"Nata, nanti kita beli boba ya," tawar seorang gadis berkacamata pada teman disampingnya."iya."
"Nata, sebelum itu kita makan nasi goreng dulu yuk? aku masakin. nata suka nasi goreng kan?" ujar gadis itu lagi. Dan hanya diangguki oleh temannya. Dia sibuk menatap benda pipih miliknya itu.
"Nata, nasi gorengnya mau pedes apa ngga?"
"pedes."
"Tapi kan aku gabisa pedes nat," gumam jihan sepelan mungkin. Dia sedikit menunduk takut melihat ketidaksukaan orang disampingnya.
"Masa ga pedes? gaenak kalo ga pedes," si gadis yang daritadi dipanggil 'nata' itu menoleh dan protes.
"yaudah nanti aku masak pedes," Nata beralih lagi menatap hpnya.
Jihan, gadis berkacamata itu diam menatap keluar jendela. Ia menikmati gemerisik angin yang menyapa wajahnya.
kemudian, mereka berdua sampai dirumah Jihan. Jihan bergegas memasak dan menata meja makan, hingga akhirnya selesai 30 menit kemudian. Nata hanya menunggunya seraya duduk di sofa sejak awal sampai.
"enak ga?" tanya jihan.
"enak," jawab Nata singkat.
Jihan tersenyum. "tadi diapain sama gengnya kinan?"
"tadi cuma ditampar kok." Jihan tak bereaksi, rasa sakit di dadanya kalah dengan perih di pipinya.
"cuma?! jihan lo harusnya tadi ajak gue."
"gapapa, cuma perih sedikit."
Gadis itu melanjutkan makannya, Nata masih menatap tak percaya ke arah Jihan. bagaimana mungkin dia tetap tenang? Nata harus laporin ini ke Jia.
Tapi sesaat kemudian Jihan tampak menahan pedas. dia tidak sengaja menggigit cabe di nasi gorengnya.
Nata yang melihat itu langsung sigap mengambil air putih di dekatnya. Ia sudah tau bahwa sahabatnya ini tidak bisa menahan pedas.
"p-pedas." mata Jihan mengeluarkan air mata.
"astaga jihan, padahal ga sepedas itu."
Nata menatap khawatir Jihan."yaudah nasgornya ganti jadi nasi putih aja. ini gausah dimakan lagi." Nata menyingkirkan piring milik Jihan. Ia hendak berdiri mengambil makanan baru, tapi tangannya ditahan. Jihan mengambil sendiri nasi dan lauk yang baru sambil menahan pedas di mulutnya.
Nata terus menatap Jihan hingga akhirnya gadis itu mulai merasa membaik. Kemudian Nata mengalihkan lagi tatapannya ke smartphone miliknya.
"Nata."
"hm?"
"anu." Jihan terlihat ragu. haruskah ia mengatakannya?
"anu apa?" Nata menatapnya serius
Jihan menunduk kecil. ia tampak menerawang ingin mengatakan sesuatu. tapi ia tak siap harus melihat reaksi dari Nata.
"nata, kata dokter jae aku depresi sama kena syndrom"
"jihan?"
"iya?"
"ada yang mau lo sampein?"
"gaada"
"beneran?"
"iya, ayo lanjut makannya"
***
"Jihan, dari yang kamu ceritakan, jika dibulatkan kamu sepertinya mengalami gangguan depresi. kamu tunjukkan ciri terkena good girl syndrom. itu yang buat kamu tertekan selama ini." Dokter bertuliskan tag 'jaehan' itu menatap lurus kearah Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Short StorySemuanya tak benar benar terjadi. Ini hanya tentang 'bagaimana jika' kean, rangga dan sagga bersaudara kandung. Kemudian bertemu dengan jendral sebagai sebuah kebetulan. #1 mentally on 151221 #9 loveself on 151221