Jaemin sedang duduk di kursi sambil menyesap kopi tanpa gula favoritnya. Pemuda berusia genap 20 tahun itu sibuk mengedit foto para member grupnya di salah satu aplikasi bernama PS. Jarum jam menunjukkan pukul dua pagi dan Jaemin belum juga tertidur. Selain karena terlalu asyik dengan pekerjaan sampingannya, ia juga telah meminum dua gelas kopi tanpa gula sehingga ia masih terjaga sampai dini hari.
Pemuda tampan itu menghela nafas panjang setelah menyelesaikan foto terakhir. Ia memutar kursinya kemudian memandangi kasurnya yang masih rapi karena ia sama sekali belum berbaring di atas sana. Merasa kepalanya mulai memberat alhasil Jaemin mematikan komputernya lalu melompat ke atas kasur.
Ia sempat bermain ponsel untuk beberapa saat. Menggulir laman beranda Instagram sesekali terkekeh karena melihat video lucu. Kemudian Jaemin pun meletakkan ponselnya di kepala ranjang, menarik selimut hingga dada lalu memejamkan mata mencoba untuk tidur. Besok ada jadwal pagi maka ia harus segera tidur supaya tidak terlambat.
Selamat beristirahat, Na Jaemin.
Semoga hari esok menjadi hari yang 'menyenangkan' bagimu..
.
.
.
.
."Ngg...."
Pemuda berambut cokelat muda itu meregangkan otot kaku di tubuhnya dan membuka kedua mata. Hal pertama yang ia lihat adalah dinding, ya benar, dinding karena Jaemin tertidur menghadap dinding. Jaemin memandangi sekitar. Tampak hening tidak ada suara orang berbicara atau suara barang dari luar kamar. Tidak seperti biasanya.
Ia baru ingat bahwa hari ini ia memiliki jadwal rekaman untuk comeback terbaru grupnya, NCT Dream. Jaemin segera memposisikan diri untuk duduk guna mengumpulkan seluruh kesadarannya. Tumben sekali tidak ada satupun member yang datang untuk membangunkannya, dan Jaemin terbangun tanpa alarm. Sepertinya hal tersebut menjadi rekor baru.
Tapi ada sesuatu yang membuatnya menaikkan alis bingung. Jaemin segera menunduk, memandangi kaos putihnya yang terasa sangat ketat di bagian.....
Perut.
"MWOYA!!?" teriaknya.
Tangannya langsung menarik kaosnya ke atas dan ia kembali berteriak menggunakan suaranya yang serak. Hal itu mampu membuat seseorang membuka pintu kamar Jaemin dengan kasar lalu berlari kecil menghampirinya. Lantas sosok itu memegang bahu Jaemin.
"Ada apa Jaemin-ah!?" Tanyanya panik.
"Renjun-ah! Apa ini!? Kenapa perutku menjadi besar seperti ini? Kemana abs-ku?!"
Sosok bernama Renjun itu menaikkan alisnya bingung. Ia mengidikkan bahunya kemudian meletakkan semangkuk buah-buahan sehat yang sudah ia potong bentuk dadu ke atas meja komputer milik Jaemin. Kedua tangan kurusnya segera membuka tirai jendela tersebut lalu mengikatnya agar tidak kembali terurai. Jaemin yang tidak suka kamarnya berubah menjadi terang seperti ini pun meringis.
Jaemin berdecih. Ia langsung berdiri lalu menarik lengan sahabatnya mendekat, "katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi, kenapa perutku buncit seperti ini?" Tanyanya penuh penekanan.
"Jaemin-ah, kau sensitif sekali hari ini. Lebih baik kau minum vitamin lalu makan buah-buahannya."
Pemuda berambut cokelat muda itu menjatuhkan rahangnya. Ia terdiam dengan bibir terbuka, sepasang mata bulatnya mengarah ke perut buncitnya yang terlihat menyumbul dari kaos putih yang ia kenakan. Tiba-tiba ia merasa mual, kepalanya mendadak pusing, sontak Jaemin pun segera berlari keluar kamar menuju kamar mandi.
Memuntahkan air liurnya sendiri di dalam wastafel. Kedua tangannya mengepal erat seiring rona merah berjalan menghiasi wajahnya itu. Si bungsu datang menghampiri lalu membantu Jaemin dengan cara memijat tengkuk, sesekali mengusap punggungnya lembut.
"Sial, ada apa sebenarnya?" Ujar Jaemin setelah membasuh bibirnya menggunakan air. Ia menegakkan tubuhnya kemudian berjalan keluar dari kamar mandi bersama Jisung di belakangnya.
Tibalah Jaemin di ruang tengah. Ia berdiri sambil berkacak pinggang, sepasang mata bulatnya tidak berhenti memandangi siluetnya di cermin full body tersebut. Sesekali ia akan memposiskan diri berdiri menyamping guna memastikan apa yang sebenarnya berada di dalam perutnya itu. Kenapa tiba-tiba sekali? Padahal tadi malam ia ingat betul ia baru saja menghabiskan dua gelas kopi sambil mengedit foto sebelum pergi tidur.
"Jaemin-ah, makanlah dulu buahnya supaya mualmu hilang." Renjun menukikkan alisnya sengit sambil menusuk buah stroberi menggunakan garpu.
Jaemin menepis garpu tersebut karena ia benar-benar membenci stroberi, "jauhkan stroberi itu dari hadapanku."
"Eh? Kenapa?"
"Hyung, ibu hamil memang memiliki mood yang naik turun. Aku baca dari buku yang Jeno hyung beli beberapa hari lalu, lihat lihat!" Jisung menyodorkan buku kepada Renjun, pemuda berambut cokelat itu mengerutkan keningnya dan membaca halaman tersebut. Ia mengangguk mengerti setelah membacanya.
"Apa lagi ini, hah!? Siapa yang hamil!?" Tangan Jaemin meraih buku bersampul biru muda itu dan melemparnya hingga ke sudut ruangan.
Seiring dengan nafasnya yang memburu Jaemin menoleh ke arah cermin. Tangannya segera melepas kaosnya dengan paksa kemudian ia merasakan air keringat mengucur lebih deras dari sebelumnya.
Tidak.
Na Jaemin tidak mungkin hamil.
Itu adalah hal yang mustahil sekaligus mengelikan!Renjun melirik ke arah Jisung yang juga meliriknya. Jisung menaikkan bahunya singkat pertanda ia tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Biasanya Jaemin tidak sesensitif sekarang. Apakah ini merupakan efek dari morning sickness?
"Tidak.... ini tidak... mungkin..." Jaemin meremas rambutnya sendiri sambil memandangi bayangan perutnya di cermin. Seketika ada sesuatu yang menendangnya dari dalam sana, Jaemin meringis kecil lalu memejamkan mata erat. Ia merasakan sesuatu yang asing, ia tidak pernah semarah ini sebelumnya.
"Siapa bajingan yang berani membuatku buncit seperti ini!?" Teriaknya hingga menggema ke seluruh ruangan apartemen mereka.
Jisung berdehem sebentar sebelum menunjuk ke arah pintu utama apartemen, bersamaan dengan pintu tersebut yang terbuka, "Lee Jeno." Ujarnya mampu membuat Jaemin membulatkan mata sempurna. Sepertinya sebentar lagi kedua matanya itu akan loncat dari tempatnya.
"Aku pulang." Sosok pemuda berambut cokelat itu melepas sepatunya lalu berjalan masuk membawa banyak kantung plastik di kedua tangan. Ia baru saja membeli banyak barang kebutuhan Jaemin, ya benar hanya Jaemin saja. Seperti susu untuk kehamilan, bubur instan, buah-buahan, cemilan sehat, sayur mayur, dan lain-lain. Oh! Jangan lupakan buah stroberi karena Jaemin mengidam buah merah tersebut!
"Jaemin-ah? Kenapa kau membuka bajumu? Udara di sini dingin, ya ampun."
"KAU!"
Bugh!
"Jaemin-ah!"
"Jaemin hyung!!"
.
.
.
.
.
.To be continue
.
.
.
.
.
.Note :
‼️Perlu kalian ingat!
Ini hanya fiksi
Tolong jangan dibawa ke kehidupan nyata, jangan dibawa perasaan, apalagi dibawa emosi!Jadikan buku ini sebagai hiburan aja ya semuanya.
Aku bener bener minta tolong 🙏🏼
Terima kasih.
Selamat membaca chapter selanjutnya.- navypearl -
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana | JenoJaemin✔️
Fanfiction"siapa bajingan yang telah membuatku buncit seperti ini!?" "Lee Jeno." Ketika Na Jaemin yang tampan, keren, kuat, dan berwibawa berubah secara perlahan menjadi Na Jaemin yang manis, manja, menggemaskan, dan hanya ingin dipanggil dengan nama Nana. ...