengah tahun mereka ldr. Untunglah, padahal Galaksi malah mengira akan setahun. Semua berawal karna Arsen, Kakeknya Galaksi di rawat di rumah sakit. Sekolah mungkin masih bisa diurus oleh Tera, tapi tidak perusahaan lainnya yang ada di Australia. Mau tak mau Galaksi mengurus perusahaan Opanya yang terbengkalai itu disana.
Mereka melepas pelukannya dan mulai berjalan. Galaksi memegang beberapa helai rambut Syera. "Kamu potong rambut?"
Syera mengangguk. "Kamu makin kurus! Kan aku bilang jangan lupa makan'kan?"
Galaksi tersenyum. Mengapa pacarnya semanis ini. "Aku lembur terus ngurus perusahaan Opa, supaya bisa pulang lebih cepet kayak sekarang."
Syera mendengus. Tiba-tiba Syera teringat sesuatu. "Kamu jadikan ikut kuliah sama aku?"
Galaksi menaikan alisnya bingung tapi mengangguk.
"Kita jadi seangkatan deh," Syera terkekeh.
"Tapi yang tetep sama, kamu tetep cewek hebat yang bisa dapet beasiswa bahkan untuk kuliah. Opa aku yang mau bayarin kuliah kedokteran kamu bisa apa kalo kamu sepinter ini?" Dengus Galaksi yang membuat Syera terbahak.
"Opa kamu bisa kasih kamu aja buat aku."
Galaksi menghentikan langkahnya mendengar itu.
Tiba-tiba sebuah ide jahil terlintas diotaknya. "Of course, My Princess." Bisik Galaksi lalu mengangkat tubuh kecil Syera hingga membuat gadis itu terpekik.
"Ih Galaksi malu!" Pekik Syera yang tak dihiraukan Galaksi. Pria itu justru malah menggendong gadisnya itu sampai taksi mereka.
▼・ᴥ・▼
Yang kangen Syera Galaksi?🥺
Aku.😌
Vote, komen dan jangan lupa kasih tau temen-temen kalian ya kalau Raga balik lagi!
Yuks, go!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA II
Teen FictionKalau kalian harap Raga sudah sempurna hingga akhir itu salah besar. Nyatanya saat lulus SMA, perjalanan hubungan mereka masih saja diombang-ambingkan layaknya ombak. Jika badai mampu mereda dengan mudah, itu bukan badai namanya.